Rukun Shalat : 13 14 15 17 18 19 23 - BAITUSSALAM

Rukun Shalat : 13 14 15 17 18 19 23

Ada perbedaan pendapat di kalangan Ulama Syafi'iyah perihal jumlah rukun shalat : 13 14 15 17 18 19 23 Angka-angka unik tersebut adalah merujuk pada penjelasan Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi : 
فصل في بيان أركان الصلاة أركان الصلاة سبعة عشر وهذه طريقة من جعل الطمأنينات في محالها الأربع أركاناً مستقلة كما في الروضة، وعدها بعضهم ثمانية عشر بزيادة نية الخروج من الصلاة كأبي شجاع والصحيح أنها سنة، وعدها بعضهم كذلك أيضاً لكن لا بما ذكر بل بزيادة الموالاة كما في الستين، والمعتمد أنها شرط للركن، وعدها بعضهم أربعة عشر بجعل الطمأنينات في محالها الأربع ركناً واحداً لاتحاد جنسها، وبعضهم خمسة عشر بزيادة قرن النية بالتكبير كما في التحرير والمعتمد أنها هيئة للنية، ومنهم من جعلها تسعة عشر بجعل الخشوع ركناً كالغزالي، ومنهم من جعلها عشرين بزيادة ذات المصلى، والصواب أنه لا يعد من الأركان في الصلاة لأن لها صورة في الخارج يمكن تعقلها وتصورها بدون تعقل مصلَ وفارقت نحو الصوم حيث عدوا الصائم ركناً بعدم وجود صورة محسوسة في الخارج فيه، وعد بعضهم فقد الصارف من الأركان، وعلى عد هذه الزوائد أركاناً تكون جملتها ثلاثة وعشرين، والمعتمد ما في المنهاج وغيره من جعلها ثلاثة عشر بجعل الطمأنينة هيئة تابعة للركن
“Rukun shalat ada 17. Ini adalah thariqah dengan menjadikan thumaninah-thumaninah pada tempatnya yang 4 sebagai 4 rukun yang independent, sebagaimana bilangan dalam kitab Ar-Raudhah. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I menjadikan bilangannya 18 dengan menambahkan Niat Al-Khuruj Min Ash-Shalat (niat keluar dari shalat), sebagaimana Imam Abi Suja Al-Ashfahani. Menurut Qaul Ash-Shahih Niat Al-Khuruj Min Ash-Shalat adalah sunat. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I menjadikan bilangannya seperti itu (18) juga tapi bukan dengan menambahkan Niat Al-Khuruj Min Ash-Shalat (niat keluar dari shalat) melainkan dengan menambahkan Al-Muwalah, sebagaimana bilangan dalam kitab As-Sittiin. Menurut Qaul Al-Mu’tamad sesungguhnya Al-Muwalah adalah Syarat terhadap Rukun. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I menjadikan bilangannya 14 dengan menjadikan thumaninah-thumaninah pada tempatnya yang 4 sebagai 1 rukun dikarenakan 1 jenisnya. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I menjadikan bilangannya 15 dengan menambahkan Qarn An-niyat bi At-takbir (Muqaranah niat dengan takbir), sebagaimana pada kitab At-Tahrir. Menurut Qaul Al-Mu’tamad sesungguhnya Qarn An-niyat bi At-takbir adalah hai’at untuk rukun niat. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I ada Ulama menjadikan bilangannya 19 dengan menjadikan Al-Khusyu’ sebagai 1 rikun, seperti Imam Al-Ghazali. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I ada Ulama yang menjadikan bilangannya 20 dengan menambahkan dzat Al-Mushalli (orang yang shalat). Menurut Qaul Ash-Shawwab sesungguhnya dzat Al-Mushalli adalah tidak dihitung sebagai rukun dalam shalat, karena untuk shalat ada Shurah fi Al-Kharij yang memungkinkan ta’aqqulnya dan tashawwurnya dengan tanpa menta’aqqulkan keberadaan dzat Al-Mushalli. Perihal shalat ini tidak menyamai perihal seumpama Shaum dalam hal para ulama menghitung Ash-Sha’im sebagai 1 rukun dengan ketiadaan wujud shurah al-mahsusah fi Al-Kharij dalam permasalan shaum. Sebagian Ulama Madzhab Syafi’I menghitung Faqd Ash-Sharif termasuk Rukun Shalat. Dengan menghitung semua tambahan sebagai rukun-rukun, maka jumlahnya menjadi 23. Qaul Al-Mu’tamad tentang jumlah rukun shalat adalah bilangan yang terdapat dalam kitab Al-Minhaj Ath-Thalibin dan lainnya yaitu menjadikan bilangannya 13 dengan menjadikan thumaninah sebagai hai’at tabi’at li ar-rukn.” [1]
Dari penjelasan Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi ini dapat difahami bahwa selain 17 rukun yang dicantumkan oleh Syaikh Salim Al-Hadhromi, ada 6 lagi yang statusnya diikhtilafkan oleh sesama Ulama Syafi'iyah, yaitu :
  1. Khusyu’ (Kitab Imam Ghazali)
  2. Qarn An-Niyat Bi At-takbiri (Kitab At-Tahrir) Menurut Qaul Al-Mu’tamad yang ini bukanlah rukun, melainkan Hai’at Li An-Niyat / perilaku bagi niat.
  3. Niat khuruj dari shalat (Kitab Matn Abu Suja) Menurut Qaul Ash-Shahih yang ini bukanlah rukun melainkan sunat
  4. Muwalah (Kitab As-Sittiin) Menurut Qaul Mu’tamad yang ini bukanlah rukun melainkan syart li ar-rukn / syarat bagi rukun.
  5. Mushalli. Menurut Qaul Ash-Shawab yang ini bukanlah rukun pada shalat, karena shalat memiliki shurah fil kharij yang memungkinkan kita dapat memikirkannya dan mentashawwurkannya tanpa memikirkan keberadaan mushalli di dalamnya
  6. Faqda Ash-Sharif an al-arkan (tidak adanya yang membelokan dari rukun-rukun)
Berdasarkan penjelasan Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi tersebut juga dapat difahami bahwa perbedaan angka yang terdapat dalam madzhab Imam Asy-Syafi’I mengerucut ke angka 13, 14 dan 17. Dengan perbedaan sebagai berikut :
  • Jika menyebutnya 13 rukun. Semua thumaninah diposisikan sebagai hai’at li ar-rukn (perilaku rukun) yang 4 yaitu : ruku’, I’tidal, sujud 2 dan duduk antara sujud 2. Tapi sekalipun tidak diposisikan sebagai rukun-rukun yang independent, thumaninah-thumaninah tersebut tetap wajib dilakukan sebagai hai’at penyempurna rukun-rukun tersebut. Jadi tidak ada yang namanya rukun thumaninah. Kitab fiqih syafi’iyah yang menghitungnya menjadi 13 rukun antara lain : Minhaj Ath-Thalibin milik Imam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya An-Nawawi dan Al-Muharror milik Imam Abu Al-Qasim Abd Al-Karim Ar’Rafi’I.
  • Jika menyebutnya 14 rukun. Semua thumaninah pada 4 rukun dimerger menjadi 1 rukun gabungan yang independent karena jenisnya sama sekalipun tempatnya berbeda, yaitu pada masing-masing dari 4 rukun tersebut. Jadi thumaninah ruku + thumaninah I’tidal + thumaninah sujud 2 + thumaninah duduk antara sujud 2 = rukun thumaninah pada ruku, I’tidal, sujud 2 dan duduk antara sujud 2. Salah satu kitab fiqih syafi’iyah popular yang menghitungnya menjadi 14 rukun adalah kitab Qurrah Al-‘Ain milik Syaikh Zainuddin Al-Malibari.
  • Jika menyebutnya 17 rukun. Semua thumaninah pada 4 rukun dijadikan rukun yang independent pada tempatnya masing-masing, bahkan diposisikan sebagai jati diri yang terpisah dari tempatnya masing-masing tersebut : Rukunya 1 rukun, thumaninah rukunya 1 rukun. I’tidalnya 1 rukun, thumaninah I’tidalnya 1 rukun. Sujud 2 dihitung 1 rukun, thumaninah sujud 2 nya dihitung 1 rukun. Duduk antara sujud 2 nya 1 rukun, thumaninah duduknya dihitung 1 rukun. Kitab fiqih syafi’iyah yang menghitungnya 17 rukun antara lain : Ar-Raudhah milik Imam Muhyiddin Abi Zakaria An-Nawawi dan Safinah An-Naja milik Syaikh Salim Al-Hadhrami.
Dari 3 jalan cara menghitung rukun shalat tersebut, yang paling popular adalah yang 13 dan 17. Tapi baik 13 maupun 17 keduanya merujuk pada 2 kitab rujukan utama dalam Madzhab Imam Syafi’I dengan pengarang yang sama, yaitu :
  • 17 merujuk ke Kitab Ar-Raudhah Milik Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya An-Nawawi : 
فَالْأَرْكَانُ الْمُتَّفَقُ عَلَيْهَا، سَبْعَةَ عَشَرَ : النِّيَّةُ، وَالتَّكْبِيرُ، وَالْقِيَامُ، وَالْقِرَاءَةُ، وَالرُّكُوعُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالِاعْتِدَالُ، وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالسُّجُودُ، وَالطَّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ، وَالْقُعُودُ فِي آخِرِ الصَّلَاةِ، وَالتَّشَهُّدُ فِيهِ، وَالصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ وَالسَّلَامُ، وَتَرْتِيبُهَا هَكَذَا
“Maka adapun rukun-rukun yang disepakati adalah 17 : Niat, takbir (ihrom), berdiri (bagi yang mampu), qiro'at (Al-Fatihah), ruku, thumaninah pada ruku, i'tidal, thumaninah pada i'tidal, sujud, thumaninah pada sujud, duduk antara 2 sujud, thumaninah pada duduk antara 2 sujud, duduk pada akhir shalat, tasyahhud pada duduk akhir shalat, shalawat kepada Nabi SAW pada duduk akhir shalat, salam, tertib seperti ini” [2]
  • 13 merujuk ke Kitab Minhaj Ath-Thalibin Wa Umdah Al-Muftin Milik Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya An-Nawawi : 

 ﺃﺭﻛﺎﻧﻬﺎ ﺛﻼﺛﺔ ﻋﺸﺮ: اﻟﻨﻴﺔ الخ اﻟﺜﺎﻧﻲ: ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ اﻹﺣﺮاﻡ الخ اﻟﺜﺎﻟﺚ: اﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻲ ﻓﺮﺽ اﻟﻘﺎﺩﺭ الخ اﻟﺮاﺑﻊ: اﻟﻘﺮاءﺓ الخ اﻟﺨﺎﻣﺲ: اﻟﺮﻛﻮﻉ ﻭﺃﻗﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻨﺤﻨﻲ ﻗﺪﺭ ﺑﻠﻮﻍ ﺭاﺣﺘﻴﻪ ﺭﻛﺒﺘﻴﻪ ﺑﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ الخ اﻟﺴﺎﺩﺱ: اﻻﻋﺘﺪاﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻣﻄﻤﺌﻨﺎ الخ اﻟﺴﺎﺑﻊ: اﻟﺴﺠﻮﺩ الخ ﻭﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﻳﻄﻤﺌﻦ الخ اﻟﺜﺎﻣﻦ: اﻟﺠﻠﻮﺱ ﺑﻴﻦ ﺳﺠﺪﺗﻴﻪ ﻣﻄﻤﺌﻨﺎ الخ اﻟﺘﺎﺳﻊ ﻭاﻟﻌﺎﺷﺮ ﻭاﻟﺤﺎﺩﻱ ﻋﺸﺮ: اﻟﺘﺸﻬﺪ ﻭﻗﻌﻮﺩﻩ ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ الخ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻋﺸﺮ: اﻟﺴﻼﻡ الخ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻋﺸﺮ: ﺗﺮﺗﻴﺐ اﻷﺭﻛﺎﻥ ﻛﻤﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎ الخ

“Rukun shalat adalah 13 : Niat dst.., 2) Takbirotul ihrom dst..., 3) Berdiri pada shalat fardhu bagi yang mampu dst..., 4) Qiro'at Fatihah dst..., 5) Ruku. Minimalnya dia membungkuk seukuran sampainya dua telapak tangannya terhadap 2 lututnya dengan thumaninah dst..., 6) I'tidal dalam keadaan berdiri dan berthumaninah dst..., 7) Sujud dst..., dan dia wajib berthumaninah dst..., 8) Duduk antara dua sujudnya dalam keadaan berthumaninah dst..., 9) 10) 11) Tasyahud akhir, Duduk tasyahud akhir dan Shalawat kepada Nabi SAW dst..., 12) Salam pertama dst..., 13) Menertibkan rukun-rukun sebagaiman yang telah kami sebutkan dst...,” [3]
Kok bisa begitu yah? Usut punya usut, ternyata maksudnya secara hukum sama saja, hanya beda cara penyampaiannya. Sehingga mempengaruhi jumlah hitungan kumulatif. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami : 

أَرْكَانُهَا ثَلَاثَةَ عَشَرَ بِنَاءً عَلَى أَنَّ الطُّمَأْنِينَةَ فِي مَحَالِّهَا الْأَرْبَعَةِ صِفَةٌ تَابِعَةٌ لِلرُّكْنِ وَيُؤَيِّدُهُ مَا يَأْتِي فِي بَحْثِ التَّقَدُّمِ وَالتَّأَخُّرِ عَلَى الْإِمَامِ وَفِي الرَّوْضَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ بِنَاءً عَلَى أَنَّهَا رُكْنٌ مُسْتَقِلٌّ أَيْ بِالنِّسْبَةِ لِلْعَدِّ لَا لِلْحُكْمِ فِي نَحْوِ التَّقَدُّمِ الْمَذْكُورِ

“Rukun shalat adalah 13 dengan memposisikan berdasarkan bahwasanya thumaninah pada tempatnya yang 4 sebagai sifat tabi’at lil ar-rukn, dan menguatkan pada penempatan posisi ini hukum yang datang pada permasalahan taqaddum & ta’akhkhur terhadap imam. Dan dalam kitab Ar-Raudhah adalah 17 dengan memposisikan bahwasanya thumaninah adalah rukun yang mustaqil, maksudnya dengan dinisbatkan pada hitungan bukan dinisbatkan terhadap hukum pada seumpama permasalahan taqaddum yang telah disebutkan [4]
Sebagaimana juga penjelasan Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli : 

أَرْكَانُهَا ثَلَاثَةَ عَشَرَ وَفِي الرَّوْضَةِ سَبْعَةَ عَشَرَ عُدَّ مِنْهَا الطُّمَأْنِينَةُ فِي مَحَالِّهَا الْأَرْبَعَةِ مِنْ الرُّكُوعِ وَمَا بَعْدَهُ أَرْكَانًا وَجَعَلَهَا هُنَا كَالْجُزْءِ مِنْ ذَلِكَ، وَهُوَ اخْتِلَافٌ فِي اللَّفْظِ دُونَ الْمَعْنَى

"Rukun Shalat jumlahnya adalah 13. Dan dalam kitab Ar-Raudhah jumlahnya adalah 17, thumaninah pada tempatnya yang 4 yaitu ruku dsb dihitung sebagai rukun-rukun. Dan Imam Muhyiddin An-Nawawi menjadikan thumaninah pada kitab Minhaj ini bagaikan sebuah juz dari rukun. Dan itu merupakan ikhtilaf pada lafadz bukan pada makna.” [5] 
Imam Syihabuddin Al-Qalyubi mempertegas penjelasan Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli tentang redaksi "bagaikan 1 juz" : 

قَوْلُهُ: (كَالْجُزْءِ) أَيْ بِدَلِيلِ عَدَمِ اعْتِبَارِهَا رُكْنًا فِي التَّقَدُّمِ وَالتَّأَخُّرِ

"Redaksi Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli bagaikan satu juz : dengan dalil tidak dihitungnya thumaninah sebagai rukun pada permasalahan taqaddum & ta’akhkhur.” [6] 
Tapi yang menjadi Qaul Mu’tamad dalam Madzhab Syafi’I adalah yang 13, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi : 
والمعتمد ما في المنهاج وغيره من جعلها ثلاثة عشر بجعل الطمأنينة هيئة تابعة للركن
“Qaul Al-Mu’tamad tentang jumlah rukun shalat adalah bilangan yang terdapat dalam kitab Al-Minhaj Ath-Thalibin dan lainnya yaitu menjadikan bilangannya 13 dengan menjadikan thumaninah sebagai hai’at tabi’at li ar-rukn.”[1] 
Sumber
[1] Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Kasyifah As-Saja fi Syarh Safinah An-Naja Halaman 50 [2] Imam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya An-Nawawi, Ar-Raudhah Jilid 1 Halaman 223 [3] Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Minhaj Ath-Thalibin Halaman 25-29 [4] Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfah Al-Muhtaj fi Syarh Minhaj Ath-Thalibin Juz 2 Hal 3 [5] Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli, Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj / Hasyiyah Al-Qalyubi wa Umairah Ala Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj Juz 1 Hal 139. [6] Imam Syihabuddin Al-Qalyubi, Hasyiyah Al-Qalyubi wa Umairah Juz 1 Hal 140

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas