Waktu Niat Zakat Fitrah - BAITUSSALAM

Waktu Niat Zakat Fitrah

Tahukah anda, waktu paling tepat untuk niat zakat fitrah adalah ketika momentum penyerahan kepada mustahiq. Jika itu sulit dilakukan, maka alternatifnya boleh diawalkan ketika : 

  • masih proses pemisahan beras 2.5 kg yang akan dizakatkan dari karungnya
  • proses penyerahan kepada panitia zakat
  • atau setelah berlalu kedua proses di atas, sebelum momentum penyerahan langsung secara mandiri atau momentum pembagian kepada mustahiq.

Yang tidak boleh adalah ketika :

  • sebelum proses pemisahan beras 2.5 kg yang akan dizakatkan dari karung
  • setelah zakat selesai diserahkan langsung secara mandiri kepada mustahiq atau selesai dibagikan oleh panitia kepada mustahiq

Berikut ini penjelasan ulama fiqih :

Kitab Fiqih Perbandingan Madzhab 4 :

الموسوعة الفقهية الكويتية للمجموعة من المؤلفين ج ٢٣ ص ٢٩٣
وَيَنْوِي عِنْدَ دَفْعِهَا إِلَى الإِْمَامِ أَوْ إِلَى مُسْتَحِقِّهَا، أَوْ قَبْل الدَّفْعِ بِقَلِيلٍ. فَإِنْ نَوَى بَعْدَ الدَّفْعِ لَمْ يُجْزِئْهُ عَلَى مَا صَرَّحَ بِهِ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ. أَمَّا عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ فَالشَّرْطُ مُقَارَنَةُ النِّيَّةِ لِلأَْدَاءِ وَلَوْ حُكْمًا، كَمَا لَوْ دَفَعَ بِلاَ نِيَّةٍ ثُمَّ نَوَى وَالْمَال لاَ يَزَال قَائِمًا فِي مِلْكِ الْفَقِيرِ بِخِلاَفِ مَا إِذَا نَوَى بَعْدَمَا اسْتَهْلَكَهُ الْفَقِيرُ أَوْ بَاعَهُ فَلاَ تُجْزِئُ عَنِ الزَّكَاةِ. وَقَال الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ: إِنْ عَزَل الزَّكَاةَ عَنْ مَالِهِ وَنَوَى عِنْدَ الْعَزْل أَنَّهَا زَكَاةٌ كَفَى ذَلِكَ، وَلَوْ لَمْ يَنْوِ عِنْدَ الدَّفْعِ

dan berniat muzakki :

  • ketika menyerahkan zakat kepada imam, atau
  • ketika menyerahkan zakat kepada mustahiq zakat, atau
  • sedikit waktu sebelum menyerahkannya

Jika muzakki berniat setelah selesai penyerahan, maka itu tidak mencukupkan baginya. Berdasarkan penjelasan yang telah mentashrih terhadapnya Malikiyah dan Syafi'iyah.

Adapun menurut Hanafiyah, maka syaratnya adalah niat membersamai proses penunaian sekalipun secara hukmiyah. Hukmiyah adalah seperti kasus : jika muzakki melakukan proses penyerahan tanpa niat, kemudian dia berniat pada situasi harta zakat yang diterima masih tetap berada dalam kepemilikan sang faqir. Membedai kasus : jika muzakki berniat setelah sang  faqir merusak harta yang diterima, atau setelah sang faqir menjualnya. Maka niat pada kasus seperti ini tidak mencukupkan dari zakat.

Telah berkata Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah : jika muzakki telah memisahkan harta yang akan dizakatkan dari hartanya yang lain, dan dia berniat ketika memisahkan bahwasanya harta yang dipisahkan tersebut adalah zakat, maka itu telah mencukupkan. Sekalipun dia tidak berniat ketika penyerahan. 

[Majmu'ah min Al-Mu'allifin, Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah Jilid 23 Halaman 293 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Kitab Fiqih Mu'tabaroh Ulama Syafi'iyah :

فتح المعين بشرح قرة العين للشيخ زين الدين المليباري صحيفة ٥١
لا مقارنتها أي النية للدفع فلا يشترط ذلك بل تكفي النية قبل الأداء إن وجدت عند عزل قدر الزكاة عن المال أو إعطاء وكيل أو إمام والأفضل لهما أن ينويا أيضا عند التفرقة. أو وجدت بعد أحدهما أي بعد عزل قدر الزكاة أو التوكيل وقبل التفرقة لعسر اقترانها بأداء كل مستحق
Tidak muqoronahnya (niat) terhadap penyerahan. Jadi itu tidak disyaratkan. Bahkan cukup niat sebelum proses penunaian jika ditemukan waktunya :
  • ketika memisahkan seukuran zakat dari harta. atau
  • ketika menyerahkan kepada wakil atau imam. Yang paling utama bagi keduanya adalah keduanya meniatkan juga ketika proses pembagian kepada mustahiq. atau
  • ketika ditemukan waktu niat setelah terjadi salah satu dari keduanya (pemisahan seukuran zakat dari harta atau penyerahan kepada wakil / imam) dan sebelum pembagian kepada mustahiq.
Karena terdapat kesulitan membersamakan niat zakat dengan penunaian terhadap masing-masing mustahiq.
[Syaikh Zainudin Al-Malibari, Fathul Mu'in Hal 51 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok]

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas