Hukum Takbir Muqayyad Pada Hari Raya Idul Fithri - BAITUSSALAM

Hukum Takbir Muqayyad Pada Hari Raya Idul Fithri

Salah satu pembeda nuansa idul fithri dari idul adha di indonesia adalah jarangnya imam shalat menuntun pengumandangan takbir muqayyad setelah pelaksanaan shalat fardhu, kenapa bisa begitu? Bagaimana hukum pengumandangannya? 

Masuk akal, karena mayoritas umat islam di Indonesia mengamalkan amaliyah fiqih madzhab Imam Syafi'i, dan berdasarkan pendapat al-ashahh (paling shahih dari antara 2 wajh shahih) dalam madzhab ini tentang hukum takbir muqayyad pada idul fithri adalah tidak disunatkan.

Berikut ini penjelasan para ulama Syafi'iyah :
ﻭﻫﻞ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻋﻘﺐ اﻟﺼﻠﻮاﺕ ﻓﻲ ﻋﻴﺪ اﻟﻔﻄﺮ ﻓﻴﻪ ﺧﻼﻑ ﻭاﻷﺻﺢ ﻓﻲ ﺃﺻﻞ اﻟﺮﻭﺿﺔ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻌﺪﻡ ﻧﻘﻠﻪ ﻭﺻﺤﺢ اﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ اﻷﺫﻛﺎﺭ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻋﻘﺐ اﻟﺼﻠﻮاﺕ ﻛﺎﻷﺿﺤﻰ
Dan apakah takbir disunatkan setelah shalat-shalat pada idul fithri? Dalam hal ini terdapat khilaf : 
  • Qaul yang paling shahih dalam asal kitab Ar-Raudhah (milik Imam Nawawi) adalah bahwasanya takbir setelah shalat-shalat pada idul fithri tidak dimustahabkan karena ketiadaan tuqilannya.
  • Imam Nawawi menshahihkan dalam kitab Al-Adzkar bahwasanya takbir pada idul fithri dimustahabkan setelah shalat-shalat seperti idul adha.
(Imam Taqiyuddin Al-Hishni, Kifayah Al-Akhyar fi Hilli Ghayah Al-Ikhtishar Jilid 1 Hal 151 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok)

ويسن التكبير المطلق في عيد الفطر وهل يسن التكبير المقيد في ادبار الصلوات فيه وجهان - أحدهما - لا يسن لانه لم ينقل ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - والثاني - انه يسن لانه عيد يسن له التكبير المطلق فيسن له التكبير المقيد كالاضحى
Disunatkan takbir muthlaq di hari raya idul fithri. Dan apakah disunatkan takbir muqayyad pada setelah shalat - shalat di hari raya idul fithri? Dalam hal ini ada 2 wajh :
  1. Tidak disunatkan karena tidak dinuqil takbir muqayyad setelah shalat - shalat di hari raya idul fithri dari Rasulullah SAW.
  2. Bahwasanya takbir muqayyad setelah shalat - shalat di hari raya idul fithri itu disunatkan. Karena sesungguhnya idul fithri adalah merupakan id yang disunatkan baginya takbir muthlaq/murshal, maka disunatkan baginya takbir muqayyad seperti idul adha.
(Imam Abi Ishaq Asy-Syairozi, Al-Muhaddab / Al-Majmu Syarah Al-Muhaddab Jilid 5 Hal 30 - Diterjemahkan oleh Cucu Anwar Mubarok)

وَأَمَّا التَّكْبِيرُ الْمُقَيَّدُ فَيُشْرَعُ فِي عِيدِ الْأَضْحَى بِلَا خِلَافٍ لِإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ وَهَلْ يُشْرَعُ فِي عِيدِ الْفِطْرِ فِيهِ وَجْهَانِ مَشْهُورَانِ حَكَاهُمَا الْمُصَنِّفُ وَالْأَصْحَابُ وَحَكَاهُمَا صَاحِبُ التَّتِمَّةِ وَجَمَاعَةٌ قَوْلَيْنِ (أَصَحُّهُمَا) عِنْدَ الْجُمْهُورِ لَا يُشْرَعُ وَنَقَلُوهُ عَنْ نَصِّهِ فِي الْجَدِيدِ وَقَطَعَ بِهِ الْمَاوَرْدِيُّ وَالْجُرْجَانِيُّ وَالْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُمْ وَصَحَّحَهُ صَاحِبَا الشَّامِلِ وَالْمُعْتَمَدِ وَاسْتَدَلَّ لَهُ الْمُصَنِّفُ وَالْأَصْحَابُ بِأَنَّهُ لَمْ يُنْقَلْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ كَانَ مَشْرُوعًا لَفَعَلَهُ وَلَنُقِلَ (وَالثَّانِي) يُسْتَحَبُّ وَرَجَّحَهُ الْمَحَامِلِيُّ وَالْبَنْدَنِيجِيّ وَالشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ * وَاحْتَجَّ لَهُ الْمُصَنِّفُ وَالْأَصْحَابُ بِأَنَّهُ عِيدٌ يُسَنُّ فِيهِ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ فَسُنَّ الْمُقَيَّدُ كَالْأَضْحَى فَعَلَى هَذَا قَالُوا يُكَبِّرُ خَلْفَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ وَنَقَلَهُ الْمُتَوَلِّي عَنْ نَصِّهِ في القديم
Adapun takbir muqayyad, maka disyari'atkan pada idul adha dengan tidak ada khilaf berdasarkan ijma umat. Dan apakah disyari'atkan pada idul fithri? Dalam hal ini ada 2 wajh yang keduanya masyhur yang telah menghikayatkan terhadap keduanya : Mushannif Al-Muhaddab dan Ashab Imam Syafi'i. Dan telah menghikayatkan terhadap keduanya Pemilik kitab At-Tatimmah dan Jama'ah sebagai 2 qaul  :
  1. Yang paling shahih dari keduanya menurut jumhur ulama adalah takbir muqayyad tidak disyari'atkan. Mereka menuqilnya dari Nash Imam Syafi'i di dalam qaul al-jadid. Dan telah memastikan terhadapnya Imam Al-Mawardi, Imam Al-Jurjani, Imam Al-Baghawi dan selain mereka bertiga. Dan telah mentashhihnya 2 pemilik kitab Asy-Syamil. Adapun Al-Mu'tamad serta telah beristidlal baginya Mushannif dan Ashab adalah bahwasanya takbir muqayyad pada hari raya idul fithri tidak dinuqil dari Nabi SAW. Dan seandainya itu disyari'atkan maka beliau pasti telah melakukannya dan yakin dituqil.
  2. Takbir muqayyad pada idul fithri dimustahabkan. Telah mentarjihnya Imam Al-Mahamili, Imam Al-Bandaniji, dan Syaikhul Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Dan telah berhujjah baginya Mushannif dan Ashab terhadap bahwasanya idul fithri adalah id yang disunatkan padanya takbir mursal. Maka disunatkan takbir muqayyad seperti idul adha. Maka berdasarkan hujjah ini, kemudian mereka berkata : seseorang bertakbir setelah shalat maghrib, isya dan shubuh. Dan telah menuqilnya Imam Al-Mutawali dari Nash Imam Syafi'i dalam qaul al-qadim.
(Imam Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Al-Majmu Syarah Al-Muhaddab Jilid 5 Hal 35 - Diterjemahkan oleh : Cucu Anwar Mubarok)

Biasanya hasil tashhih Imam Abi Zakariya Yahya bin Syarof An-Nawawi yang disampaikan dalam kitab Majmu Syarah Muhaddab dan Ar-Raudhah terhadap wajh-wajh yang telah diriwayatkan atau dihikayatkan ashabul wujuh dari Imam Syafi'i, itulah yang kemudian dijadikan pegangan para imam Madzhab Syafi'i generasi selanjutnya. Jadi jarang ada yang kembali mempermasalahkannya. Dalam hal takbir muqoyyad idul fithri ini, menurut beliau keduanya shahih, tapi yang paling shahih adalah tidak disunatkan. Oleh karenanya mayoritas ulama Indonesia tidak takbir muqayyad pada hari raya idul fithri.

Demikian, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas