BAITUSSALAM

Shalat Gerhana Matahari & Bulan : Pengertian, Hukum, Tata Cara, Step by Step

Shalat Gerhana Matahari & Bulan :
  • Pengertian
  • Hukum
  • Tata Cara
  • Step by Step
  • Masalah-Masalah

Pengertian
Gerhana matahari disebut kusuf asy-syams, shalatnya disebut shalat kusuf. Gerhana bulan disebut khusuf al-qomar, shalatnya disebut shalat khusuf.

Hukum
Hukum pelaksanaan keduanya adalah sunat mu'akkadah. Shalat gerhana termasuk kategori shalat sunat yang sunat dipraktekkan secara berjamaah. Sendiri juga sah. 

Tata Cara
Perbedaan tata cara pelaksanaan shalat gerhana matahari vs shalat gerhana bulan adalah hanya terletak pada :
  • Sebab. Sebab shalat gerhana matahari adalah terjadinya gerhana matahari. Sebab shalat gerhana bulan adalah terjadinya gerhana bulan.
  • Waktu. Waktu adalah waktu terjadinya sebab, yaitu proses gerhana masing-masing. Awal waktu adalah awal waktu proses terjadinya. Batas akhir waktu shalat gerhana matahari adalah selesainya gerhana matahari atau tenggelamnya matahari alias masuknya waktu maghrib. Batas akhir waktu shalat gerhana bulan adalah selesainya gerhana bulan atau terbitnya matahari alias habisnya waktu shubuh.
  • Niat. Niat shalat gerhana matahari adalah نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْكُسُوْفِ Niat shalat gerhana bulan adalah نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ
  • Jika diberjamaahkan, imam shalat gerhana matahari membaca fatihah dan surat setelahnya secara sirr (volume suara kecil, cukup bisa didengar telinga sendiri) sebagaimana umumnya shalat siang. Sedangkan pada shalat gerhana bulan, imam membacanya secara jahr (volume suara besar, agar dapat didengar bukan hanya oleh telinga sendiri melainkan juga telinga makmum) sebagaimana umumnya shalat malam
Selain itu sama :
  • Keduanya dilaksanakan 2 rokaat
  • Keduanya dilaksanakan minimal seperti tata cara pelaksanaan shalat qobla dzuhur, tanpa menambah berdiri kedua + ruku kedua pada setiap rokaatnya.
  • Keduanya sunat ditambah dengan berdiri kedua + ruku kedua pada setiap rokaatnya
  • Keduanya bisa dilaksanakan secara mandiri (munfarid) maupun berjamaah. Jika dilakukan secara berjamaah, sunat dilanjutkan dengan khutbah shalat gerhana
Step by Step 
Ini step by step untuk tata cara / kaifiyat tawassuth (pertengahan). Cocok untuk manusia normal akhir zaman seperti penulis
  • Berdiri kesatu (untuk rokaat ke-1) --> Melisankan niat --> Takbirotul ihrom + Niat di dalam hati --> Doa Iftitah --> Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> Surat Al-Baqoroh / Surat lainnya
  • Ruku kesatu + Bacaan tasbih ruku
  • Berdiri kedua (pada rangkaian rokaat ke-1) ---> Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> Surat Ali Imron / Surat lainnya
  • Ruku kedua --> Bacaan tasbih ruku
  • I'tidal --> Bacaan i'tidal
  • Sujud kesatu --> Bacaan tasbih sujud
  • Duduk antara sujud kesatu dan sujud kedua --> Bacaan doa duduk antara sujud kesatu dan sujud kedua
  • Sujud kedua --> Bacaan tasbih sujud
  • Berdiri kesatu (rokaat ke-2) --> Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> Surat An-Nisa / Surat lainnya
  • Ruku kesatu + Bacaan tasbih ruku
  • Berdiri kedua (pada rangkaian rokaat ke-2) ---> Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> Surat Al-Ma'idah / Surat lainnya
  • Ruku kedua --> Bacaan tasbih ruku
  • I'tidal --> Bacaan i'tidal
  • Sujud kesatu --> Bacaan tasbih sujud
  • Duduk antara sujud kesatu dan sujud kedua --> Bacaan doa duduk antara sujud kesatu dan sujud kedua
  • Sujud kedua --> Bacaan tasbih sujud
  • Duduk tasyahhud akhir --> Bacaan tasyahhud akhir --> Bacaan shalawat ibrohimiyah --> Bacaan doa perlindungan --> Bacaan doa ketetapan hati
  • Salam kesatu --> Salam kedua
  • Ngusap wajah --> Bacaan doa ngusap wajah (doa anti galau 😁)
  • Khutbah
Masalah-Masalah
  • Jika gerhana selesai pada situasi shalat atau khutbah belum selesai, maka tetap sah, yang penting shalat dan khutbah dimulainya pada momentum gerhana.
  • Jika tidak memungkinkan membaca Surat Al-Baqoroh Ali Imron An-Nisa Al-Maidah, surat pendek juga boleh
  • Jika tatacara ini tidak memungkinkan, shalat seperti biasa juga sah asalkan diniatkan shalat gerhana
  • Menta'yin (menspesifikan) jenis shalat dengan menyertakan kata كسوف atau خسوف pada redaksi niat merupakan suatu keharusan pada niat shalat sunat dzaata sababin seperti shalat ini
Penjelasan ini sengaja dibuat ringkas. Semoga bermanfaat, serta membuat kalian bahagia.

Sumber :
Fiqh Al-Ibadah Ala Madzhab Asy-Syafi'I Jilid 1 Halaman 363, I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Halaman 303-304, Nihayah Az-Zain Hal 109-110

Khutbah Id : Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tata Cara

Khutbah Id (Idul Fitri & Idul Adha)  :
  • Hukum
  • Rukun
  • Syarat Sah
  • Tata Cara (Step by Step)
Apapun ibadah kita, status hukumnya harus diketahui. Ibadah yang ada rukun-rukun dan syarat-syaratnya, semuanya tentu harus dipenuhi. Prakteknya harus sesuai dengan tata cara yang diatur dalam fiqih khutbah..... tidak boleh asal-asalan.

Warning!!! khutbah itu bersifat formal, tidak seperti pidato dan tabligh akbar yang tanpa aturan baku serta bebas berekspresi bahkan bereksperimen. Prioritas utama pada khutbah adalah keabsahan-nya bukan seni-nya. Lupakan art of public speaking yang potensial mengakibatkan tidak sah ! 

Hukum Khutbah Id
  • Hukum khutbah id pada shalat idul fithri dan shalat idul adha adalah sunat, berdasarkan Ijma/Konsensus (Lihat penjelasan : Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj - Hawasyi Tuhfah Al-Muhtaj Jilid 3 Hal 45-46) Hadits yang dijadikan dasar hukum sunat khutbah id, waktu pelaksanaannya harus setelah selesai shalat id, dan hanya disunatkan jika pelaksanaan shalat idnya diberjamaahkan adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Umar (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakaria Al-Anshari dalam Fathul Wahhab Jilid 1 Hal 83, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Hal 155)
  • Khutbah tidak disunatkan bagi orang yang shalatnya munfarid, sekalipun laki-laki. Khutbah juga tidak disunatkan kepada jemaah khusus perempuan, kecuali khatibnya laki-laki. Tapi jika seorang perempuan berdiri untuk menyampaikan mau'idzoh dihadapan jemaah khusus perempuan dengan niat sebatas menyampaikan mau'idzoh bukan khutbah, maka itu laa ba'tsa/tidak apa-apa (Lihat penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Bajuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Hal 226)
  • Sekalipun secara teknis pelaksanaan shalat id dan khutbah id bersifat paralel, status hukum sunat yang melekat pada masing-masing keduanya bersifat mustaqil/independent (Lihat penjelasan : Syaikh Sayid Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Hal 263)
  • Khutbah dilaksanakan secara double (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Zakaria Al-Anshori dalam Minhaj Ath-Thullab, Imam Abi Suja Al-Ashfahani dalam At-Taqrib) Digandakannya khutbah id menjadi khutbatain adalah dengan metode qiyasi, yaitu diqiyaskan pada khutbah jum'at, karena tidak ada hadits yang bisa dijadikan dalil penetapan (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Al-Khulashah, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakariya Al-Anshari dalam Fath Al-Wahhab, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1)
  • Jika khatib meringkas khutbah dengan khutbah pertama saja tanpa khutbah kedua maka itu belum cukup (Lihat penjelasan : Imam Asy-Syirwani dalam Hasyiyah Asy-Syirwani, Syaikh Nawawi Al-jawi dalam Nihayah Az-Zain)
  • Ketentuan waktu pelaksanaan khutbah id adalah setelah selesai shalat id (Lihat penjelasan : Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam Fath Al-Mu'in) Sekalipun kemudian pada pelaksanaannya secara paralel, khutbah menjadi keluar dari waktu reguler pelaksanaan shalat id, khutbah id tersebut tetap sah. (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Al-Raudhah, Imam Al-Asnawi dalam Syarh Al-Asnawi, Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305)
  • Jika khutbah id dilaksanakan sebelum shalat id, maka khutbah id lam yu'tad/tidak dihitung alias dianggap seolah belum dilaksanakan. Landasannya adalah tertib urutan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Selain berdasarkan hadits tersebut, diqiyaskan juga pada permasalahan lam yu'tadnya/tidak dihitungnya pelaksanaan shalat sunat rawatib qobla fardhu yang dilaksanakan sebelum waktu shalat fardhu (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Ar-Raudhah, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakariya Al-Anshari dalam Fath Al-Wahhab, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1, Syaikh Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Hal 263) Jika hal itu dilakukan secara sengaja, maka hukumnya haram dan termasuk ibadah fasidah (Lihat penjelasan : Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 306) Jika itu terlanjur sudah terjadi, maka khutbah sunat diulangi lagi setelah shalat id selesai, karena khutbah yang sebelumnya dianggap tidak ada (Lihat penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Hal 226)
  • Hukum sunat pelaksanaan khutbah ini bisa berubah menjadi wajib jika dinadzarkan. Jika hukumnya sudah berubah menjadi wajib, maka segala ketentuan terkait rukun dan syarat pada khutbah jum'at berlaku juga pada khutbah id kecuali syarat bilangan 40 dan syarat waktu (Lihat penjelasan : Imam Syafi'i dalam Al-Umm, Imam Ibnu Qasim Al-Ubbadi dalam Hasyiyah Al-Ubbadi, Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306)
Rukun khutbah id 
Rukun khutbah id adalah sama dengan rukun khutbah jum'at (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarah Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305-306)
  1. Membaca Hamdalah pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  2. Membaca Shalawat Kepada Nabi pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  3. Menyampaikan Wasiat Taqwa pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  4. Membaca Ayat Al-Quran pada salah satunya, boleh pada khutbah kesatu dan boleh pada khutbah kedua.
  5. Membaca Doa untuk muslimin muslimat pada khutbah kedua. 
Syarat sah khutbah id
Syarat sah khutbah id lebih sedikit daripada syarat sah khutbah jum'at (Lihat penjelasan : Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306) 
  1. ذكورة الخطيب Khatib harus berjenis kelamin laki-laki.
  2. كون الخطبة بالعربية Rukun khutbah harus menggunakan bahasa arab
  3. اسماع Khatib harus memperdengarkan rukun khutbah kepada jemaah
  4. سماع Jemaah harus mendengar rukun khutbah
  5. بعدهما Khutbah harus dilaksanakan setelah selesai shalat id.
Tidak disyaratkan (Lihat penjelasan : Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayah Az-Zain Hal 110)
  • العدد Jumlah minimal jemaah. Berbeda dengan khutbah jumat yang ada syarat minimal jemaah yaitu 40 orang mukallaf.
  • القيام Berdiri. 
  • الوقت Khutbah pada timing shalat id. Jadi jika khutbah id keluar dari waktu shalat id (masuk waktu dzuhur) maka khutbah id tetap sah. Berbeda dengan khutbah jumat yang disyaratkan tidak keluar dari waktu dzuhur, sehingga jika masuk waktu ashar khutbah jumat menjadi tidak sah
  • طهرة Suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Tapi khusus jika junub tetap haram membaca Al-Qur'an. Bahkan jika tiba-tiba junub khutbahnya batal menurut Imam Ibnu Hajar. (Lihat penjelasan : Imam Ibnu Hajar dalam Tuhfah Al-Muhtaj - Hawasyi Tuhfah Jilid 3 Hal 45-46)
  • ستر Menutup aurat. Jadi jika sarung khatibnya bolong pada bagian penutup aurat, maka khutbahnya tetap sah.
  • جلوس بينهما Duduk antara khutbah kesatu dan khutbah kedua. 
Point-point syarat khutbah jumat yang tidak disyaratkan pada khutbah id ini, status hukumnya pada khutbah id adalah sunat.

Tata cara 

Tata cara ini mencakup penerapan rukun, syarat dan beberapa yang disunatkan merujuk pada penjelasan para Ulama Syafi'iyah. Semua redaksi kitab rujukan penulis disertakan di bagian akhir tulisan ini. 

Khutbah kesatu :
  1. Berdiri --> Menghadap ke arah jemaah --> Mengucapkan assalamu alaikum kepada jemaah --> Duduk sebentar untuk beristirahat seukuran durasi adzan pada shalat jum'at. Hukum keempatnya adalah sunat (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Syarh Al-Muhaddab, Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306, Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305-306)  
  2. Berdiri --> Membaca takbir 9 kali secara muwalah sebagai pembuka khutbah kesatu. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin) Muwalah yang dimaksud adalah tidak panjang pemisah. Sunatnya pengucapan takbir diifrodkan / diwaqof-waqofkan dengan 1 napas per takbir (Lihat penjelasan : Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305-306)
  3. Membaca hamdalah. Oleh karena hamdalah ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point hamdalah ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi hamdalah harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara hamdalah dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara hamdalah khatib.
  4. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena shalawat ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point shalawat ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi shalawat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara shalawat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara shalawat yang dibacakan khatib.
  5. Washiyat taqwa. Oleh karena Washiyat taqwa ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point Washiyat taqwa ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Washiyat taqwa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Washiyat taqwa dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Washiyat taqwa yang dibacakan khatib.
  6. Membaca Ayat Suci Al-Qur'an. Oleh karena Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini termasuk rukun khutbah yang boleh ditempatkan pada salah satu khutbah dua, maka point Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini tidak boleh ditinggalkan pada salah satunya. Jika khatib memilih membacanya kali ini, maka pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Ayat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Ayat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Ayat yang dibacakan khatib.
  7. Menyampaikan mau'idzah tentang hukum zakat fithrah atau tentang udhhiyah. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin)
Khutbah ke-2
  1. Membaca takbir 7 kali secara muwalah sebagai pembuka khutbah kedua. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin)
  2. Membaca hamdalah. Oleh karena hamdalah ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point hamdalah ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi hamdalah harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara hamdalah dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara hamdalah khatib.
  3. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena shalawat ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point shalawat ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi shalawat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara shalawat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara shalawat yang dibacakan khatib.
  4. Washiyat taqwa. Oleh karena Washiyat taqwa ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point Washiyat taqwa ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Washiyat taqwa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Washiyat taqwa dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Washiyat taqwa yang dibacakan khatib.
  5. Membaca Ayat Al-Qur'an. Oleh karena Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini termasuk rukun khutbah yang boleh ditempatkan pada salah satu khutbah dua, dan tadi khatib sudah membacanya pada khutbah kesatu, maka pada khutbah kedua ini boleh ditinggalkan. Jika tadi pada khutbah kesatu tidak membacaya, maka pada khutbah kedua khatib membacanya, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Ayat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Ayat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Ayat yang dibacakan khatib.
  6. Membaca Doa untuk Mu'minin-Mu'minat. Oleh karena Doa untuk Mu'minin-Mu'minat ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point Doa untuk Mu'minin-Mu'minat ini tidak boleh ditinggalkan pada khutbah kedua, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Doa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara do'a dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara do'a yang dibacakan khatib

Sumber :

 الإمام محي الدين أبي زكريا يحيى النووى : منهاج الطالبين
ويسن بعدها خطبتان أركانها كهي في الجمعة ويعلمهم في الفطر الفطرة والأضحى الأضحية يفتتح الأولى بتسع تكبيرة والثانية بسبع ولاء

الإمام جلال الدين محمد المحلي : شرح المحلي على منهاج الطالبين
ويسن بعدها خطبتان روى الشيخان عن ابن عمر انه صلى الله عليه وسلم وابابكر وعمر كانوا يصلون العيد قبل الخطبة وتكريرها مقيس على الجمعة ولم يثبت فيه حديث كما قاله المصنف في الخلاصة ولو قدمت على الصلاة قال في الروضة لم يعتد بها كالسنة الراتبة بعد الفريضة اذا قدمت أركانها كهي أى كأركان الخطبتين في الجمعة وهي حمد الله تعالى والصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم والوصية بالتقوى فيهما وقراءة أية في احداهما والدعاء للمؤمنين في الثانية ولايشترط فيهما القيام فان قام قال في شرح المهدب يسن الجلوس قبلهما على المنبر فقيل لا يستحب والأصح يستحب للإستراحة وقبله يقبل على الناس بوجهه ويسلم عليهم قال في شرح المهدب ويردون عليه كما سبق في الجمعة ويعلمهم استحبابا في عيد الفطر الفطرة وفي عيد الأضحى الأضحية أى أحكامهما والفطرة صدقة الفطر وهي كما قال المصنف بكسر الفاء مولدة وابن رفعة كابن أبي الدم بضمها يفتتح استحبابا الأولى بتسع تكبيرات ولاء والثانية بسبع ولاء قال عبيد الله بن عبد الله ابن عتبه بن مسعود من التابعين ان ذلك من السنة رواه الشافعي والبيهقي ولو فصل بينهما بالحمد والتهليل والثناء جاز قال في الروضة نص الشافعي رضي الله عنه وكثيرون من الأصحاب على أنها ليست من الخطبة وانما هي مقدمة لها ومن قال منهم يفتتح الخطبة بها يحمل على ذلك فإن افتتح الشيء قد يكون ببعض مقدماته التي ليست من نفسه

الإمام شهاب الدين القليوبي : حاشية القليوبي على شرح المحلى على منهاج الطالبين ج ١ ص ٣٠٥ - ٣٠٦
قوله ويسن بعدها خطبتان
إلا بنذر فيجبان ويشترط لهما حينئذ ما في خطبة الجمعة إلا العدد ونحوه كما قاله شيخنا
قوله فلو قدمها لم يعتد بهما
بل يحرم إن قصدها لأنها عبادة فاسدة
قوله ولا يشترط فيهما القيام
ولا غيره إلا الإسماع والسماع وكونها عربية وذكورة الخطيب فتصح خطبة الجنب لكن يشترط قصد الأية وإن حرم عليه قراءتها
قوله والأصح يستحب
هو المعتمد بقدر جلوس الجمعة
قوله فلا يفصل الخ
ويسن إفراد كل تكبيرة بنفس وتفوت التكبيرات بالشروع في الخطبة ولا تتدارك كما في الصلاة
قوله يفتتح الخ
يفيد أن التكبيرات ليست من الخطبة وهو كذلك لأنها مقدمة لها على خلاف الأصل
قوله جاز الخ
بل قال الإمام الشافعي رضي الله عنه إنه حسن وعليه فالمراد بالولاء عدم طول الفصل بينهما عرفا
تنبيه
يطلب في القضاء ما في الأداء من تكبيرات الصلاة وطلب الخطبة إن صلوها جماعة وإن لم تطلب وتكبيراتها والجهر والسورتين وتعليم أحكام الفطرة والأضحية وغير ذلك

الإمام شهاب الدين عميرة : حاشية عميرة على شرح المحلى على منهاج الطالبين ج ١ ص ٣٠٥ - ٣٠٦
قول المتن ويسن بعدها خطبتان
أى ولو بعد خروج الوقت قاله في الروضة وشرح الأسنوي
قوله ولا يشترط فيهما القيام
أي لأنهما سنة كصلاة العيد قال الأسنوي وكذا لا يشترط الوقت ولا الأربعون

الإمام أبي يحيى زكريا الأنصاري : منهاج الطلاب ج ١ ص ٨٣
وسن خطبتان بعدهما لجماعة كجمعة في أركان وسنن وأن يعلمهم في فطر الفطرة وأضحى الأضحية ويفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء

الإمام أبي يحيى زكريا الأنصاري : فتح الوهاب بشرح منهاج الطلاب ج ١ ص ٨٣
وسن خطبتان بعدهما بقيد زدته بقولي لجماعة لا لمنفرد روى الشيخان أنه صلى الله عليه وسلم وأبابكر وعمر كانوا يصلون العيدين قبل الخطبة وكونهما ثنتين مقيس على خطبة الجمعة ولو قدمت على الصلاة لم يعتد بها كالراتبة بعد الفريضة إذا قدمت كخطبتي الجمعة في أركان وسنن لا في شروط خلافا للجرجاني وحرمة قراءة الجنب أية في إحداهما ليس لكونها ركنا فيها بل لكون الأية قرأن لكن لا يخفى أنه يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية وقولي وسنن من زيادتي و سن أن يعلمهم في عيد فطر الفطرة وفي عيد أضحى الأضحية أى أحكامها للإتباع في بعضها رواه الشيخان ولأن ذلك لائق بالحال وأن يفتتح الخطبة الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء إفرادا في الجميع لقول عبيد الله بن عبد الله ابن عتبة بن مسعود إن ذلك من السنة رواه الشافعي قال في المجموع وإسناده ضعيف ومع ضعفه لا دلالة فيه على الصحيح لأن عبيد الله تابعي وقول التابعي من السنة كذا موقوف على الصحيح فهو كقول الصحابي لم يثبت انتشاره فلا يحتج به على الصحيح وهذه التكبيرات ليست من الخطبة بل مقدمة لها كما نص عليه الشافعي وإفتتاح الشيء قد يكون بمقدمته التي ليست منه نبه على ذلك في الروضة والتصريح بسن التعليم والإفتتاح بما ذكر من زيادتي

الإمام شهاب الدين أحماد ابن حجر الهيتمي : تحفة المحتاج بشرح المنهاج ج ٣ ص ٤٥-٤٦
ويسن بعدها إجماعا فلا يعتد بهما قبلها وفعل بعض امراء بني أمية له لأن الناس كانوا ينفرون عقب الصلاة عن سماع خطبته لكراهتهم له بالغ السلف الصالح في رده عليه خطبتان قياسا على تكررها في الجمعة ومن أن الخطبة لا تسن لمنفرد أركانهما وسننهما كهي في الجمعة فتجب ثلاثة الأول في كل منهما وقراءة أية في إحداهما والدعاء للمؤمنين في الثانية وخرج بأركانهما شروطها فلا يجب هنا نحو قيام وجلوس بينهما وطهر وستر بل يسن نعم لو كان في حال قراءة الأية جنبا بطلت خطبته لعدم الإعتداد بها منه مالم يتطهر ويعيدها ولابد في أداء سننها من كونها عربية لكن المتجه إن هذا شرط لكمالها لا لأصلها بالنسبة لمن يفهمها كالطهارة بل أولى لأن إغتناء الشارح بنحو الطهارة أعظم ألا ترى أن العاجز عن العربية يخطب بلسانه لمثله كما مر وعن الطهورين لا يخطب أصلا فإذا لم يشترظ في صحتها الطهر فأولى كونها عربية ولابد في ذلك أيضا من سماع الحاضرين لها بالفعل لكن يظهر الإكتفاء بسماع واحدة لأن الخطبة تسن للإثنين ثم هي وإن كانت كخطبة الجمعة في سننها إلا أنها تزيد بسنن أخرى تعلم من قوله ويعلمهم ندبا في الفطر الفطرة أى زكاتها وفي الأضحى الأضحية أى أحكامها التي تعم الحاجة إليها للإتباع في بعض ذلك رواه الشيخان ولما فيه من عظم نفعهم يفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء إفراد في الكل وهي مقدمة لها لا منها ولا ينافيه التعبير بالإفتتح لأن الشيء قد يفتتح ببعض مقدماته

الإمام عبد الحميد الشرواني : حاشية الشرواني على تحفة المحتاج بشرح المنهج ج ٣ ص ٤٥-٤٦
قوله خطبتان
ويأتي بهما وإن خرج الوقت فلو اقتصر على خطبة فقط لم يكف ويسن الجلوس قبلهما للإستراحة قال الخوارزمي قدر الأذان أى في الجمعة نهاية ومغنى
قوله ولابد في أداء سننها الخ
إعتمده النهاية والمغني وشيخ الإسلام فقالوا لكن يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية إنتهى وزاد شيخنا وكون الخطيب ذكرا إنتهى قال ع ش قوله م ر وكون الخطبة عربية أنظر وإن كانوا من غير العرب سم على المنهاج اقول ظاهر إطلاق الشارح م ر ذلك ويوجه بأنه ليس الغرض منها مجرد الوعظ بل الغالب عليها الإتباع نظرا لكونها عبادة إنتهى
قوله أحكامها 
أى أحكام الفطرة والأضحية
قوله في بعض ذلك
والذي في الصحيحين بعض أحكام الأضحية في عيدها والذي في أبي داود والنسائي بعض أحكام الفطر في عيده ويقاس بذلك بقية أحكامها بجامع أنه لائق بالحال كردى على بافضل

الإمام أحمد بن قاسم العبادي : حاشية العبادي على تحفة المحتاج بشرح المنهج
قوله فلا يجب هنا نحو القيام الخ
قال في التوسط لا خفاء أن الكلام إذا لم ينذر الصلاة والخطبة أما لو نذر وجب أن يخطبها قائما نص عليه في الأم ويستحب الجلوس قبلهما للإستراحة قال الخوارزمي قدر الأذان شرح م ر
قوله بطلت خطبته
فيه نظر وما المانع من الإعتداد بها وإن أثم من حيث القراءة ثم رأيت في شرح المنهاج ما يصرح بصحة الخطبة حيث قال عقب قوله كخطبتي جمعة في أركان وسنن ما نصه لا في الشروط خلافا للجرجاني وحرمة قراءة الجنب أية في إحداهما ليس لكونها ركنا لكون الأية قرأنا لكن لا يخفى أنه يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية إنتهى وعلى هذا فلو قرأ الجنب الأية لا بقصد قرأن فهل تجزئ لقراءته ذات الأية أولا لأنها لا تكون قرأنا إلا بالقصد فيه نظر
قوله كما مر
أى في الجمعة لكن هذا العاجز هل يترجم عن الأية لأنها ركن فلابد من الإتيان بها أولا وتسقط في هذه الحالة لكنه يقف بقدرها لفوات إعجاز القرأن بالترجمة فيه نظر ويؤيد الثانى ما قالوه فيمن عجز في الصلاة عن الفاتحة بالعربية فايتأمل
قوله ولاء
أي فيضر الفصل الطويل وقوله إفرادا أي واحدة واحدة فلا يجمع بين ثنتين

الإمام أحمد أبي سجاع الأصفهانى : التقريب ص ١٩
ويخطب بعدهما خطبتين يكبر في الأولى تسعا وفي الثانية سبعا

الإمام تقي الدين الحسيني الحصني الدمشقي :  كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار ج ١ ص ١٥٥
ثم يسن بعد الصلاة خطبتان لما روى الشيخان عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر رضي الله عنهما كانوا يصلون العيد قبل الخطبة فلو خاطب قبل الصلاة لم يعتد بها على الصحيح الصواب الذي نص عليه الشافعي ، وتكرير الخطبة هو بالقياس على الجمعة ولم يثبت فيه حديث ، قاله النووى في الخلاصة . ويستحب يفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع تكبيرات

الإمام محمد ِابن قاسم الغازي : فتح القريب المجيب في شرح الفاظ التقريب ص ١٩
ويخطب ندبا بعدهما أى الركعتين خطبتين يكبر في ابتداء الأولى تسعا ولاء وفى ابتداء الثانية سبعا ولاء ولو فصل بينهما بتحميد وتهليل وثناء كان حسنا

الشيخ الإسلام إبراهيم البيجوري : حاشية الباجري على شرح ابن قاسم الغازي على متن أبى سجاع ج ١ ص ٢٢٦
قوله ويخطب
أى من يصلي جماعة من الذكور ولو مسافرين فلا خطبة لمنفرد ولا لجمعة النساء إلا أن يخطب لهن ذكر فلو قامت واحدة منهن ووعظتهن فلابأس ويندب للخطيب أن يجلس قبل الخطبة للإستراحة لا للأذان لأنه لا أذان لها ويستحب أن يعلمهم أحكام الفطرة في عيد الفطر وأحكام الأضحية في الأضحى ومن دخل والإمام يخطب فإن كانوا في الصحراء جلس ليستمع ما لم يخش خروج وقت العيد وإلا صلاه وإن كانو بالمسجد صلاه مع التحية كما قاله الزيادي
قوله بعدهما
فلو خطب قبلهما بطلت الخطبة كالراتبة بعد الفريضة إذا قدمت فيعيدها ولو بعد خروج الوقت
قوله خطبتين
أى كخطبتي الجمعة في الأركان لا في الشروط فإنها لا تشترط هنا بل تستحب إلا الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية وكون الخطيب ذكرا ولابد أن يقصد الجنب القراءة في الأية ليعتد بها ركنا وإن حرم عليه
قوله يكبر في ابتداء الأولى الخ
لو قال ويفتتح بالتكبير لكان أولى لأن عبارته توهم أن التكبير جزء من الخطبة وليس كذلك بل هو مقدمة لها خارج عنها ولا ينافي ذلك ذلك إفتتاحها به لأن الشيء قد يفتتح بما ليس منه ويفوت التكبير بالشروع في أركان الخطبة كما قرره الشيخ الطوخي
قوله تسعا
فهي مشبهة بالركعة الأولى فإنه يكبر فيها سبعا مع تكبيرة الإحرام والركوع فجملتها تسع كما مر
قوله ولاء
وافراد فاولاء سنة في التكبيرات فلا يطيل الفصل بين كل تكبيرتين وكذا الإفراد فلا يقرن بين ثنتين أو أكثر بل يكبر واحدة واحدة فلو تخلل ذكر بين كل تكبيرتين أو قرن بينهما جاز كما قاله الرملي
قوله ويكبر في ابتداء الثانية الخ
كان الأولى أن يقول ويفتتح الثانية بالتكبير الخ كما مر
قوله سبعا
فهي مشبهة بالركعة الثانية فإنه يكبر فيها خمسا مع تكبيرة القيام والركوع فجملتها سبع كما مر
قوله ولاء
أى وإفرادا كما في نظيره
قوله ولو فصل بينهما الخ
كان عليه أن يقدم هذه العبارة قبل قوله ويخطب لأن هذا إنما هو في تكبير الصلاة كما مر لا في تكبيرة الخطبة إلا أن يجاب على بعد بأن المراد بالحسن هنا الجواز كما سبق عن الرملي والمقصود نفي الضرر بالفصل

الشيخ زين الدين المليباري : فتح المعين ص ٣٣
بخطبتين أى معهما بعدهما أى يسن خطبتان بعد صلاة العيدين ولو في غد فيما يظهر والكسوفين ويفتتح أولى خطبتي العيدين لا الكسوف بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء وينبغي أن يفصل بين الخطبتين بالتكبير ويكثر منه في فصول الخطبة قاله السبكي ولا تسن هذه التكبيرات للحاضرين

الشيخ السيد ابو بكر الدمياطى : إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ج١ ص٢٦٣
قوله بخطبتين
متعلق بمحذوف حال من كل من صلاة العيدين وصلاة الكسوفين أي تسن صلاة العيدين وصلاة الكسوفين حال كونهما مصحوبتين بخطبتين بعدهما وهما كخطبتي الجمعة في أركانها أما شروط خطبتي الجمعة كالقيام فيهما والجلوس بينهما والطهارة والستر فلا تشترط هنا نعم يعتبر من الشروط لأداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية ويسن أن يعلمهم في خطبة عيد الفطر أحكام زكاة الفطر وفي عيد الأضحى أحكام الأضحية ويسن أن يأمر الناس في خطبة الكسوفين بالتوبة من الذنوب وبفعل الخير من صدقة وعتق ونحو ذلك
قوله أى معهما
أفاد به أن الباء بمعنى مع
قوله بعدهما
أى بعد صلاة العيدين وبعد صلاة الكسوفين والظرف متعلق بمحذوف صفة لخطبتين واحترز به عما لو قدمتا على الصلاة فإنه لا يعتد بهما كالسنة الراتبة البعدية لوقدمت
قوله أى يسن خطبتان بعد صلاة العيدين
أفاد بهدا التفسير أن الخطبتين بعدهما سنة مستقلة
قوله ولو في غد فيما يظهر
أى ولو كان فعلها في الغد وذلك فيما إذا شهدوا بعد الغروب برؤية الهلال الليلة الماضية فإنها تصلى أداء من الغد كما تقدم
قوله والكسوفين ويفتتح أولى خطبتي العيدين
معطوف على العيدين أى وبعد فعل صلاة الكسوفين
قوله لا الكسوف
أى لا يفتتح أولى خطبتي الكسوف بما ذكر أى ولا الثانية أيضا ولو أخره عن قوله والثانية بسبع ولاء لكان أولى وظاهر سياقه أنه لا يبدله بالتسبيح ولا بالإستغفار وفي ع ش وهل يحسن أن يأتي بدله بالإستغفار قياسا على الإستسقاء أم لا فيه نظر والأقرب الأول لأن صلاته مبنية على التضرع والحث على التوبة والإستغفار من أسباب الحمل على ذلك وعبارة الناشري يحسن أن يأتي بالإستغفار إلا أنه لم يرد فيه نص إنتهى
قوله بتسع تكبيرات
متعلق بيفتتح
قوله والثانية بسبع ولاء
أى ويفتتح ثانية الخطبتين بسبع تكبيرات وقوله ولاء حال من كل من التسع التكبيرات ومن السبع
قوله وينبغي أن يفصل بين الخطبتين بالتكبير
أى الخطيب وفي شروح الزبد ما نصه ولو فصل بينهما بالحمد والتهليل والثناء جاز إنتهى
قوله ويكثر منه في فصول الخطبة
أى وينبغي أن يكثر الخطيب من التكبير في فواصل الخطبة أى روءس سجعتها
قوله قاله السبكي
أى ما ذكر من الفصل بينهما بالتكبير والإكثار منه في الفصول
قوله ولا تسن هذه التكبيرات للحاضرين
أى بل يسن لهم استماع ذلك من الخطيب

الشيخ محمد نووي الجاوي : نهاية الزين في إرشاد المبتدئين على قرة العين بمهمات الدين ص ١١٠
ويسن للإمام أن يخطب بخطبتين للجماعة دون المنفرد بعدهما أى بعد السلام من صلاة العيدين والكسوفين ، وتكون خطبتا العيد كخطبتي الجمعة في الأركان والسنن لا في الشروط : كالقيام والستر والطهارة والجلوس بينهما ، ويسن الجلوس قبلهما للإستراحة ، نعم لابد في أداء السنة وصحة الخطبة من الإسماع بالفعل والسماع ولو بالقوة كما تقدم في الجمعة ، وكون الخطبة عربية ، وكون الخطيب ذكر على المعتمد . ويسن للخطيب أن يعلمهم في عيد فطر الفطرة وعيد أضحى الأضحية ، ويسن أن يكبر في إفتتاح الخطبة الأولى تسعا بتقديم المثناة على السين ، وفي إفتتاح الثانية سبعا بتقديم السين على الموحدة مع الموالاة وإفراد كل تكبيرة بنفس ، ويفوت هذا التكبير بالشروع في أركان الخطبة كما يفوت تكبير الصلاة بالشروع في القراءة ، ويخطب الإمام في الكسوفين ولو بعد الإنجلاء : كخطبتي العيد لكن لا يكبر فيها . قال بعضهم : ويحسن أن يستغفر لأنه لائق بالحال لأن الكسوف مما يخوف الله به عباده ، ولا يشترط فيها شروط خطبة الجمعة بل تسن كما في خطبة العيد ، ولا يكفي خطبة واحدة ، ويحث فيهما السامعين على فعل الخير من توبة وصدقة وعتق ونحوها 

Daftar Pustaka
An-Nawawi, Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya. Al-Adzkar dan Minhaj Ath-Thalibin. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Mahalli, Syaikh Jalaluddin. Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.
Imam Qalyubi. Hasyiyah Al-Qalyubi Ala Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.Dar Al-Fikr.
Imam Umairah. Hasyiyah Umairah Ala Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.Dar Al-Fikr.
Al-Anshari, Syaikh Zakaria Yahya. Minhaj Ath-Thullab dan Fath Al-Wahhab. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Ad-Dimsaqi, Syaikh Taqiyuddin Abi Bakar. Kifayatul Akhyar (Jilid 1). Syirkah An-Nur Asia.
Ba'alawi, Syaikh Sayid Abdurrahman. Bughiyah Al-Mustarsyidin. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Malibari, Syekh Zainudin. Fathul Muin. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Bakri, Syaikh Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati. Ianah Ath-Thalibin (Jilid 1). Syirkah An-Nur Asia.
Al-Baijuri, Syaikh Ibrahim. Hasyiyah Al-Bajuri (Jilid 1). Toha Putra.
Al-Bantani, Syaikh Muhammad Nawawi. Nihayah Az-Zain dan Kasyifah As-Sajaa. Toha Putra

17 Contoh Redaksi Niat Zakat Fitrah

Berikut ini 17 Contoh Redaksi Niat Zakat Fitrah :
  1. Zakat Fitrah Diri Sendiri
  2. Zakat Fitrah Istri Saya
  3. Zakat Fitrah Istri-Istri Saya : Hindun, Zulaikha, Fatimah, Icih
  4. Zakat Fitrah Suami Saya
  5. Zakat Fitrah Ayah Saya
  6. Zakat Fitrah Ibu Saya
  7. Zakat Fitrah Kakek Saya : Ibrohim
  8. Zakat Fitrah Nenek Saya : Siti Ruqoyah
  9. Zakat Fitrah Anak Cowok Saya
  10. Zakat Fitrah Anak Cewek Saya
  11. Zakat Fitrah Anak-Anak Saya : Asep, Aden, Ai
  12. Zakat Fitrah Cucu Cowok Saya
  13. Zakat Fitrah Cucu Cewek Saya
  14. Zakat Fitrah Keturunan Saya : Aep, Eman, Udin, Dini, Futri, Silfi, Kokom, Susi dan Susanti
  15. Zakat Fitrah Saudara Cowok Saya : Deden
  16. Zakat Fitrah Saudara Cewek Saya : Yeyen
  17. Zakat Fitrah Saudara-Saudara Saya : Deden, Yeyen, Dadan, Yuyun, Yayan

1). Zakat Fitrah Diri Sendiri.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari diri saya".

Begini juga bisa :

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari saya".

2). Zakat Fitrah Istri Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari istri saya".

3). Zakat Fitrah Istri-Istri Saya : Hindun, Zulaikha, Fatimah, Icih.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَاتِيْ هِنْدٌ وَزُلَيْخَا وَفَاطِمَةْ وَإِيْچِيهْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari istri-istri saya yaitu hindun, zulaikha, fatimah dan icih".

4). Zakat Fitrah Suami Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari suami saya".

5). Zakat Fitrah Ayah Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ أَبِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari ayah saya".

6). Zakat Fitrah Ibu Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ أُمِّيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari ibu saya".

7). Zakat Fitrah Kakek Saya : Ibrohim.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ جَدِّيْ إِبْرَاهِيمْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari kakek saya yaitu ibrohim".

8). Zakat Fitrah Nenek Saya : Siti Ruqoyah.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ جَدَّتِيْ سِيْتِيْ رُقَيَةْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari nenek saya yaitu siti ruqoyah".

9). Zakat Fitrah Anak Cowok Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ اِبْنِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari anak cowok saya".

10). Zakat Fitrah Anak Cewek Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari anak cewek saya".

11). Zakat Fitrah Anak-Anak Saya : Asep, Aden, Ai.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ أَوْلَادِيْ أَسَيفْ وَأَدَينْ وَأَيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari anak-anak saya yaitu asep, aden, ai".

12). Zakat Fitrah Cucu Cowok Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ حَفِيْدِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari cucu cowok saya".

13). Zakat Fitrah Cucu Cewek Saya.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ حَفِيْدَتِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari cucu cewek saya".

14). Zakat Fitrah Keturunan Saya : Aep, Eman, Udin, Dini, Futri, Silfi, Kokom, Susi dan Susanti.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ ذُرِّيَّتِيْ أَيفْ وَأَيْمَانْ وَأُوْدِينْ وَدِيْنِيْ وَفُتْرِيْ وَسِلْفِيْ وَكَوْكَومْ وَسُوْسِيْ وَسُوْسَنْتِيْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari keturunan saya : aep, eman, udin, dini, futri, silfi, kokom, susi dan susanti".

15). Zakat Fitrah Saudara Cowok Saya : Deden.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ أَخِيْ دَيْدَينْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari saudara cowok saya yaitu deden".

16). Zakat Fitrah Saudara Cewek Saya : Yeyen.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ أُخْتِيْ يَيْيَينْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari saudara cewek saya yaitu yeyen".

17). Zakat Fitrah Saudara-Saudara Saya : Deden, Yeyen, Dadan, Yuyun, Yayan.

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ إخْوَتِيْ دَيْدَينْ وَيَيْيَينْ وَدَادَانْ وَيُوْيُونْ وَيَايَانْ

artinya :"saya berniat untuk mengeluarkan zakat fitrah dari saudara-saudara saya yaitu deden, yeyen, dadan, yuyun, yayan".

Hukum Shalat Jumat Jika Hari Raya Jatuh Pada Hari Jum'at Menurut Ulama Fiqih 4 Madzhab

Bagaimana hukum menunaikan kewajiban shalat jum'at jika hari raya jatuh pada hari jumat? Tetap wajib #untuk_saya muqallid madzhab syafi'i. Karena saya termasuk ahli balad (orang kota, pemukiman atau perumahan) tidak termasuk ahli quro (orang yang tinggal di pelosok atau pedalaman) bukan pula termasuk ahli bawadi (orang yang tinggal jauh di pegunungan atau pulau terpencil seperti tarzan) sehingga saya tidak memiliki kendala (sebut saja madharat dan masyaqat) untuk mengakses masjid tempat ditunaikannya shalat jum'at. 

#untuk_anda orang yang tinggal di pelosok / pedalaman / pegunungan / pulau terpencil seperti tarzan sekalipun, jangan lebay lah.... di zaman ini masjid sudah dibangun dimana-mana, bahkan jalan modal akses dan alat bantu akses menuju ke masjid shalat jum'at juga umumnya sudah anda miliki.

Jika anda sukses memahami latarbelakang masalahnya, anda bahkan tidak akan membutuhkan penjelasan selanjutnya. Semoga keteguhan iman kita ikut mendorong otak kita untuk senantiasa berpikir lebih baik.

Berikut ini penjelasan ulama perihal hukum menunaikan shalat jumat jika hari raya jatuh pada hari jumat :

غاية التلخيص المراد من فتاوي ابن زياد للسيد عبد الرحمن باعلوى ص ١٠٥
مسألة مذهبنا فيما إذا اجتمع عيد وجمعة سقوط الجمعة عمن حضر العيد من أهل القرى ولا تسقط عن أهل البلد وبه قال جمهور العلماء وقال أحمد تسقط حتى عن أهل البلد ونقل عن علي كرم الله وجهه وابن الزبير وعطاء سقوط الجمعة والظهر ولا تجب إلا العصر ذلك اليوم وقال أبو حنيفة تجب الجمعة على الكل وإن حضر العيد
Suatu Masalah :
Madzhab kita perihal jika berkumpulnya id dan jum'ah adalah gugurnya shalat jum'ah dari ahli qoryah yang telah menghadiri shalat id dan tidak gugur dari ahli balad. Dan dengannya telah berkata Jumhur Ulama.
Dan telah berkata Imam Ahmad : gugur bahkan dari ahli balad.
Dan dinuqil dari Ali KRW, Ibnu Zubair dan Atha : gugurnya shalat jum'at dan shalat dzuhur, dan tidak wajib kecuali shalat ashar hari tersebut.
Dan berkata Imam Abu Hanifah : Wajib shalat jum'ah kepada semuanya sekalipun telah menghadiri shalat id. 
[Ghayah Talkhish Al-Murad Min Fatawi Ibnu Ziyad Hamisy Bughiyah Al-Mustarsyidin Hal 105 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

بغية المسترشدين في تلخيص فتاوي بعد الأئمة من العلماء المتأخرين مع ضمّ فوائد همة من كتب شتّى للعلماء المجتهدين ص ٩٠
مسألة فيما إذا وافق يوم الجمعة يوم العيد ففي الجمعة أربعة مذاهب فمذهبنا أنه إذا حضر أهل القرى والبوادى العيد وخرجوا من البلاد قبل الزوال لم تلزمهم الجمعة وأما أهل البلد فتلزمهم ومذهب أحمد لا تلزمهم أهل البلد ولا أهل القرى فيصلون ظهرا ومذهب عطاء لا تلزم الجمعة ولا الظهر فيصلون العصر ومذهب أبي حنيفة تلزم الكل مطلقا انتهى من الميزان للشعراني
Suatu Masalah 
Perihal jika menepati hari jum'ah terhadap hari raya, maka perihal shalat jum'at ada 4 madzhab :
  • Madzhab kita (Madzhab Syafi'i) : bahwasanya jika ahli quro dan ahli bawadi telah menghadiri shalat id, dan mereka telah keluar dari bilad sebelum waktu dzuhur maka tidak wajib shalat jum'at kepada mereka. Adapun ahli balad maka wajib shalat jum'at kepada mereka.
  • Madzhab Ahmad : tidak wajib shalat jum'at kepada ahli balad dan tidak wajib kepada ahli quro. Maka mereka shalat dzuhur.
  • Madzhab 'Atho : tidak wajib shalat jum'ah dan tidak wajib shalat dzuhur. Maka mereka shalat ashar.
  • Madzhab Abu Hanifah : Wajib semuanya secara muthlaq.
Intaha, dari Al-Mizan Milik Imam Sya'roni. 
[Bughiyah Al-Mustarsyidin Halaman 90 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Hukum Menunaikan Shalat Id 4 Madzhab

Berikut ini adalah Hukum Menunaikan Shalat Id 4 Madzhab : Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hanbali. Berdasarkan penjelasan dalam Kitab Fiqih Madzhab Syafi'i dan Kitab Fiqih Perbandingan 4 Madzhab :

Menurut Syafi'iyah

صلاة العيدين
تعريف: العيد مشتق من العَوْد، وهو الرجوع والمعاودة. وسمي بذلك لتكرره في كل عام. حكمها: هي سنة مؤكدة لمواظبة الرسول صلى الله عليه وسلم عليها ويكره تركها

Shalat Idul Fithri & Idul Adha
Pengertian : kata الْعِيْدُ dimustaq dari kata الْعَوْدُ yang artinya pengembalian dan pengulangan. Dinamakan dengan itu karena berulang itu pada setiap tahun.
Hukumnya : Shalat id adalah Sunat Mu'akkadah, karena membiasakannya Rasulullah SAW terhadap shalat tersebut. Dan dimakruhkan meninggalkannya.
[Syaikhah Daryah Al-Aithah, Fiqh Al-Ibadah Ala Madzhab Asy-Syafi'i Jilid 1 Halaman 362 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Perbandingan Madzhab Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hanbali

اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِ صَلاَةِ الْعِيدِ. فَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّهَا سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، لِحَدِيثِ الأَْعْرَابِيِّ الَّذِي ذَكَرَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فَقَال: هَل عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ؟ قَال: " لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ " (3) وَذَلِكَ مَعَ فِعْل النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهَا وَمُدَاوَمَتِهِ عَلَيْهَا.
----------------------
(3) حديث الأعرابي الذي ذكر له النبي - صلى الله عليه وسلم - الصلوات الخمس. . . " "،. أخرجه البخاري (فتح الباري 1 / 106) ومسلم (1 / 41) من حديث طلحة بن عبيد الله

وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ - عَلَى الْمُفْتَى بِهِ عِنْدَهُمْ - إِلَى أَنَّهَا وَاجِبَةٌ، لِمُوَاظَبَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا مِنْ دُونِ تَرْكِهَا وَلَوْ مَرَّةً؛ وَلأَِنَّهَا تُؤَدَّى بِجَمَاعَةٍ، فَلَوْ كَانَتْ سُنَّةً وَلَمْ تَكُنْ وَاجِبَةً لاَسْتَثْنَاهَا الشَّارِعُ، كَمَا اسْتَثْنَى التَّرَاوِيحَ وَصَلاَةَ الْخُسُوفِ.

وَذَهَبَ الْحَنَابِلَةُ إِلَى أَنَّهَا فَرْضُ كِفَايَةٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {فَصَل لِرَبِّكَ وَانْحَرْ} (1) وَلِمُدَاوَمَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فِعْلِهَا (2)

----------------------------

(1) سورة الكوثر / 2.
(2) بدائع الصنائع 1 / 274، جواهر الإكليل 1 / 101، المجموع 5 / 3، والمغني لابن قدامة 2 / 304

Telah terjadi ikhtilaf fuqaha perihal hukum Shalat Id. Kemudian bermadzhab Malikiyah & Syafi'iyah terhadap bahwasanya shalat id adalah sunnat mu'akkadah. Karena adanya Hadits yang diriwayatkan dari Sahabat A'roby yang telah menuturkan Nabi SAW baginya perihal shalat 5 waktu, kemudian dia bertanya : "apakah wajib kepadaku selain shalat 5 waktu?", Rasulullah Menjawab : "tidak, kecuali tathawwu (sunat)". (3) Dan itu beserta adanya perbuatan Nabi SAW terhadap shalat id serta pen-dawam-an Beliau terhadap shalat id.
________________
(3) Hadits A'robi الذي ذكر له النبي - صلى الله عليه وسلم - الصلوات الخمس الخ telah mengeluarkannya Imam Al-Bukhari (Fath Al-Bari Jilid 1 Halaman 106) Imam Muslim (Jilid 1 Halaman 41) dari Hadits yang diriwayatkan Thalhah bin Ubaidillah

Dan bermadzhab Hanafiyah - berdasarkan yang fatwakan di kalangan mereka - terhadap bahwasanya shalat id adalah wajibah. Karena pembiasaan Nabi SAW terhadap shalat id tanpa meninggalkannya walaupun hanya sekali. Dan karena bahwasanya shalat id ditunaikan secara berjamaah, karena jika terbukti itu sunat, maka yakin syari' (dalam hal ini syari' dimaksud adalah Nabi SAW) mengecualikan pemberjamaahannya sebagaimana syari' telah mengecualikan tarawih dan shalat khusuf.
Dan bermadzhab Hanabilah terhadap bahwasanya shalat id adalah Fardhu Kifayah karena ada Firman Allah SWT : 
فصل لربك وانحر
Dan karena mendawamkannya Nabi SAW terhadap pelaksanaan shalat id
________________
(1) Surat Al-Kautsar Ayat 2
(2) Bada'i'u Ash-Shana'i Jilid 1 Halaman 274, Jawahir Al-Iklil Jilid 1 Halaman 101, Al-Majmu Jilid 5 Halaman 3, Al-Mughni Li Ibn Qudamah Jilid 2 Halaman 304

[Majmu'ah min Mu'allifin, Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah Jilid 31 Halaman 14 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Sunat Buka Puasa Bersama

Untuk anda teman-teman yang belum mengundang bukber alias buka puasa bersama, harap segera diagendakan dan dikirimkan surat undangannya secepat-cepatnya, keburu Lebaran. Jangan lupa menu makanannya dilampirkan sejujur-jujurnya 😆 😂 

٣٢٨٧ - حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، قَهْرَمَانُ آلِ الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، يَقُولُ، سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُوا جَمِيعًا، وَلَا تَفَرَّقُوا، فَإِنَّ الْبَرَكَةَ مَعَ الْجَمَاعَةِ

Rasulullah Shallallohu Alaihi Wa Sallam telah Bersabda : "Hendaklah kalian makan bersama, dan janganlah kalian bercerai-berai, karena sesungguhnya barokah ada beserta jama'ah" 
[Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Jilid 2 Halaman 1903 Hadits Nomor 3287 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

ما يستحب في الصيام

١...٢...٣...٤...٥...٦...٧...٨....٩ دعوة الصائمين وتفطيرهم، ولو لم يكونوا فقراء، وأن يأكل معهم، ولو لم يكن صائماً، لأم الصائم مغفور له، فلعل الله عز وجل يغفر لمجالسيه، روى زيد بن خالد الجُهَني رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من فطر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئاً " (البخاري ج 2/ كتاب الصوم باب 7/ 1803) . فإن لم يقدر على عشائه فطره ولو على تمرة أو شربة ماء أو لبن...١٠ الخ
Artinya : Perkara yang dimustahabkan (disunatkan) pada perihal puasa :
  1. ...
  2. ...
  3. ...
  4. ...
  5. ...
  6. ...
  7. ...
  8. ...
  9. Mengundang orang-orang yang berpuasa dan memberikan mereka makanan berbuka puasa, dan sekalipun status mereka bukan fuqoro, dan hendaknya dia makan bersama mereka, sekalipun dia statusnya bukan orang yang berpuasa, karena pengharapan orang yang berpuasa adalah maghfurlah, maka semoga Allah Aza Wa Jalla mengampuni teman-teman duduk orang yang berpuasa. Telah meriwayatkan Zaid bin Khalid Al-Juhani Radhiyallohu Anhu, dia berkata : "Rasulullah Shallallohu Alaihi Wa Sallam telah Bersabda : "barangsiapa memberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ada baginya pahala semisal pahala orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa tersebut (Shahih Bukhari Jilid 2 Kitab Ash-Shaum Bab 7 Halaman 1803) Kemudian jika dia tidak mampu untuk men-diner/makanmalam-kannya, maka hendaklah memberinya makanan untuk berbuka puasa walaupun sekedar sebutir kurma atau seteguk air minum atau air susu
  10. ...
[Asy-Syaikhah Al-Hajjah Daryah Al-Aithah, Fiqh Al-Ibadah Ala Madzhab Asy-Syafi'i Jilid 2 Halaman 63 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Step by Step Tata Cara Shalat Id Berjamaah

Berikut ini adalah step by step tata cara shalat sunat idul fithri & idul adha secara berjamaah :

  1. Imam melisankan niat shalat idul fithri atau niat shalat idul adha diikuti oleh makmumNiat shalat idul fithri sebagai imam dan dilaksanakan pada waktunya

    نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى

    artinya : aku berniat untuk melaksanakan shalat sunat idul fithri 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilaksanakan pada waktunya) karena Allah Ta'ala

    Niat shalat idul fithri sebagai makmum dan dilaksanakan pada waktunya

     نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى

    artinya : aku berniat untuk melaksanakan shalat sunat idul fithri 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilaksanakan pada waktunya) sebagai  karena Allah Ta'ala

    Niat shalat idul adha sebagai imam dan dilaksanakan pada waktunya

    نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى

    artinya : aku berniat untuk melaksanakan shalat sunat idul adha 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilaksanakan pada waktunya) sebagai imam karena Allah Ta'ala.

    Niat shalat idul adha sebagai makmum dan dilaksanakan pada waktunya

    نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى

    artinya : aku berniat untuk melaksanakan shalat sunat idul adha 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilaksanakan pada waktunya) sebagai makmum karena Allah Ta'ala.

  2. Imam bertakbirotul-ihrom (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) disertai niat di dalam hati. Setelah imam selesai takbirotul ihrom, kemudian semua makmum bertakbirotul ihrom disertai niat di dalam hati. warning!!! : shalat makmum tidak sah jika makmum mencuri start dengan mulai bertakbirotul ihrom sebelum imam selesai takbirotul ihrom dengan mengakhiri pengucapan huruf ر lafadz أكبر 
  3. Imam dan makmum membaca doa iftitah dengan suara pelan. Karena sunatnya pelan
  4. Imam melakukan takbir sunat ke-1 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan. Baqiyah ash-shalihah adalah bacaan :

    سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ

  5. Imam melakukan takbir sunat ke-2 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  6. Imam melakukan takbir sunat ke-3 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  7. Imam melakukan takbir sunat ke-4 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  8. Imam melakukan takbir sunat ke-5 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  9. Imam melakukan takbir sunat ke-6 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  10. Imam melakukan takbir sunat ke-7 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Warning!!! : Imam dan makmum tidak disunatkan membaca lagi baqiyah ash-shalihah setelah takbir sunat ke-7, karena baqiyah ash-shalihah dalam hal ini berfungsi sebagai fashilah/pemisah antar takbir saja. Sehingga pada rokaat kesatu jumlah baqiyah ash-shalihah hanya 6 bukan 7
  11. Imam membaca Ta'udz dengan suara pelan, kemudian imam membaca Surat Alfatihah dengan suara nyaring. Sementara makmum diam saja khusyu' mendengarkan bacaan imam. Setelah imam selesai membaca Surat Al-Fatihah, kemudian imam dan makmum serentak mengucapkan "aamiiiin". Warning!!! : Basmalah menurut madzhab Imam Syafii termasuk salah satu ayat Surat Al-Fatihah. Jadi baik imam maupun makmum wajib membaca بسم الله الرحمن الرحيم sebelum membaca الحمد لله رب العالمين jika basmalah tidak dibaca maka bacaan fatihahnya tidak lengkap jika fatihah tidak dibaca selengkapnya maka bacaan fatihahnya tidak diakui sebagai suatu rukun yang utuh dari antara rukun-rukun shalat yang 17 jika salah satu rukun shalat sengaja tidak dipenuhi maka shalat tidak sah. Saran kami : "jika imam shalat bermadzhab Hanafi, Maliki atau Hambali dan makmumnya bermadzhab Syafi'i, tolong basmalahnya dibaca saja, toh bagi madzhab hanafi, maliki maupun hambali sekalipun basmalahnya dibaca sangat tidak berdampak pada sah atau tidaknya shalat, demi sahnya shalat makmum bermadzhab syafi'i. (Lihat : Al-Fiqh 'Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Hal 232)
  12. Imam membaca surat lain selain surat Al-Fatihah (diutamakan surat ق atau سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى jika memungkinkan) dengan suara nyaring. Sedangkan makmum saat ini membaca Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> mengamini bacaan sendiri.
  13. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk ruku' diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan ruku seperti biasa.
  14. Imam melakukan tasmi' intiqol (mengucapkan سمع الله لمن حمده sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk ruku' diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan i'tidal seperti biasa. Warning!!! : Yang sunat dinyaringkan oleh makmum bukan tasmi سمع الله لمن حمده  melainkan ربنا لك الحمد tapi ini hukumnya sunat. 
  15. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk sujud ke-1 diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan sujud ke-1 seperti biasa.
  16. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk duduk antara 2 sujud diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan duduk antara 2 sujud seperti biasa.
  17. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk sujud ke-2 diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan sujud ke-2 seperti biasa.
  18. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk berdiri ke rakaat kedua diikuti oleh makmum. 
  19. Kemudian memulai rakaat kedua. Kemudian diam seukuran thumaninah yaitu sedurasi bacaan subhanallahWarning!!! : takbir sunat ke-1 pada rakaat kedua ini tidak didahului sebelumnya dengan doa iftitah, karena doa iftitah merupakan doa pembuka shalat bukan pembuka rokaat, sehingga doa iftitah tidak disunatkan selain di awal rokaat kesatu.
  20. Imam melakukan takbir sunat ke-1 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan. Warning !!! semua takbir sunat yang 7 kali pada rokaat kesatu dan 5 kali pada rokaat kedua, beserta bacaan fashilahnya / pemisahnya yaitu 6 baqiyah ash-shalihah pada rokaat kesatu dan 4 baqiyah ash-shalihah pada rokaat kedua termasuk sunat hai'at. Sehingga jika lupa tidak dilakukan tidaklah menjadi sebab disunatkan sujud sahwi. Bahkan jika sengaja tidak dilakukanpun shalatnya tidak menjadi batal.
  21. Imam melakukan takbir sunat ke-2 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  22. Imam melakukan takbir sunat ke-3 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  23. Imam melakukan takbir sunat ke-4 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  24. Imam melakukan takbir sunat ke-5 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring diikuti oleh makmum. Warning!!! : Imam dan makmum tidak disunatkan membaca baqiyah ash-shalihah setelah takbir sunat ke-5 ini karena baqiyah ash-shalihah dalam hal ini berfungsi sebagai fashilah/pemisah antar takbir saja. Sehingga baqiyah ash-sholihah pada rokaat kedua ini jumlahnya hanya 4 bukan 5
  25. Imam membaca Ta'udz dengan suara pelan, kemudian imam membaca Surat Alfatihah dengan suara nyaring. Sementara makmum diam saja khusyu' mendengarkan bacaan imam. Setelah imam selesai membaca Surat Al-Fatihah, kemudian imam dan makmum serentak mengucapkan "aamiiiin". Warning!!! : Basmalah menurut madzhab Imam Syafii termasuk salah satu ayat Surat Al-Fatihah. Jadi baik imam maupun makmum wajib membaca بسم الله الرحمن الرحيم sebelum membaca الحمد لله رب العالمين jika tidak dibaca maka bacaan fatihahnya tidak lengkap jika fatihah tidak dibaca selengkapnya maka bacaan fatihahnya tidak diakui sebagai suatu rukun yang utuh dari antara rukun-rukun shalat yang 17 jika salah satu rukun shalat sengaja tidak dipenuhi maka shalat tidak sah. Saran kami : "jika imam shalat bermadzhab hanafi, maliki atau hambali dan makmumnya bermadzhab syafii, tolong basmalahnya dibaca saja, toh bagi madzhab hanafi, maliki maupun hambali sekalipun basmalahnya dibaca sangat tidak berdampak pada sah atau tidaknya shalat, demi sahnya shalat makmum bermadzhab syafi'iyah." (Lihat : Al-Fiqh 'Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Hal 232)
  26. Imam membaca surat lain selain surat Al-Fatihah (diutamakan untuk rakaat kedua surat اِقْتَرَبَتِ atau surat اَلْغَاشِيَةُ jika memungkinkan) dengan suara nyaring. Sedangkan makmum membaca Ta'udz --> Surat Al-Fatihah --> mengamini bacaan sendiri.
  27. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk ruku' diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan ruku seperti biasa.
  28. Imam melakukan tasmi' intiqol (mengucapkan سمع الله لمن حمده sambil mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk ruku' diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan i'tidal seperti biasa. Warning!!! : Yang sunat dinyaringkan oleh makmum bukan tasmi سمع الله لمن حمده  melainkan ربنا لك الحمد tapi ini hukumnya sunat jadi tidak perlu ribut gara-gara ini
  29. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk sujud ke-1 diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan sujud ke-1 seperti biasa.
  30. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk duduk antara 2 sujud diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan duduk antara 2 sujud
  31. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk sujud ke-2 diikuti oleh makmum. Kemudian imam dan makmum membaca bacaan sujud ke-2 seperti biasa
  32. Imam melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) dengan suara nyaring untuk duduk tasyahhud akhir. Kemudian membaca bacaan tasyahhud akhir, shalawat kepada Nabi dalam rangkaian shalawat ibrohimiyah, doa memohon perlindungan dan doa memohon ketetapan iman seperti biasa. Warning!!! : Bacaan takbirotul ihrom, bacaan Surat Al-fatihah, bacaan tasyahhud akhir, bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad, bacaan السلام عليكم wajib disuarakan dengan suara yang kualitasnya dapat didengar oleh diri sendiri (Lihat Penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Juz 1 Hal 147 148 155 157, Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Muin Hal 16, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi dalam Kasyifah As-Sajaa Hal 53 54 57 58)
  33. Imam membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kanan. Kemudian membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kiri. Kemudian makmum membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kanan. Kemudian membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kiri. Warning!!! : Batal shalat makmum jika membaca salam mendahului imam. Jika makmum membaca salam bersamaan dengan imam atau sebelum imam selesai mengucapkan salam pertama dengan mengakhiri pengucapan huruf م pada lafadz عليكم maka shalat makmum tidak batal akan tetapi hukumnya makruh dan berpotensi menghilangkan fadhilah berjamaah. Adapun sunatnya dalam hal ini adalah setelah imam selesai mengucapkan salam kedua dengan mengakhiri pengucapan huruf م lafadz عليكم yang kedua.
  34. Shalat id Berjamaah selesai
  35. Kemudian imam mengusap wajah sambil membaca أشهد أن لا إله إلا هو الرحمن الرحيم اللهم أذهب عني الهم والحزن begitupula makmum. Warning!!! : Akhir shalat adalah salam bukan mengusap wajah. Amaliyah ini sering difahami secara keliru : banyak yang keliru menganggap ini bagian dari rangkaian shalat padahal akhir shalat adalah salam dan banyak juga yang keliru menganggap ini bid'ah padahal termasuk amaliyah sunnah. (Lihat Penjelasan : Imam Abi Zakariya Yahya An-Nawawi dalam Al-Adzkar Hal 69, Sayid Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Juz 1 Hal 184 & Syaikh Abdurrahman Ba'alawi dalam Bughiyah Al-Mustarsyidin Hal 49)
  36. Kemudian dilanjutkan dengan khutbah id.


Sumber :

  • Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Halaman 147, 148, 155, 157, 225
  • Syaikh Sayid Abu Bakar Al-Bakri, I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Halaman 184 & 261
  • Imam Taqiyuddin Al-Hishni, Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Halaman 153
  • Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayah Az-Zain Halaman 108 dan Kasyifah As-Saja Halaman 53,54,57,58
  • Imam Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Al-Adzkar Halaman 69
  • Syaikh Sayid Abdurrohman Ba'alawi, Bughiyah Al-Mustarsyidin Halaman 49
  • Syaikh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu'in Halaman 16
  • Syaikh Abdurrahman Jabir Al-Jaza'ri, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Halaman 232

وهي كسائر الصلوات في الأركان والشروط والسنن فان أراد الأقل اقتصر على ما يسن في غيرها فأقلها ركعتان كسنة الوضوء وان أراد الإكمال أتى بالتكبير تالآتي

Shalat id adalah sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukunnya, syarat-syaratnya dan sunat-sunatnya. Maka jika seseorang bermaksud melaksanakan minimalnya, maka dia mengiqtisharnya terhadap sebagaimana tata cara yang disunatkan pada shalat sunat selainnya, dan minimalnya adalah 2 rakaat sebagaimana shalat sunat setelah wudhu. Dan jika seseorang bermaksud melaksanakan maksimalnya, maka dia mendatangkan takbir yang akan dijelaskan nanti... [Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Halaman 225 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]


وهي كسائر الصلوات في الأركان والشروط والسنن وأقلها ركعتان كسنة الوضوء وأكمالها ركعتان بالتكبير الأتي ويجب في نيتها التعيين من كونها صلاة عيد الفطر أو صلاة أضحى في كل من أدائها وقضائها

Shalat id adalah sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukun, syarat-syarat dan sunat-sunat. Minimal praktek pelaksanaannya adalah 2 rakaat sebagaimana shalat sunat setelah wudhu, Maksimalnya adalah 2 rakaat dengan takbir yang akan dijelaskan nanti. Wajib pada niatnya dispesifikan identitas shalatnya bahwa yang diniatkan tersebut الْفِطْرِ atau الْأَضْحَى. Kemudian pada Masing-masingnya أَدَاءً atau قَضَاءً

أَدَاءً = dikerjakan pada waktunya yaitu pada hari raya idul fithri atau pada hari raya idul adha tersebut antara setelah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari. قَضَاءً = dikerjakan setelah lewat waktu أَدَاءً

[Sayid Abu Bakar Al-Bakri, I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Halaman 261 - Diterjemahkan oleh Cucu Anwar Mubarok] 


وهي ركعتان يكبر في الأولى سبعا سوى تكبيرة الإحرام وفي الثانية خمسا سوى تكبيرة القيام ويخطب بعدها خطبتين
كفاية الأخيار ج ١ ص ١٥٣
Shalat idain itu 2 rakaat. Bertakbir pada rakaat kesatu 7 kali selain takbirotul ihrom, dan pada rakaat kedua 5 kali selain takbir berdiri, dan berkhutbah setelahnya 2 khutbah. [Imam Taqiyuddin Al-Hishni, Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Halaman 153 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]


وهي ركعتان كغيرها في الأركان والشروط ، وأقلها أن يحرم بالركعتين بنية صلاة عيد الفطر أو الأضحى ، ويصليها كراتبة الظهر مثلا ، وأكمالها أن يكبر في الركعة الأولى سبع تكبيرات بعد تكبيرة الإحرام وبعد دعاء الإفتتاح وقبل التعوذ ، ويرفع يديه في كل تكبيرة كما في التحرم ، ويسن أن يفصل بين كل اثنين منها بقدر أية معتدلة يهلل ويكبر ويمجد ، ويحسن في ذلك أن يقول سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله أكبر لأنه لائق بالحال . ويسن أن يضع يمناه على يساره تحت صدره بين كل تكبيرتين ولو شك في عدد التكبيرات أخذ بالأقل ، وهي من الهيأٰت : كالتعوذ ودعاء الإفتتاح ، فلا يسجد لترك شيء منها وان كان الترك مكروها ، ولو نسي التكبيرات أو شيئا منها وشرع في القراءة لم يتداركها ولو لم يتم الفاتحة ، بخلاف ما لو نسيها وشرع في التعوذ ثم تذكرها فإنه يعود اليها ولا يفوت بها دعاء الإفتتاح ، ويفوت بالتعوذ ويفوت الكل بالقراءة ولو ناسيا ، ثم يتعوذ بعد التكبيرة الأخيرة ، ويقرأ الفاتحة كغيرها من الصلوات ، ويندب أن يقرأ بعد الفاتحة في الركعة الأولى : ق ، وفي الثانية : اقتربة الساعة ، أو سبح اسم ربك الأعلى في الأولى والغاشية في الثانية ، وهي صلاة جهرية ، ثم اذا قام للركعة الثانية يكبر خمسا بالصفة المتقدمة بعد تكبيرة القيام وقبل التعوذ

Shalat id itu 2 rokaat sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukun dan syarat-syarat. Aqollnya (minimalnya) adalah mushalli takbirotul ihrom dengan niat shalat idul fithri atau idul adha 2 rokaat, dan melaksanakan shalat seperti shalat rawatib dhuhur umpamanya. Akmalnya (Sempurnanya) adalah mushalli menambahkan takbir pada rokaat kesatu sebanyak 7 takbir setelah takbirotul ihrom + do'a iftitah sebelum ta'udz, dan mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir seperti takbirotul ihrom, Disunatkan untuk memisahkan antara setiap 2 takbir dengan durasi seukuran ayat mu'tadilah (panjang tidak pendek tidak) membaca tahlil, takbir dan tamjid, dan sebaiknya pada ketika itu mushalli membaca سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله أكبر karena bacaan tersebut adalah yang matching dari aspek situasinya. Disunatkan mushalli menempatkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di bawah dada antara setiap 2 takbir. Apabila ragu-ragu pada hitungan takbir, hendaknya mushalli mengambil kesimpulan dengan yang lebih sedikit saja. Takbir tersebut termasuk salah satu dari sunat-sunat hai'at sebagaimana ta'udz dan do'a iftitah, maka tidak disunatkan sujud sahwi dengan meninggalkan sesuatu dari takbir tersebut walaupun hukum sengaja meninggalkannya adalah makruh. Apabila lupa tidak melakukan takbir-takbir atau sesuatu darinya dan mushalli sudah syuru (on the track) pada bacaan surat Al-fatihah maka tidak boleh kembali mengidroknya sekalipun mushalli belum menyempurnakan bacaan surat Al-fatihah sampai tamat, permasalahan ini berbeda dengan apabila melupakan takbir-takbir dan syuru (on the track) pada bacaan ta'udz kemudian mengingatnya maka mushalli boleh kembali pada takbir-takbir dan tidak gugur dengan takbir-takbir kesunnahan membaca doa iftitah. Gugur kesunnahan membaca doa iftitah dengan syuru (on the track) pada ta'udz, dan gugur semuanya oleh sebab sudah syuru (on the track) pada bacaan surat Al-Fatihah sekalipun syurunya dikarenakan lupa. Kemudian mushalli membaca ta'udz setelah takbir terakhir (no 7) dan membaca surat Al-Fatihah sebagaimana shalat-shalat selain shalat id.  Disunatkan setelah membaca surat Al-Fatihah pada rakaat kesatu membaca surat ق dan pada rakaat kedua membaca surat اقتربة الساعة atau سبح اسم ربك الأعلى pada rakaat kesatu dan الغاشية pada rakaat kedua. Shalat id adalah shalat jahriyah (shalat yang disunatkan dikeraskan suara bacaan fatihah dan surat setelahnya) Kemudian jika telah berdiri untuk rakaat kedua, mushalli bertakbir sebanyak 5 kali dengan sifat seperti yang sudah dibahas tadi setelah takbir qiyam dan sebelum ta'udz. [Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayah Az-Zain Halaman 108 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Step by Step Tata Cara Shalat Id Sendiri

Step by step tata cara shalat sunat idul fithri & idul adha sendiri (munfarid) yang saya bagikan untuk anda ini merujuk pada penjelasan :

  • Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Halaman 147, 148, 155, 157, 225
  • Syaikh Sayid Abu Bakar Al-Bakri, I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Halaman 184 & 261
  • Imam Taqiyuddin Al-Hishni, Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Halaman 153
  • Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayah Az-Zain Halaman 108 dan Kasyifah As-Saja Halaman 53,54,57,58
  • Imam Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Al-Adzkar Halaman 69
  • Syaikh Sayid Abdurrohman Ba'alawi, Bughiyah Al-Mustarsyidin Halaman 49
  • Syaikh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu'in Halaman 16
  • Dan lainnya yang jadi rujukan pada artikel-artikel terkait

Step by Step Tata Cara Shalat Id Sendiri

  1. Melisankan niat shalat idul fithri atau niat shalat idul adha. Ini hukumnya sunat, dalam rangka membantu menghadirkan gambaran umum shalat di dalam hati sebelum dimuqoronahkan nanti ketika takbirotul ihromNiat shalat sunat idul fitri sendiri serta dilakukan pada waktunya: نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّٰهِ تَعَالَى saya berniat untuk melakukan shalat sunat idul fithri 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilakukan pada waktunya) karena Allah Ta'ala. Niat shalat idul adha sendiri serta dilakukan pada waktunya: نَوَيْتُ أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّٰهِ تَعَالَى saya berniat untuk melakukan shalat sunat idul adha 2 rakaat sambil menghadap qiblat secara ada (dilakukan pada waktunya) karena Allah Ta'ala. 
  2. Takbirotul-ihrom (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan dengan kualitas suara yang dapat didengar oleh diri sendiri) disertai niat di dalam hati. Mengucapkan takbirnya termasuk rukun shalat, menyuarakannya dengan kualitas suara yang dapat didengar termasuk syarat sah takbirotul ihrom, menyertakan niatnya termasuk syarat sah niat, mengangkat kedua tangannya termasuk sunat hai'at.
  3. Membaca doa iftitah dengan suara pelan. Ini termasuk sunat haiat dan sunatnya dibaca pelan
  4. Melakukan takbir sunat ke-1 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan. baqiyah ash-shalihah adalah bacaan :

    سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ

  5. Melakukan takbir sunat ke-2 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  6. Melakukan takbir sunat ke-3 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  7. Melakukan takbir sunat ke-4 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  8. Melakukan takbir sunat ke-5 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  9. Melakukan takbir sunat ke-6 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  10. Melakukan takbir sunat ke-7 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Warning!!! : Anda tidak disunatkan membaca baqiyah ash-shalihah setelah takbir sunat ke-7, karena baqiyah ash-shalihah dalam hal ini berfungsi sebagai fashilah/pemisah antar takbir saja, jadi jumlah baqiyah ash-shalihah pada rokaat kesatu ini hanya 6 bukan 7.
  11. Membaca Ta'udz dengan suara pelan, kemudian membaca Surat Alfatihah dengan kualitas suara yang dapat didengar oleh diri sendiri. Setelah selesai membaca Surat Al-Fatihah, kemudian mengucapkan "aamiiiin". Warning!!! : Basmalah menurut madzhab Imam Syafii termasuk salah satu ayat Surat Al-Fatihah. Jadi anda wajib membaca بسم الله الرحمن الرحيم sebelum membaca الحمد لله رب العالمين jika anda tidak membacanya maka bacaan fatihah anda menjadi tidak lengkap, jika fatihah tidak dibaca selengkapnya maka bacaan fatihah anda tidak diakui sebagai suatu rukun yang utuh dari antara rukun-rukun shalat yang 17, jika salah satu rukun shalat tidak dipenuhi maka shalat anda tidak sah. 
  12. Membaca surat lain selain surat Al-Fatihah (diutamakan surat ق atau سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى jika memungkinkan) ini termasuk sunat hai'at, dan sunatnya dibaca dengan suara pelan
  13. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) untuk ruku'. Kemudian membaca bacaan ruku seperti biasa.
  14. Melakukan tasmi' intiqol (mengucapkan سمع الله لمن حمده sambil mengangkat kedua tangan) untuk i'tidal. Kemudian membaca bacaan i'tidal seperti biasa
  15. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk sujud ke-1. Kemudian membaca bacaan sujud ke-1 seperti biasa.
  16. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk duduk antara 2 sujud. Kemudian membaca bacaan duduk antara 2 sujud seperti biasa.
  17. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk sujud ke-2, Kemudian membaca bacaan sujud ke-2 seperti biasa.
  18. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk berdiri ke rokaat kedua. Kemudian memulai rokaat kedua.
  19. Melakukan takbir sunat ke-1 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan. Warning!!! : takbir sunat ke-1 pada rakaat kedua ini tidak didahului sebelumnya dengan doa iftitah, karena doa iftitah merupakan doa pembuka shalat bukan pembuka rokaat, sehingga tidak disunatkan pada rokaat selain rokaat kesatu.
  20. Melakukan takbir sunat ke-2 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  21. Melakukan takbir sunat ke-3 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  22. Melakukan takbir sunat ke-4 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Kemudian membaca baqiyah ash-shalihah satu kali dengan suara pelan
  23. Melakukan takbir sunat ke-5 (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) Warning!!! : anda tidak disunatkan membaca baqiyah ash-shalihah setelah takbir sunat ke-5 ini karena baqiyah ash-shalihah dalam hal ini berfungsi sebagai fashilah/pemisah antar takbir saja. jadi jumlah baqiyah ash-shalihah pada rokaat kedua ini hanya 4 bukan 5
  24. Membaca Ta'udz dengan suara pelan, kemudian membaca Surat Alfatihah dengan kualitas suara yang dapat didengar oleh diri sendiri. Setelah selesai membaca Surat Al-Fatihah, kemudian mengucapkan "aamiiiin". Warning!!! : Basmalah menurut madzhab Imam Syafii termasuk salah satu ayat Surat Al-Fatihah. Jadi anda wajib membaca بسم الله الرحمن الرحيم sebelum membaca الحمد لله رب العالمين jika anda tidak membacanya maka bacaan fatihah anda menjadi tidak lengkap, jika fatihah tidak dibaca selengkapnya maka bacaan fatihah anda tidak diakui sebagai suatu rukun yang utuh dari antara rukun-rukun shalat yang 17, jika salah satu rukun shalat sengaja tidak dipenuhi maka shalat anda tidak sah.  
  25. Membaca surat lain selain surat Al-Fatihah (diutamakan untuk rakaat kedua surat اِقْتَرَبَتِ atau surat اَلْغَاشِيَةُ jika memungkinkan) dengan suara pelan. 
  26. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر sambil mengangkat kedua tangan) untuk ruku'. Kemudian membaca bacaan ruku seperti biasa.
  27. Melakukan tasmi' intiqol (mengucapkan سمع الله لمن حمده sambil mengangkat kedua tangan) untuk i'tidal. Kemudian membaca bacaan i'tidal seperti biasa
  28. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk sujud ke-1 Kemudian membaca bacaan sujud ke-1 seperti biasa.
  29. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk duduk antara 2 sujud. Kemudian membaca bacaan duduk antara 2 sujud seperti biasa.
  30. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk sujud ke-2. Kemudian membaca bacaan sujud ke-2
  31. Melakukan takbir intiqol/perpindahan (mengucapkan الله أكبر tanpa mengangkat kedua tangan) untuk duduk tasyahhud akhir. Kemudian membaca bacaan tasyahhud akhir, shalawat kepada Nabi dengan rangkaian shalawat ibrohimiyah, doa memohon perlindungan dan doa memohon ketetapan iman seperti biasa.
  32. Membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kanan. Kemudian membaca السلام عليكم ورحمة الله sambil menoleh ke sebelah kiri. Warning!!! : Bacaan takbirotul ihrom, bacaan Surat Al-fatihah, bacaan tasyahhud akhir, bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad, bacaan السلام عليكم wajib disuarakan dengan suara yang kualitasnya dapat didengar oleh diri sendiri (Lihat Penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Juz 1 Hal 147 148 155 157, Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Muin Hal 16, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi dalam Kasyifah As-Sajaa Hal 53 54 57 58)
  33. Shalat id selesai
  34. Kemudian mengusap wajah sambil membaca أشهد أن لا إله إلا هو الرحمن الرحيم اللهم أذهب عني الهم والحزن Warning!!! : Akhir shalat adalah salam bukan mengusap wajah. Amaliyah ini sering difahami secara keliru : banyak yang keliru menganggap ini bagian dari rangkaian shalat padahal akhir shalat adalah salam dan banyak juga yang keliru menganggap ini bid'ah padahal termasuk amaliyah sunnah (Lihat Penjelasan : Imam Abi Zakariya Yahya An-Nawawi dalam Al-Adzkar Hal 69, Sayid Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Juz 1 Hal 184 & Syaikh Abdurrahman Ba'alawi dalam Bughiyah Al-Mustarsyidin Hal 49)
  35. Tidak disunatkan khutbah id bagi anda yang shalat id sendiri (munfarid) 😁 Makanya berjamaah 

Penjelasan para ulama ahli fiqih madzhab Imam Syafii yang berkaitan dengan tata cara shalat id : 

وهي كسائر الصلوات في الأركان والشروط والسنن فان أراد الأقل اقتصر على ما يسن في غيرها فأقلها ركعتان كسنة الوضوء وان أراد الإكمال أتى بالتكبيرات الآتي

Shalat id adalah sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukunnya, syarat-syaratnya dan sunat-sunatnya. Maka jika seseorang bermaksud melaksanakan minimalnya, maka dia mengiqtisharnya terhadap sebagaimana tata cara yang disunatkan pada shalat sunat selainnya, dan minimalnya adalah 2 rakaat sebagaimana shalat sunat setelah wudhu. Dan jika seseorang bermaksud melaksanakan maksimalnya, maka dia mendatangkan takbir yang akan dijelaskan nanti... [Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Halaman 225 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]


وهي كسائر الصلوات في الأركان والشروط والسنن وأقلها ركعتان كسنة الوضوء وأكمالها ركعتان بالتكبير الأتي ويجب في نيتها التعيين من كونها صلاة عيد الفطر أو صلاة أضحى في كل من أدائها وقضائها

Shalat id adalah sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukun, syarat-syarat dan sunat-sunat. Minimal praktek pelaksanaannya adalah 2 rakaat sebagaimana shalat sunat setelah wudhu, Maksimalnya adalah 2 rakaat dengan takbir yang akan dijelaskan nanti. Wajib pada niatnya dispesifikan identitas shalatnya bahwa yang diniatkan tersebut الْفِطْرِ atau الْأَضْحَى. Kemudian pada Masing-masingnya أَدَاءً atau قَضَاءً

أَدَاءً = dikerjakan pada waktunya yaitu pada hari raya idul fithri atau pada hari raya idul adha tersebut antara setelah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari. قَضَاءً = dikerjakan setelah lewat waktu أَدَاءً

[Sayid Abu Bakar Al-Bakri, I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Halaman 261 - Diterjemahkan oleh Cucu Anwar Mubarok] 


وهي ركعتان يكبر في الأولى سبعا سوى تكبيرة الإحرام وفي الثانية خمسا سوى تكبيرة القيام ويخطب بعدها خطبتين
كفاية الأخيار ج ١ ص ١٥٣
Shalat idain itu 2 rakaat. Bertakbir pada rakaat kesatu 7 kali selain takbirotul ihrom, dan pada rakaat kedua 5 kali selain takbir berdiri, dan berkhutbah setelahnya 2 khutbah. [Imam Taqiyuddin Al-Hishni, Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Halaman 153 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]


وهي ركعتان كغيرها في الأركان والشروط ، وأقلها أن يحرم بالركعتين بنية صلاة عيد الفطر أو الأضحى ، ويصليها كراتبة الظهر مثلا ، وأكمالها أن يكبر في الركعة الأولى سبع تكبيرات بعد تكبيرة الإحرام وبعد دعاء الإفتتاح وقبل التعوذ ، ويرفع يديه في كل تكبيرة كما في التحرم ، ويسن أن يفصل بين كل اثنين منها بقدر أية معتدلة يهلل ويكبر ويمجد ، ويحسن في ذلك أن يقول سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله أكبر لأنه لائق بالحال . ويسن أن يضع يمناه على يساره تحت صدره بين كل تكبيرتين ولو شك في عدد التكبيرات أخذ بالأقل ، وهي من الهيأٰت : كالتعوذ ودعاء الإفتتاح ، فلا يسجد لترك شيء منها وان كان الترك مكروها ، ولو نسي التكبيرات أو شيئا منها وشرع في القراءة لم يتداركها ولو لم يتم الفاتحة ، بخلاف ما لو نسيها وشرع في التعوذ ثم تذكرها فإنه يعود اليها ولا يفوت بها دعاء الإفتتاح ، ويفوت بالتعوذ ويفوت الكل بالقراءة ولو ناسيا ، ثم يتعوذ بعد التكبيرة الأخيرة ، ويقرأ الفاتحة كغيرها من الصلوات ، ويندب أن يقرأ بعد الفاتحة في الركعة الأولى : ق ، وفي الثانية : اقتربة الساعة ، أو سبح اسم ربك الأعلى في الأولى والغاشية في الثانية ، وهي صلاة جهرية ، ثم اذا قام للركعة الثانية يكبر خمسا بالصفة المتقدمة بعد تكبيرة القيام وقبل التعوذ

Shalat id itu 2 rokaat sepertihalnya shalat selainnya dalam hal rukun-rukun dan syarat-syarat. Aqollnya (minimalnya) adalah mushalli takbirotul ihrom dengan niat shalat idul fithri atau idul adha 2 rokaat, dan melaksanakan shalat seperti shalat rawatib dhuhur umpamanya. Akmalnya (Sempurnanya) adalah mushalli menambahkan takbir pada rokaat kesatu sebanyak 7 takbir setelah takbirotul ihrom + do'a iftitah sebelum ta'udz, dan mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir seperti takbirotul ihrom, Disunatkan untuk memisahkan antara setiap 2 takbir dengan durasi seukuran ayat mu'tadilah (panjang tidak pendek tidak) membaca tahlil, takbir dan tamjid, dan sebaiknya pada ketika itu mushalli membaca سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله أكبر karena bacaan tersebut adalah yang matching dari aspek situasinya. Disunatkan mushalli menempatkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di bawah dada antara setiap 2 takbir. Apabila ragu-ragu pada hitungan takbir, hendaknya mushalli mengambil kesimpulan dengan yang lebih sedikit saja. Takbir tersebut termasuk salah satu dari sunat-sunat hai'at sebagaimana ta'udz dan do'a iftitah, maka tidak disunatkan sujud sahwi dengan meninggalkan sesuatu dari takbir tersebut walaupun hukum sengaja meninggalkannya adalah makruh. Apabila lupa tidak melakukan takbir-takbir atau sesuatu darinya dan mushalli sudah syuru (on the track) pada bacaan surat Al-fatihah maka tidak boleh kembali mengidroknya sekalipun mushalli belum menyempurnakan bacaan surat Al-fatihah sampai tamat, permasalahan ini berbeda dengan apabila melupakan takbir-takbir dan syuru (on the track) pada bacaan ta'udz kemudian mengingatnya maka mushalli boleh kembali pada takbir-takbir dan tidak gugur dengan takbir-takbir kesunnahan membaca doa iftitah. Gugur kesunnahan membaca doa iftitah dengan syuru (on the track) pada ta'udz, dan gugur semuanya oleh sebab sudah syuru (on the track) pada bacaan surat Al-Fatihah sekalipun syurunya dikarenakan lupa. Kemudian mushalli membaca ta'udz setelah takbir terakhir (no 7) dan membaca surat Al-Fatihah sebagaimana shalat-shalat selain shalat id.  Disunatkan setelah membaca surat Al-Fatihah pada rakaat kesatu membaca surat ق dan pada rakaat kedua membaca surat اقتربة الساعة atau سبح اسم ربك الأعلى pada rakaat kesatu dan الغاشية pada rakaat kedua. Shalat id adalah shalat jahriyah (shalat yang disunatkan dikeraskan suara bacaan fatihah dan surat setelahnya) Kemudian jika telah berdiri untuk rakaat kedua, mushalli bertakbir sebanyak 5 kali dengan sifat seperti yang sudah dibahas tadi setelah takbir qiyam dan sebelum ta'udz. [Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayah Az-Zain Halaman 108 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Wallaahu A'lam.

Untuk anda, saya juga akan membagikan step by step tata cara shalat id berjamaah.