Khutbah Id : Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tata Cara - BAITUSSALAM

Khutbah Id : Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tata Cara

Khutbah Id (Idul Fitri & Idul Adha)  :
  • Hukum
  • Rukun
  • Syarat Sah
  • Tata Cara (Step by Step)
Apapun ibadah kita, status hukumnya harus diketahui. Ibadah yang ada rukun-rukun dan syarat-syaratnya, semuanya tentu harus dipenuhi. Prakteknya harus sesuai dengan tata cara yang diatur dalam fiqih khutbah..... tidak boleh asal-asalan.

Warning!!! khutbah itu bersifat formal, tidak seperti pidato dan tabligh akbar yang tanpa aturan baku serta bebas berekspresi bahkan bereksperimen. Prioritas utama pada khutbah adalah keabsahan-nya bukan seni-nya. Lupakan art of public speaking yang potensial mengakibatkan tidak sah ! 

Hukum Khutbah Id
  • Hukum khutbah id pada shalat idul fithri dan shalat idul adha adalah sunat, berdasarkan Ijma/Konsensus (Lihat penjelasan : Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj - Hawasyi Tuhfah Al-Muhtaj Jilid 3 Hal 45-46) Hadits yang dijadikan dasar hukum sunat khutbah id, waktu pelaksanaannya harus setelah selesai shalat id, dan hanya disunatkan jika pelaksanaan shalat idnya diberjamaahkan adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Umar (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakaria Al-Anshari dalam Fathul Wahhab Jilid 1 Hal 83, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1 Hal 155)
  • Khutbah tidak disunatkan bagi orang yang shalatnya munfarid, sekalipun laki-laki. Khutbah juga tidak disunatkan kepada jemaah khusus perempuan, kecuali khatibnya laki-laki. Tapi jika seorang perempuan berdiri untuk menyampaikan mau'idzoh dihadapan jemaah khusus perempuan dengan niat sebatas menyampaikan mau'idzoh bukan khutbah, maka itu laa ba'tsa/tidak apa-apa (Lihat penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Bajuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Hal 226)
  • Sekalipun secara teknis pelaksanaan shalat id dan khutbah id bersifat paralel, status hukum sunat yang melekat pada masing-masing keduanya bersifat mustaqil/independent (Lihat penjelasan : Syaikh Sayid Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Hal 263)
  • Khutbah dilaksanakan secara double (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Zakaria Al-Anshori dalam Minhaj Ath-Thullab, Imam Abi Suja Al-Ashfahani dalam At-Taqrib) Digandakannya khutbah id menjadi khutbatain adalah dengan metode qiyasi, yaitu diqiyaskan pada khutbah jum'at, karena tidak ada hadits yang bisa dijadikan dalil penetapan (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Al-Khulashah, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakariya Al-Anshari dalam Fath Al-Wahhab, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1)
  • Jika khatib meringkas khutbah dengan khutbah pertama saja tanpa khutbah kedua maka itu belum cukup (Lihat penjelasan : Imam Asy-Syirwani dalam Hasyiyah Asy-Syirwani, Syaikh Nawawi Al-jawi dalam Nihayah Az-Zain)
  • Ketentuan waktu pelaksanaan khutbah id adalah setelah selesai shalat id (Lihat penjelasan : Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam Fath Al-Mu'in) Sekalipun kemudian pada pelaksanaannya secara paralel, khutbah menjadi keluar dari waktu reguler pelaksanaan shalat id, khutbah id tersebut tetap sah. (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Al-Raudhah, Imam Al-Asnawi dalam Syarh Al-Asnawi, Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305)
  • Jika khutbah id dilaksanakan sebelum shalat id, maka khutbah id lam yu'tad/tidak dihitung alias dianggap seolah belum dilaksanakan. Landasannya adalah tertib urutan yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Selain berdasarkan hadits tersebut, diqiyaskan juga pada permasalahan lam yu'tadnya/tidak dihitungnya pelaksanaan shalat sunat rawatib qobla fardhu yang dilaksanakan sebelum waktu shalat fardhu (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Ar-Raudhah, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305, Imam Abi Yahya Zakariya Al-Anshari dalam Fath Al-Wahhab, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfah Al-Muhtaj, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni dalam Kifayah Al-Akhyar Jilid 1, Syaikh Abu Bakar dalam I'anah Ath-Thalibin Jilid 1 Hal 263) Jika hal itu dilakukan secara sengaja, maka hukumnya haram dan termasuk ibadah fasidah (Lihat penjelasan : Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 306) Jika itu terlanjur sudah terjadi, maka khutbah sunat diulangi lagi setelah shalat id selesai, karena khutbah yang sebelumnya dianggap tidak ada (Lihat penjelasan : Syaikhul Islam Ibrohim Al-Baijuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Jilid 1 Hal 226)
  • Hukum sunat pelaksanaan khutbah ini bisa berubah menjadi wajib jika dinadzarkan. Jika hukumnya sudah berubah menjadi wajib, maka segala ketentuan terkait rukun dan syarat pada khutbah jum'at berlaku juga pada khutbah id kecuali syarat bilangan 40 dan syarat waktu (Lihat penjelasan : Imam Syafi'i dalam Al-Umm, Imam Ibnu Qasim Al-Ubbadi dalam Hasyiyah Al-Ubbadi, Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306)
Rukun khutbah id 
Rukun khutbah id adalah sama dengan rukun khutbah jum'at (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Syarah Al-Mahalli Jilid 1 Hal 305-306)
  1. Membaca Hamdalah pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  2. Membaca Shalawat Kepada Nabi pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  3. Menyampaikan Wasiat Taqwa pada khutbah kesatu dan khutbah kedua.
  4. Membaca Ayat Al-Quran pada salah satunya, boleh pada khutbah kesatu dan boleh pada khutbah kedua.
  5. Membaca Doa untuk muslimin muslimat pada khutbah kedua. 
Syarat sah khutbah id
Syarat sah khutbah id lebih sedikit daripada syarat sah khutbah jum'at (Lihat penjelasan : Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306) 
  1. ذكورة الخطيب Khatib harus berjenis kelamin laki-laki.
  2. كون الخطبة بالعربية Rukun khutbah harus menggunakan bahasa arab
  3. اسماع Khatib harus memperdengarkan rukun khutbah kepada jemaah
  4. سماع Jemaah harus mendengar rukun khutbah
  5. بعدهما Khutbah harus dilaksanakan setelah selesai shalat id.
Tidak disyaratkan (Lihat penjelasan : Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayah Az-Zain Hal 110)
  • العدد Jumlah minimal jemaah. Berbeda dengan khutbah jumat yang ada syarat minimal jemaah yaitu 40 orang mukallaf.
  • القيام Berdiri. 
  • الوقت Khutbah pada timing shalat id. Jadi jika khutbah id keluar dari waktu shalat id (masuk waktu dzuhur) maka khutbah id tetap sah. Berbeda dengan khutbah jumat yang disyaratkan tidak keluar dari waktu dzuhur, sehingga jika masuk waktu ashar khutbah jumat menjadi tidak sah
  • طهرة Suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Tapi khusus jika junub tetap haram membaca Al-Qur'an. Bahkan jika tiba-tiba junub khutbahnya batal menurut Imam Ibnu Hajar. (Lihat penjelasan : Imam Ibnu Hajar dalam Tuhfah Al-Muhtaj - Hawasyi Tuhfah Jilid 3 Hal 45-46)
  • ستر Menutup aurat. Jadi jika sarung khatibnya bolong pada bagian penutup aurat, maka khutbahnya tetap sah.
  • جلوس بينهما Duduk antara khutbah kesatu dan khutbah kedua. 
Point-point syarat khutbah jumat yang tidak disyaratkan pada khutbah id ini, status hukumnya pada khutbah id adalah sunat.

Tata cara 

Tata cara ini mencakup penerapan rukun, syarat dan beberapa yang disunatkan merujuk pada penjelasan para Ulama Syafi'iyah. Semua redaksi kitab rujukan penulis disertakan di bagian akhir tulisan ini. 

Khutbah kesatu :
  1. Berdiri --> Menghadap ke arah jemaah --> Mengucapkan assalamu alaikum kepada jemaah --> Duduk sebentar untuk beristirahat seukuran durasi adzan pada shalat jum'at. Hukum keempatnya adalah sunat (Lihat penjelasan : Imam An-Nawawi dalam Syarh Al-Muhaddab, Imam Al-Qalyubi dalam Hasyiyah Al-Qalyubi Jilid 1 Hal 305-306, Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305-306)  
  2. Berdiri --> Membaca takbir 9 kali secara muwalah sebagai pembuka khutbah kesatu. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin) Muwalah yang dimaksud adalah tidak panjang pemisah. Sunatnya pengucapan takbir diifrodkan / diwaqof-waqofkan dengan 1 napas per takbir (Lihat penjelasan : Imam Umairoh dalam Hasyiyah Umairoh Jilid 1 Hal 305-306)
  3. Membaca hamdalah. Oleh karena hamdalah ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point hamdalah ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi hamdalah harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara hamdalah dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara hamdalah khatib.
  4. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena shalawat ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point shalawat ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi shalawat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara shalawat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara shalawat yang dibacakan khatib.
  5. Washiyat taqwa. Oleh karena Washiyat taqwa ini termasuk rukun khutbah kesatu, maka point Washiyat taqwa ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Washiyat taqwa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Washiyat taqwa dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Washiyat taqwa yang dibacakan khatib.
  6. Membaca Ayat Suci Al-Qur'an. Oleh karena Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini termasuk rukun khutbah yang boleh ditempatkan pada salah satu khutbah dua, maka point Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini tidak boleh ditinggalkan pada salah satunya. Jika khatib memilih membacanya kali ini, maka pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Ayat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Ayat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Ayat yang dibacakan khatib.
  7. Menyampaikan mau'idzah tentang hukum zakat fithrah atau tentang udhhiyah. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin)
Khutbah ke-2
  1. Membaca takbir 7 kali secara muwalah sebagai pembuka khutbah kedua. Ini sunat (Lihat penjelasan : Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin)
  2. Membaca hamdalah. Oleh karena hamdalah ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point hamdalah ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi hamdalah harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara hamdalah dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara hamdalah khatib.
  3. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena shalawat ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point shalawat ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi shalawat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara shalawat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara shalawat yang dibacakan khatib.
  4. Washiyat taqwa. Oleh karena Washiyat taqwa ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point Washiyat taqwa ini tidak boleh ditinggalkan, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Washiyat taqwa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Washiyat taqwa dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Washiyat taqwa yang dibacakan khatib.
  5. Membaca Ayat Al-Qur'an. Oleh karena Membaca Ayat Suci Al-Qur'an ini termasuk rukun khutbah yang boleh ditempatkan pada salah satu khutbah dua, dan tadi khatib sudah membacanya pada khutbah kesatu, maka pada khutbah kedua ini boleh ditinggalkan. Jika tadi pada khutbah kesatu tidak membacaya, maka pada khutbah kedua khatib membacanya, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Ayat harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara Ayat dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara Ayat yang dibacakan khatib.
  6. Membaca Doa untuk Mu'minin-Mu'minat. Oleh karena Doa untuk Mu'minin-Mu'minat ini termasuk rukun khutbah kedua, maka point Doa untuk Mu'minin-Mu'minat ini tidak boleh ditinggalkan pada khutbah kedua, serta pada pengucapannya harus memenuhi syarat-syarat sah berikut ini : 1)Redaksi Doa harus menggunakan bahasa arab, 2)Khatib harus mengupayakan suara do'a dapat didengar oleh jemaah, 3)Jemaah harus dapat mendengar suara do'a yang dibacakan khatib

Sumber :

 الإمام محي الدين أبي زكريا يحيى النووى : منهاج الطالبين
ويسن بعدها خطبتان أركانها كهي في الجمعة ويعلمهم في الفطر الفطرة والأضحى الأضحية يفتتح الأولى بتسع تكبيرة والثانية بسبع ولاء

الإمام جلال الدين محمد المحلي : شرح المحلي على منهاج الطالبين
ويسن بعدها خطبتان روى الشيخان عن ابن عمر انه صلى الله عليه وسلم وابابكر وعمر كانوا يصلون العيد قبل الخطبة وتكريرها مقيس على الجمعة ولم يثبت فيه حديث كما قاله المصنف في الخلاصة ولو قدمت على الصلاة قال في الروضة لم يعتد بها كالسنة الراتبة بعد الفريضة اذا قدمت أركانها كهي أى كأركان الخطبتين في الجمعة وهي حمد الله تعالى والصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم والوصية بالتقوى فيهما وقراءة أية في احداهما والدعاء للمؤمنين في الثانية ولايشترط فيهما القيام فان قام قال في شرح المهدب يسن الجلوس قبلهما على المنبر فقيل لا يستحب والأصح يستحب للإستراحة وقبله يقبل على الناس بوجهه ويسلم عليهم قال في شرح المهدب ويردون عليه كما سبق في الجمعة ويعلمهم استحبابا في عيد الفطر الفطرة وفي عيد الأضحى الأضحية أى أحكامهما والفطرة صدقة الفطر وهي كما قال المصنف بكسر الفاء مولدة وابن رفعة كابن أبي الدم بضمها يفتتح استحبابا الأولى بتسع تكبيرات ولاء والثانية بسبع ولاء قال عبيد الله بن عبد الله ابن عتبه بن مسعود من التابعين ان ذلك من السنة رواه الشافعي والبيهقي ولو فصل بينهما بالحمد والتهليل والثناء جاز قال في الروضة نص الشافعي رضي الله عنه وكثيرون من الأصحاب على أنها ليست من الخطبة وانما هي مقدمة لها ومن قال منهم يفتتح الخطبة بها يحمل على ذلك فإن افتتح الشيء قد يكون ببعض مقدماته التي ليست من نفسه

الإمام شهاب الدين القليوبي : حاشية القليوبي على شرح المحلى على منهاج الطالبين ج ١ ص ٣٠٥ - ٣٠٦
قوله ويسن بعدها خطبتان
إلا بنذر فيجبان ويشترط لهما حينئذ ما في خطبة الجمعة إلا العدد ونحوه كما قاله شيخنا
قوله فلو قدمها لم يعتد بهما
بل يحرم إن قصدها لأنها عبادة فاسدة
قوله ولا يشترط فيهما القيام
ولا غيره إلا الإسماع والسماع وكونها عربية وذكورة الخطيب فتصح خطبة الجنب لكن يشترط قصد الأية وإن حرم عليه قراءتها
قوله والأصح يستحب
هو المعتمد بقدر جلوس الجمعة
قوله فلا يفصل الخ
ويسن إفراد كل تكبيرة بنفس وتفوت التكبيرات بالشروع في الخطبة ولا تتدارك كما في الصلاة
قوله يفتتح الخ
يفيد أن التكبيرات ليست من الخطبة وهو كذلك لأنها مقدمة لها على خلاف الأصل
قوله جاز الخ
بل قال الإمام الشافعي رضي الله عنه إنه حسن وعليه فالمراد بالولاء عدم طول الفصل بينهما عرفا
تنبيه
يطلب في القضاء ما في الأداء من تكبيرات الصلاة وطلب الخطبة إن صلوها جماعة وإن لم تطلب وتكبيراتها والجهر والسورتين وتعليم أحكام الفطرة والأضحية وغير ذلك

الإمام شهاب الدين عميرة : حاشية عميرة على شرح المحلى على منهاج الطالبين ج ١ ص ٣٠٥ - ٣٠٦
قول المتن ويسن بعدها خطبتان
أى ولو بعد خروج الوقت قاله في الروضة وشرح الأسنوي
قوله ولا يشترط فيهما القيام
أي لأنهما سنة كصلاة العيد قال الأسنوي وكذا لا يشترط الوقت ولا الأربعون

الإمام أبي يحيى زكريا الأنصاري : منهاج الطلاب ج ١ ص ٨٣
وسن خطبتان بعدهما لجماعة كجمعة في أركان وسنن وأن يعلمهم في فطر الفطرة وأضحى الأضحية ويفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء

الإمام أبي يحيى زكريا الأنصاري : فتح الوهاب بشرح منهاج الطلاب ج ١ ص ٨٣
وسن خطبتان بعدهما بقيد زدته بقولي لجماعة لا لمنفرد روى الشيخان أنه صلى الله عليه وسلم وأبابكر وعمر كانوا يصلون العيدين قبل الخطبة وكونهما ثنتين مقيس على خطبة الجمعة ولو قدمت على الصلاة لم يعتد بها كالراتبة بعد الفريضة إذا قدمت كخطبتي الجمعة في أركان وسنن لا في شروط خلافا للجرجاني وحرمة قراءة الجنب أية في إحداهما ليس لكونها ركنا فيها بل لكون الأية قرأن لكن لا يخفى أنه يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية وقولي وسنن من زيادتي و سن أن يعلمهم في عيد فطر الفطرة وفي عيد أضحى الأضحية أى أحكامها للإتباع في بعضها رواه الشيخان ولأن ذلك لائق بالحال وأن يفتتح الخطبة الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء إفرادا في الجميع لقول عبيد الله بن عبد الله ابن عتبة بن مسعود إن ذلك من السنة رواه الشافعي قال في المجموع وإسناده ضعيف ومع ضعفه لا دلالة فيه على الصحيح لأن عبيد الله تابعي وقول التابعي من السنة كذا موقوف على الصحيح فهو كقول الصحابي لم يثبت انتشاره فلا يحتج به على الصحيح وهذه التكبيرات ليست من الخطبة بل مقدمة لها كما نص عليه الشافعي وإفتتاح الشيء قد يكون بمقدمته التي ليست منه نبه على ذلك في الروضة والتصريح بسن التعليم والإفتتاح بما ذكر من زيادتي

الإمام شهاب الدين أحماد ابن حجر الهيتمي : تحفة المحتاج بشرح المنهاج ج ٣ ص ٤٥-٤٦
ويسن بعدها إجماعا فلا يعتد بهما قبلها وفعل بعض امراء بني أمية له لأن الناس كانوا ينفرون عقب الصلاة عن سماع خطبته لكراهتهم له بالغ السلف الصالح في رده عليه خطبتان قياسا على تكررها في الجمعة ومن أن الخطبة لا تسن لمنفرد أركانهما وسننهما كهي في الجمعة فتجب ثلاثة الأول في كل منهما وقراءة أية في إحداهما والدعاء للمؤمنين في الثانية وخرج بأركانهما شروطها فلا يجب هنا نحو قيام وجلوس بينهما وطهر وستر بل يسن نعم لو كان في حال قراءة الأية جنبا بطلت خطبته لعدم الإعتداد بها منه مالم يتطهر ويعيدها ولابد في أداء سننها من كونها عربية لكن المتجه إن هذا شرط لكمالها لا لأصلها بالنسبة لمن يفهمها كالطهارة بل أولى لأن إغتناء الشارح بنحو الطهارة أعظم ألا ترى أن العاجز عن العربية يخطب بلسانه لمثله كما مر وعن الطهورين لا يخطب أصلا فإذا لم يشترظ في صحتها الطهر فأولى كونها عربية ولابد في ذلك أيضا من سماع الحاضرين لها بالفعل لكن يظهر الإكتفاء بسماع واحدة لأن الخطبة تسن للإثنين ثم هي وإن كانت كخطبة الجمعة في سننها إلا أنها تزيد بسنن أخرى تعلم من قوله ويعلمهم ندبا في الفطر الفطرة أى زكاتها وفي الأضحى الأضحية أى أحكامها التي تعم الحاجة إليها للإتباع في بعض ذلك رواه الشيخان ولما فيه من عظم نفعهم يفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء إفراد في الكل وهي مقدمة لها لا منها ولا ينافيه التعبير بالإفتتح لأن الشيء قد يفتتح ببعض مقدماته

الإمام عبد الحميد الشرواني : حاشية الشرواني على تحفة المحتاج بشرح المنهج ج ٣ ص ٤٥-٤٦
قوله خطبتان
ويأتي بهما وإن خرج الوقت فلو اقتصر على خطبة فقط لم يكف ويسن الجلوس قبلهما للإستراحة قال الخوارزمي قدر الأذان أى في الجمعة نهاية ومغنى
قوله ولابد في أداء سننها الخ
إعتمده النهاية والمغني وشيخ الإسلام فقالوا لكن يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية إنتهى وزاد شيخنا وكون الخطيب ذكرا إنتهى قال ع ش قوله م ر وكون الخطبة عربية أنظر وإن كانوا من غير العرب سم على المنهاج اقول ظاهر إطلاق الشارح م ر ذلك ويوجه بأنه ليس الغرض منها مجرد الوعظ بل الغالب عليها الإتباع نظرا لكونها عبادة إنتهى
قوله أحكامها 
أى أحكام الفطرة والأضحية
قوله في بعض ذلك
والذي في الصحيحين بعض أحكام الأضحية في عيدها والذي في أبي داود والنسائي بعض أحكام الفطر في عيده ويقاس بذلك بقية أحكامها بجامع أنه لائق بالحال كردى على بافضل

الإمام أحمد بن قاسم العبادي : حاشية العبادي على تحفة المحتاج بشرح المنهج
قوله فلا يجب هنا نحو القيام الخ
قال في التوسط لا خفاء أن الكلام إذا لم ينذر الصلاة والخطبة أما لو نذر وجب أن يخطبها قائما نص عليه في الأم ويستحب الجلوس قبلهما للإستراحة قال الخوارزمي قدر الأذان شرح م ر
قوله بطلت خطبته
فيه نظر وما المانع من الإعتداد بها وإن أثم من حيث القراءة ثم رأيت في شرح المنهاج ما يصرح بصحة الخطبة حيث قال عقب قوله كخطبتي جمعة في أركان وسنن ما نصه لا في الشروط خلافا للجرجاني وحرمة قراءة الجنب أية في إحداهما ليس لكونها ركنا لكون الأية قرأنا لكن لا يخفى أنه يعتبر في أداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية إنتهى وعلى هذا فلو قرأ الجنب الأية لا بقصد قرأن فهل تجزئ لقراءته ذات الأية أولا لأنها لا تكون قرأنا إلا بالقصد فيه نظر
قوله كما مر
أى في الجمعة لكن هذا العاجز هل يترجم عن الأية لأنها ركن فلابد من الإتيان بها أولا وتسقط في هذه الحالة لكنه يقف بقدرها لفوات إعجاز القرأن بالترجمة فيه نظر ويؤيد الثانى ما قالوه فيمن عجز في الصلاة عن الفاتحة بالعربية فايتأمل
قوله ولاء
أي فيضر الفصل الطويل وقوله إفرادا أي واحدة واحدة فلا يجمع بين ثنتين

الإمام أحمد أبي سجاع الأصفهانى : التقريب ص ١٩
ويخطب بعدهما خطبتين يكبر في الأولى تسعا وفي الثانية سبعا

الإمام تقي الدين الحسيني الحصني الدمشقي :  كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار ج ١ ص ١٥٥
ثم يسن بعد الصلاة خطبتان لما روى الشيخان عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر رضي الله عنهما كانوا يصلون العيد قبل الخطبة فلو خاطب قبل الصلاة لم يعتد بها على الصحيح الصواب الذي نص عليه الشافعي ، وتكرير الخطبة هو بالقياس على الجمعة ولم يثبت فيه حديث ، قاله النووى في الخلاصة . ويستحب يفتتح الأولى بتسع تكبيرات والثانية بسبع تكبيرات

الإمام محمد ِابن قاسم الغازي : فتح القريب المجيب في شرح الفاظ التقريب ص ١٩
ويخطب ندبا بعدهما أى الركعتين خطبتين يكبر في ابتداء الأولى تسعا ولاء وفى ابتداء الثانية سبعا ولاء ولو فصل بينهما بتحميد وتهليل وثناء كان حسنا

الشيخ الإسلام إبراهيم البيجوري : حاشية الباجري على شرح ابن قاسم الغازي على متن أبى سجاع ج ١ ص ٢٢٦
قوله ويخطب
أى من يصلي جماعة من الذكور ولو مسافرين فلا خطبة لمنفرد ولا لجمعة النساء إلا أن يخطب لهن ذكر فلو قامت واحدة منهن ووعظتهن فلابأس ويندب للخطيب أن يجلس قبل الخطبة للإستراحة لا للأذان لأنه لا أذان لها ويستحب أن يعلمهم أحكام الفطرة في عيد الفطر وأحكام الأضحية في الأضحى ومن دخل والإمام يخطب فإن كانوا في الصحراء جلس ليستمع ما لم يخش خروج وقت العيد وإلا صلاه وإن كانو بالمسجد صلاه مع التحية كما قاله الزيادي
قوله بعدهما
فلو خطب قبلهما بطلت الخطبة كالراتبة بعد الفريضة إذا قدمت فيعيدها ولو بعد خروج الوقت
قوله خطبتين
أى كخطبتي الجمعة في الأركان لا في الشروط فإنها لا تشترط هنا بل تستحب إلا الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية وكون الخطيب ذكرا ولابد أن يقصد الجنب القراءة في الأية ليعتد بها ركنا وإن حرم عليه
قوله يكبر في ابتداء الأولى الخ
لو قال ويفتتح بالتكبير لكان أولى لأن عبارته توهم أن التكبير جزء من الخطبة وليس كذلك بل هو مقدمة لها خارج عنها ولا ينافي ذلك ذلك إفتتاحها به لأن الشيء قد يفتتح بما ليس منه ويفوت التكبير بالشروع في أركان الخطبة كما قرره الشيخ الطوخي
قوله تسعا
فهي مشبهة بالركعة الأولى فإنه يكبر فيها سبعا مع تكبيرة الإحرام والركوع فجملتها تسع كما مر
قوله ولاء
وافراد فاولاء سنة في التكبيرات فلا يطيل الفصل بين كل تكبيرتين وكذا الإفراد فلا يقرن بين ثنتين أو أكثر بل يكبر واحدة واحدة فلو تخلل ذكر بين كل تكبيرتين أو قرن بينهما جاز كما قاله الرملي
قوله ويكبر في ابتداء الثانية الخ
كان الأولى أن يقول ويفتتح الثانية بالتكبير الخ كما مر
قوله سبعا
فهي مشبهة بالركعة الثانية فإنه يكبر فيها خمسا مع تكبيرة القيام والركوع فجملتها سبع كما مر
قوله ولاء
أى وإفرادا كما في نظيره
قوله ولو فصل بينهما الخ
كان عليه أن يقدم هذه العبارة قبل قوله ويخطب لأن هذا إنما هو في تكبير الصلاة كما مر لا في تكبيرة الخطبة إلا أن يجاب على بعد بأن المراد بالحسن هنا الجواز كما سبق عن الرملي والمقصود نفي الضرر بالفصل

الشيخ زين الدين المليباري : فتح المعين ص ٣٣
بخطبتين أى معهما بعدهما أى يسن خطبتان بعد صلاة العيدين ولو في غد فيما يظهر والكسوفين ويفتتح أولى خطبتي العيدين لا الكسوف بتسع تكبيرات والثانية بسبع ولاء وينبغي أن يفصل بين الخطبتين بالتكبير ويكثر منه في فصول الخطبة قاله السبكي ولا تسن هذه التكبيرات للحاضرين

الشيخ السيد ابو بكر الدمياطى : إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ج١ ص٢٦٣
قوله بخطبتين
متعلق بمحذوف حال من كل من صلاة العيدين وصلاة الكسوفين أي تسن صلاة العيدين وصلاة الكسوفين حال كونهما مصحوبتين بخطبتين بعدهما وهما كخطبتي الجمعة في أركانها أما شروط خطبتي الجمعة كالقيام فيهما والجلوس بينهما والطهارة والستر فلا تشترط هنا نعم يعتبر من الشروط لأداء السنة الإسماع والسماع وكون الخطبة عربية ويسن أن يعلمهم في خطبة عيد الفطر أحكام زكاة الفطر وفي عيد الأضحى أحكام الأضحية ويسن أن يأمر الناس في خطبة الكسوفين بالتوبة من الذنوب وبفعل الخير من صدقة وعتق ونحو ذلك
قوله أى معهما
أفاد به أن الباء بمعنى مع
قوله بعدهما
أى بعد صلاة العيدين وبعد صلاة الكسوفين والظرف متعلق بمحذوف صفة لخطبتين واحترز به عما لو قدمتا على الصلاة فإنه لا يعتد بهما كالسنة الراتبة البعدية لوقدمت
قوله أى يسن خطبتان بعد صلاة العيدين
أفاد بهدا التفسير أن الخطبتين بعدهما سنة مستقلة
قوله ولو في غد فيما يظهر
أى ولو كان فعلها في الغد وذلك فيما إذا شهدوا بعد الغروب برؤية الهلال الليلة الماضية فإنها تصلى أداء من الغد كما تقدم
قوله والكسوفين ويفتتح أولى خطبتي العيدين
معطوف على العيدين أى وبعد فعل صلاة الكسوفين
قوله لا الكسوف
أى لا يفتتح أولى خطبتي الكسوف بما ذكر أى ولا الثانية أيضا ولو أخره عن قوله والثانية بسبع ولاء لكان أولى وظاهر سياقه أنه لا يبدله بالتسبيح ولا بالإستغفار وفي ع ش وهل يحسن أن يأتي بدله بالإستغفار قياسا على الإستسقاء أم لا فيه نظر والأقرب الأول لأن صلاته مبنية على التضرع والحث على التوبة والإستغفار من أسباب الحمل على ذلك وعبارة الناشري يحسن أن يأتي بالإستغفار إلا أنه لم يرد فيه نص إنتهى
قوله بتسع تكبيرات
متعلق بيفتتح
قوله والثانية بسبع ولاء
أى ويفتتح ثانية الخطبتين بسبع تكبيرات وقوله ولاء حال من كل من التسع التكبيرات ومن السبع
قوله وينبغي أن يفصل بين الخطبتين بالتكبير
أى الخطيب وفي شروح الزبد ما نصه ولو فصل بينهما بالحمد والتهليل والثناء جاز إنتهى
قوله ويكثر منه في فصول الخطبة
أى وينبغي أن يكثر الخطيب من التكبير في فواصل الخطبة أى روءس سجعتها
قوله قاله السبكي
أى ما ذكر من الفصل بينهما بالتكبير والإكثار منه في الفصول
قوله ولا تسن هذه التكبيرات للحاضرين
أى بل يسن لهم استماع ذلك من الخطيب

الشيخ محمد نووي الجاوي : نهاية الزين في إرشاد المبتدئين على قرة العين بمهمات الدين ص ١١٠
ويسن للإمام أن يخطب بخطبتين للجماعة دون المنفرد بعدهما أى بعد السلام من صلاة العيدين والكسوفين ، وتكون خطبتا العيد كخطبتي الجمعة في الأركان والسنن لا في الشروط : كالقيام والستر والطهارة والجلوس بينهما ، ويسن الجلوس قبلهما للإستراحة ، نعم لابد في أداء السنة وصحة الخطبة من الإسماع بالفعل والسماع ولو بالقوة كما تقدم في الجمعة ، وكون الخطبة عربية ، وكون الخطيب ذكر على المعتمد . ويسن للخطيب أن يعلمهم في عيد فطر الفطرة وعيد أضحى الأضحية ، ويسن أن يكبر في إفتتاح الخطبة الأولى تسعا بتقديم المثناة على السين ، وفي إفتتاح الثانية سبعا بتقديم السين على الموحدة مع الموالاة وإفراد كل تكبيرة بنفس ، ويفوت هذا التكبير بالشروع في أركان الخطبة كما يفوت تكبير الصلاة بالشروع في القراءة ، ويخطب الإمام في الكسوفين ولو بعد الإنجلاء : كخطبتي العيد لكن لا يكبر فيها . قال بعضهم : ويحسن أن يستغفر لأنه لائق بالحال لأن الكسوف مما يخوف الله به عباده ، ولا يشترط فيها شروط خطبة الجمعة بل تسن كما في خطبة العيد ، ولا يكفي خطبة واحدة ، ويحث فيهما السامعين على فعل الخير من توبة وصدقة وعتق ونحوها 

Daftar Pustaka
An-Nawawi, Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya. Al-Adzkar dan Minhaj Ath-Thalibin. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Mahalli, Syaikh Jalaluddin. Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.
Imam Qalyubi. Hasyiyah Al-Qalyubi Ala Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.Dar Al-Fikr.
Imam Umairah. Hasyiyah Umairah Ala Syarh Al-Mahalli Ala Minhaj Ath-Thalibin.Dar Al-Fikr.
Al-Anshari, Syaikh Zakaria Yahya. Minhaj Ath-Thullab dan Fath Al-Wahhab. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Ad-Dimsaqi, Syaikh Taqiyuddin Abi Bakar. Kifayatul Akhyar (Jilid 1). Syirkah An-Nur Asia.
Ba'alawi, Syaikh Sayid Abdurrahman. Bughiyah Al-Mustarsyidin. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Malibari, Syekh Zainudin. Fathul Muin. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Bakri, Syaikh Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati. Ianah Ath-Thalibin (Jilid 1). Syirkah An-Nur Asia.
Al-Baijuri, Syaikh Ibrahim. Hasyiyah Al-Bajuri (Jilid 1). Toha Putra.
Al-Bantani, Syaikh Muhammad Nawawi. Nihayah Az-Zain dan Kasyifah As-Sajaa. Toha Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas