Telunjuk Tasyahhud 4 Madzhab - BAITUSSALAM

Telunjuk Tasyahhud 4 Madzhab

Berikut ini perilaku telunjuk pada saat tasyahhud menurut Ulama Fiqih 4 Madzhab : Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hanbali. 

Telunjuk Madzhab Hanafi

الحنفية قالوا: يشير بالسبابة من يده اليمنى فقط، بحيث لو كانت مقطوعة أو عليلة لم يشر بغيرها من أصابع اليمنى، ولا اليسرى عند انتهائه من التشهد، بحيث يرفع سبابته عند نفي الألوهية عما سوى الله تعالى بقوله: لا إله إلا الله، ويضعها عند إثبات الألوهية لله وحده بقوله: إلا الله، فيكون الرفع إشارة إلى النفي، والوضع إلى الإثبات
Hanafiyah berkata : mushalli berisyarat dengan telunjuk dari tangannya yang kanan saja, dengan sekira jika terbukti telunjuknya diputus atau sakit maka dia tidak berisyarat dengan selainnya dari jari-jari tangan kanan dan tidak juga tangan kiri ketika selesai dari tasyahhud, dengan sekira dia mengangkat telunjuknya ketika menafikan ketuhanan dari selain الله تعالى dengan ucapannya لا إله إلا الله, dan meletakannya ketika menetapkan ketuhanan kepada ألله saja dengan ucapannya إلا الله, maka status pengangkatan adalah isyarat terhadap penafian dan peletakan terhadap penetapan. [Syaikh Abdurrohman Jabir Al-Jaza'iri, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Halaman 239]

Telunjuk Madzhab Maliki

المالكية قالوا: يندب في حالة الجلوس للتشهد أن يعقد ما عدا السبابة والإبهام تحت الإبهام من يده اليمنى؛ وأن يمد السبابة والإبهام، وأن يحرك السبابة دائماً يميناً وشمالاً تحريكاً وسطاً
Malikiyah berkata : di-mandub-kan pada haliyah duduk tasyahhud mushalli mengikat jari selain telunjuk dan ibu jari di bawah ibu jari dari tangannya yang kanan, dan memanjangkan telunjuk dan ibu jari, dan menggerak-gerakan telunjuk selamanya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan pertengahan. [Syaikh Abdurrohman Jabir Al-Jaza'iri, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Halaman 239]

Telunjuk Madzhab Hanbali

الحنابلة قالوا: يعقد الخنصر والبنصر من يده، ويحلق بإبهامه مع الوسطى، ويشير بسبابته في تشهد ودعائه عند ذكر لفظ الجلالة، ولا يحركها
Hanabilah berkata : mushalli mengikat jari kelingking dan jari manis dari tangannya, dan melingkarkan terhadap ibu jarinya beserta jari tengahnya, dan berisyarat dengan telunjuknya pada tasyahhud dan doanya ketika menyebutkan lafadz الله, dan tidak menggerak-gerakannya. [Syaikh Abdurrohman Jabir Al-Jaza'iri, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Halaman 240]

Telunjuk Madzhab Syafi'i

الشافعية قالوا: يقبض جميع أصابع يده اليمنى في تشهده إلا السبابة، وهي التي تلي الإبهام، ويشير بها عند قوله إلا الله، ويديم رفعها بلا تحريك إلى القيام في التشهد الأول، والسلام في الشهد الأخير، ناظراً إلى السبابة في جميع ذلك، والأفضل قبض الإبهام بجنبها، وأن يضعها على طرف راحته
Syafi'iyah berkata : mushalli mengepalkan seluruh jari-jari tangannya yang kanan pada tasyahhudnya kecuali telunjuk, telunjuk yaitu yang menyandingi ibu jari, dan mushalli berisyarat dengannya ketika ucapannya إلا الله, dan mendawamkan pengangkatannya dengan tidak menggerak-gerakannya sampai berdiri pada tasyahhud awal dan sampai salam pada tasyahhud akhir, sambil memperhatikan terhadap telunjuk pada seluruh proses itu. Dan yang lebih utama adalah ibu jari menggenggam dengan sisinya, dan meletakan ibu jari pada ujung telapak tangannya. [Syaikh Abdurrohman Jabir Al-Jaza'iri, Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Jilid 1 Halaman 240]
و سنّ (وضع يَدَيْهِ) أَي كفيه (فِي تشهديه) وَمَا مَعَهُمَا (على طرف رُكْبَتَيْهِ) بِحَيْثُ تسامت رؤوسهما الرّكْبَة مَعَ ضم الْأَصَابِع كلهَا حَتَّى الْإِبْهَام فَلَا يفرجها خلافًا للرافعي وَالْمَاوَرْدِيّ وَمَعَ نشرها فِي جِهَة الْقبْلَة فَلَا يقبضهَا وَهَذِه الْهَيْئَة فِي جَمِيع الجلسات غير جُلُوس التَّشَهُّد الأول والأخير فَإِن الْمُصَلِّي يطْلب أَن يكون فيهمَا (ناشرا أَصَابِع يسراه) فَقَط (وقابضا يمناه) بعد وَضعهَا منشورة الْأَصَابِع على فَخذه الْيُمْنى (إِلَّا المسبحة) فَإِنَّهُ يُشِير بهَا. و سنّ (رَفعهَا) مَعَ إمالتها لجِهَة الْقبْلَة قَلِيلا فِي حَالَة الرافع (عِنْد) قَوْله (إِلَّا الله) بِأَن يبتدىء بِالرَّفْع عِنْد همزَة إِلَّا الله. و سنّ (إدامته) أَي الرّفْع إِلَى الْقيام من التَّشَهُّد الأول وَإِلَى تَمام التسليمتين فِي الْأَخير كَمَا مَال إِلَيْهِ الشبراملسي ويقصد بذلك الرّفْع أَن المعبود وَاحِد فَيجمع فِي توحيده بَين اعْتِقَاده وَقَوله وَفعله. وَعلم من عد وضع الْكَفَّيْنِ على الْفَخْذ من السّنَن فِي جَمِيع جلسات الصَّلَاة أَنه لَو لم يضعهما على الفخذين فِي الْجُلُوس بَين السَّجْدَتَيْنِ بل أدام وضعهما على الأَرْض إِلَى السُّجُود الثَّانِي لَا يضر خلافًا لمن وهم فِي ذَلِك. و سنّ (نظر إِلَيْهَا) أَي المسبحة وَلَو مستورة ويديم النّظر إِلَيْهَا مَا دَامَت مُرْتَفعَة وَإِلَّا ندب نظر مَحل السُّجُود وَلَو قطعت سبابته لَا ينظر إِلَى موضعهَا بل إِلَى مَوضِع سُجُوده
Dan disunatkan meletakan kedua telapak tangan mushalli pada kedua tasyahhud mushalli dan perkara yang menyertai kedua tasyahhud di atas ujung kedua lutut mushalli sekira menyamai ujung kedua telapak tangan mushalli terhadap lutut beserta mengumpulkan jari-jari semuanya hingga ibu jari, maka mushalli tidak melonggarkannya, khilaf terhadap Imam Rafi'i dan Imam Al-Mawardi. Dan beserta menggelarkan jari-jari pada arah qiblat, maka mushalli tidak mengepalkan jari-jari tersebut. Perilaku ini berlaku pada seluruh duduk yang selain duduk tasyahhud awal dan duduk tasyahhud akhir. Maka sesungguhnya mushalli dianjurkan berkeadaan pada duduk tasyahhud awal dan duduk tasyahhud akhir menggelarkan jari-jari tangan kirinya saja dan mengepalkan tangan kanannya setelah meletakan jari-jari tersebut dalam keadaan jari-jari tersebut digelarkan di atas paha mushalli yang sebelah kanan kecuali jari telunjuk. Maka sesungguhnya mushalli berisyarat dengan jari telunjuk. Dan disunatkan mengangkat jari telunjuk serta menyondongkan jari telunjuk tersebut ke arah qiblat sedikit pada haliyah pengangkatan ketika ucapan mushalli إلا الله dengan memulainya mushalli dengan pengangkatan ketika hamzah إلا الله. Dan disunatkan dawamnya pengangkatan sampai berdiri dari tasyahhud awal dan sampai sempurna 2 salam pada tasyahhud akhir sebagaimana pendapat yang condong terhadapnya Imam Syibromilsi. Dan bermaksud mushalli dengan pengangkatan tersebut bahwasanya yang diibadahan adalah satu. Maka terkumpul pada tauhid mushalli antara i'tiqadnya dan ucapannya dan perbuatannya. Dan diketahui dari dihitungnya peletakan kedua telapak tangan di atas paha dari sunat-sunat shalat pada seluruh duduk shalat, bahwasanya mushalli jika tidak meletakan kedua telapak tangannya di atas paha pada duduk antara sujud dua, bahkan dia mendawamkan peletakan kedua telapak tangan tersebut di atas bumi sebagai persiapan untuk menuju sujud kedua, maka itu tidak menjadi madharat. Khilaf terhadap ulama yang berprasangka perihal itu menjadi madharat. Dan disunatkan melihat terhadap jari telunjuk walaupun jari telunjuknya dalam keadaan ditutup dan mendawamkan penglihatan terhadapnya selagi telunjuk terebut dalam keadaan terangkat. Dan jika tidak melihat terhadap jari telunjuk, disunatkan mushalli melihat terhadap tempat sujud. Dan jika dipotong jari telunjuknya, maka dia tidak disunatkan melihat tempat jari telunjuk yang dipotong tersebut, melainkan terhadap tempat sujudnya. [Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayah Az-Zain Halaman 72-73]

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas