Antrian Orang Yang Lebih Layak Menjadi Imam Shalat Menurut Fuqoha 4 Madzhab - BAITUSSALAM

Antrian Orang Yang Lebih Layak Menjadi Imam Shalat Menurut Fuqoha 4 Madzhab

Berikut ini adalah antrian orang yang lebih layak menjadi imam shalat menurut fuqoha 4 madzhab : Hanafiyah, Malikiyah, Hanabilah/Hanbaliyah, Syafi'iyah.

Pembahasan antrian menurut madzhab Syafi'i sengaja diakhirkan karena pembahasannya akan dibuat lebih panjang 
Antrian Menurut Madzhab Hanafi
Muqaddam bi Makan :
  1. Pemimpin wilayah tersebut (Sulthan)
  2. Imam yang sudah biasa menjadi imam di masjid tersebut (al-imam ar-ratib)
  3. Pribumi sekalipun bukan pemilik asli rumah tersebut (Shahibu manzilin) Jika shalatnya di rumah
Semua madzhab menempatkan muqaddam bi makan sebagai prioritas utama. Jika muqodddam bi makan tidak ada, maka amanah dilimpahkan kepada muqaddam bi shifat secara berurutan.
Muqoddam bi Shifat :
  1. Orang yang lebih mengetahui tentang hukum-hukum shalat terutama perihal sah atau fasadnya shalat.
  2. Orang yang paling bagus tilawah dan tajwid bacaan fatihahnya.
  3. Orang yang paling wara'
  4. Orang yang paling tua usianya.
  5. Orang yang paling bagus kondisi jasmaninya
  6. Orang yang paling bagus wajahnya.
  7. Orang yang paling mulia garis keturunannya.
  8. Orang yang paling bagus pakaian shalatnya
  9. Diundi. Jika tidak ridha diundi, kedepankan orang yang dipilih oleh mayoritas jemaah yang hadir.
Sumber : Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Hal 386-387

الحنفية قالوا: الأحق بالإمامة الأعلم بأحكام الصلاة صحة وفساداً، بشرط أن يجتنب الفواحش الظاهرة، ثم الأحسن تلاوة وتجويداً للقراءة، ثم الأورع، ثم الأقدم إسلاماً؛ ثم الأكبر سناً، إن كانا مسلمين أصليين، ثم الأحسن خلقاً، ثم الأحسن وجهاً، ثم الأشرف نسباً، ثم الأنظف ثوباً فإن استووا في ذلك كله أقرع بينهم إن تزاحموا على الإمامة، وإلا قدموا من شاؤوا، فإن اختلفوا ولم يرضوا بالقرعة قدم من اختاره أكثرهم، فإن اختار أكثرهم غير الأحق بها أساؤوا بدون إثم، وهذا كله إذا لم يكن بين القوم سلطان، أو صاحب منزل اجتمعوا فيه، أو صاحب وظيفة، وإلا قدم السلطان، ثم صاحب البيت مطلقاً، ومثله الإمام الراتب في المسجد، وإذا وجد في البيت مالكه ومستأجره؛ فالأحق بها المستأجر.


Antrian Menurut Madzhab Maliki
Muqaddam bi Makan :
  1. Pemimpin wilayah tersebut atau wakilnya sekalipun keduanya tidak paling faqih dan tidak paling unggul (Sulthan au Naibihi)
  2. Imam yang sudah biasa menjadi imam di masjid tersebut (Imam Ar-Ratib)
  3. Penghuni rumah tersebut sekalipun dia bukan pemilik asli (Shahibu Manzil) Jika shalatnya di rumah.
Semua madzhab menempatkan muqaddam bi makan sebagai prioritas utama. Jika muqodddam bi makan tidak ada, maka amanah dilimpahkan kepada muqaddam bi shifat secara berurutan.
Muqoddam bi Shifat :
  1. Orang yang paling mengetahui tentang hukum-hukum shalat
  2. Orang yang paling mengetahui tentang fan hadits, baik riwayatnya maupun hapalannya.
  3. Orang yang adil
  4. Orang lebih mengetahui tentang ilmu qiro'at
  5. Orang yang selalu menambah ibadahnya 
  6. Orang yang paling dulu memeluk islam
  7. Orang yang paling tinggi garis keturunannya
  8. Orang yang paling baik jasmaninya.
  9. Orang yang paling baik pakaian shalatnya.
  10. Orang yang paling wara'
  11. Jika sederajat maka diundi. Kecuali jika semua jemaah ridha mengedepankan salah satu dari mereka.
Jika perselisihan mereka tujuannya "kumuluhur" atau kesombongan, maka jatuhlah hak mereka semua untuk dikedepankan.
Sumber : Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Hal 386-387

المالكية قالوا: إذا اجتمع جماعة كل واحد منهم صالح للإمامة يندب تقديم السلطان أو نائبه، ولو كان غيرهما أفقه وأفضل، ثم الإمام الراتب في المسجد، ورب المنزل، ويقدم المستأجر له على المالك. فإن كان رب المنزل امرأة كانت هي صاحبة الحق، ويجب عليها أن تنيب عنها، لأن إمامتها لا تصح، ثم الأعلم بأحكام الصلاة؛ ثم الأعلم بفن الحديث رواية وحفظاً، ثم العدل على مجهول الحال، ثم الأعلم بالقراءة، ثم الزائد في العبادة، ثم الأقدم إسلاماً، ثم الأرقى نسباً، ثم الأحسن في الخلق، ثم الأحسن لباساً، وهو لابس الجديد المباح فإن يتساوى أهل رتبة قدم أورعهم، وحرم على عبدهم، فإن استووا في كل شيء أقرع بينهم، إلا إذا رضوا بتقديم أحدهم، فإذا كان تزاحمهم بقصد العلو والكبر سقط حقهم جميعاً.

Antrian Menurut Madzhab Hanbali 
Muqaddam bi Makan :
  1. Pemimpin wilayah tersebut (Dzu Sulthan)
  2. Imam yang sudah biasa menjadi imam di masjid tersebut (al-imam ar-ratib)
  3. Pribumi sekalipun bukan pemilik asli rumah tersebut jika secara kompetensi layak jadi imam (Shahibu manzilin) Ini jika shalatnya di rumah
Semua madzhab menempatkan muqaddam bi makan sebagai prioritas utama. Jika muqodddam bi makan tidak ada, maka amanah dilimpahkan kepada muqaddam bi shifat secara berurutan.
Muqoddam bi Shifat :
  1. Orang yang paling memahami ilmu fiqih dan paling bagus qiro'atnya
  2. Orang yang memahami ilmu fiqih dan paling bagus qiro'atnya
  3. Orang yang paling bagus qiro'atnya sekalipun tidak memahami ilmu fiqih jika dia mengetahui hukum-hukum shalat.
  4. Orang yang hapal apa saja yang wajib pada shalatnya orang afqoh/no 1
  5. Orang yang hapal apa saja yang wajib pada shalatnya orang faqih/no 2
  6. Orang yang hapal apa saja yang wajib pada shalatnya orang alim/no 3
  7. Orang yang paling tua usianya
  8. Orang yang paling mulia garis keturunannya
  9. Orang yang paling awal hijrah ke madinah, Orang yang paling awal masuk islam.
  10. Orang yang paling taqwa
  11. Orang yang paling wara.
  12. Diundi jika sederajat.
Sumber : Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Hal 386-387

الحنابلة قالوا: الأحق بالإمامة الأفقه الأجود قراءة، ثم الفقيه الأجود قراءة، ثم الأجود قراءة فقط، وإن لم يكن فقيهاً إذا كان يعلم أحكام الصلاة، ثم الحافظ لما يجب للصلاة الأفقه، ثم الحافظ لما يجب لها الفقيه، ثم الحافظ لما يجب العالم فقد صلاته، ثم قارئ لا يعلم فقه صلاته، فإن استووا في عدم القراءة قدم الأعلم بأحكام الصلاة، فإن استووا في القراءة والفقه قدم أكبرهم سناً، ثم الأشرف نسباً، فالأقدم هجرة بنفسه، والسابق بالإسلام كالسابق بالهجرة، ثم الأتقى، ثم الأورع، فإن استووا فيما تقدم أقرع بينهم، وأحق الناس بالإمامة في البيت صاحبه إن كان صالحاً للإمامة، وفي المسجد الإمام الراتب، ولو عبداً فيهما، وهذا إذا لم يحضر البيت أو المسجد ذو سلطان، وإلا فهو الأحق


Antrian Menurut Madzhab Syafi'i
Muqaddam bi Makan :
  1. Pemimpin wilayah tersebut jika secara kompetensi dinilai layak menjadi imam shalat (al-wali bimahali wilayatihi in kana ahlan laha)
  2. Imam yang sudah biasa menjadi imam di masjid tersebut (al-imam ar-ratib)
  3. Pemilik asli rumah jika secara kompetensi dinilai layak menjadi imam shalat (as-sakin bihaqqin in kana ahlan laha) Jika shalatnya di rumah bukan di masjid.
Mereka yang 3 orang diatas di dalam kitab-kitab fiqih dikenal dengan istilah muqoddam bi makan artinya orang yang didahulukan karena paling berhak atas tempat shalat. Semua madzhab memprioritaskan muqoddam bi makan sebagai imam shalat. 3 orang diatas  dalam madzhab syafi'i sekalipun hadir diperbolehkan mempersilahkan orang lain yang secara kompetensi "ahlan lil imamah" baik dari golongan sesama muqoddam bi makan maupun mempersilahkan kepada muqoddam bi shifat.
Muqaddam bi Shifat :
  1. Jika tidak hadir muqoddam bi makan maka kriteria pertama yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir Orang yang paling faham ilmu fiqih shalat (al-afqohu fish-shalat) kenapa al-afqoh lebih diprioritaskan daripada al-aqro/al-ashahhu fil qiro'at? لأن افتقار الصلاة للفقه لا ينحصر بخلاف القرآن karena kebutuhan shalat terhadap ilmu fiqih shalat tidak bisa diringkas/dipersempit atau dispesifikan, berbeda dengan kebutuhan pada kemampuan membaca al-qur'an yang objeknya dispesifikan pada kewajiban benar dalam membaca surat alfatihah dan kesunahan membaca surat setelahnya - Lihat penjelasan Syaikh Zakaria Al-Anshari dalam kitab Fathul Wahab Juz 1 Hal 63. Adapun tentang dalil afqoh lebih diprioritaskan daripada al-aktsaru qur'anan adalah bahwasanya Nabi memerintahkan Abu Bakar menggantinya untuk mengimami shalat bukan kepada : Muadz, Zaid bin Tsabit, Abi Zaid dan Abi Darda padahal mereka secara personal pengumpul Al-Qur'an - Lihat penjelasan Imam Umairoh dalam kitab Hasyiyah Qalyubi wa Umairah Juz 1 Hal 234. Adapun terkait hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim اذا كانوا ثلاثة فليئمهم أحدهم وأحقهم بالإمامة أقرؤهم maka itu adalah pada kondisi dimana semuanya calon imam bersifat afqoh kemudian yang aqro dari semua yang afqoh tersebut dijadikan imam. Jadi hadits tersebut adalah tentang تقديم الأقرأ من الفقهاء المستوين على غيره - Lihat penjelasan Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dalam Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj Ath-Thalibin Lil Imam An-Nawawi Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal 234. Kenapa kemampuan afqoh dan aqro lebih diprioritaskan daripada yang Lainnya? karena karena fiqih dan qiro'at memiliki tempat khusus dalam pelaksanaan shalat : dengan ilmu fiqih dapat diketahui hukum-hukum shalat dan benarnya qiro'at terutama Qiro'at Surat Al-Fatihah menjadi salah satu syarat diakuinya hasil bacaan sebagai salah satu rukun/rangkaian yang utuh dalam shalat - Lihat penjelasan Imam Umairoh dalam kitab Hasyiyah Qalyubi wa Umairah Juz 1 Hal 234-235
  2. Jika al-afqah fish-shalat tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang afqah fish-shalat, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir Orang yang paling fasih bacaan surat fatihah (al-ashahhu fil-qira'at) nomor 2 dan nomor 3 yaitu al-ashahhu fil qiro'at dan al-aktsaru qur'anan adalah yang dimaksud dengan aqro. Syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazi dalam Fathul Qarib memaknai Al-Qari dengan من يحسن الفاتحة / Orang yang mampu bagus dalam membaca fatihah, Syaikh Ibrahim Al-Baijuri mengatakan bahwa yang dimaksud من يحسن الفاتحة oleh fuqoha adalah tidak salah dalam pengucapan 1 hurufpun dan tasydidpun dari semua yang termasuk huruf dan tasydid surat fatihah - Lihat Fathul Qarib dan Hasyiyah Al-Bajuri Juz 1 Hal 196. Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari dan Syaikh Jalaludin Al-Mahalli memaknai أقرأ dengan الأكثر قرآنا alias orang yang paling banyak hapalan Qur'an - Lihat Fathul Wahab Juz 1 Hal 63 dan Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj / Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal234 Imam Qalyubi memaknai الأكثر قرآنا dengan الأكثر حفظا بعد الإستواء في صحة القراءة بالسلامة من اللحن وتغير أوصاف الحروف ونحو ذلك / yang paling banyak hapalan setelah mampu menjaga balance dalam hal ke sah-an bacaan dengan selamat dari lahn dan selamat dari taghayyur melafalkan huruf sesuai dengan sifat-sifatnya dan sebangsanya (makhorij + ahkam) - Lihat Hasyiyah Qalyubi Juz 1 Hal 234
  3. Jika al-ashlahu fil-qira'at tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ashlahu fil-qira'at, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir  Orang yang paling banyak hapalan qur'an (al-aktsaru qur'anan)
  4. Jika al-aktsaru qur'anan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-aktsaru qur'anan, maka maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir  Orang yang paling zuhud (al-azhadu) Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang melebihi kebutuhan hidup sekalipun sesuatu itu dihukumi halal. Level zuhud lebih tinggi daripada wara', jadi jangankan yang haram yang halal saja dikurangi - Lihat penjelasan Imam Qolyubi dalam kitab Hasyiyah Qolyubi Ala Syarh Al Mahalli Ala Al Minhaj Ath-Thalibin Juz 1 Hal 234
  5. Jika al-azhadu tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-azhadu, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang lebih wara' (al-aura'u) Wara yang dimaksud adalah peningkatan dari perilaku tawassuth dengan menjaga kesucian diri dan berperilaku baik. Orang seperti ini lebih apik dalam beribadah. Sifat ini dibutuhkan ketika shalat - Lihat penjelasan Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dalam kitab Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal 234 dan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari dalam kitab Fathul Wahab Juz 1 Hal 63
  6. Jika al-aura'u tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-aura'u maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang berhijrah dari mekah ke madinah (Al-Muhajiru) Jika ternyata ada lebih dari 1 orang Al-Muhajiru, maka dikedepankan Orang yang paling dulu hijrah ke madinah (al-aqdamu hijratan) Yang dimaksud hijrah dalam masalah ini bukanlah hijrah dalam makna luas seperti hijrah dari kebiasaan madzmumah menuju kepada kebiasaan mahmudah, melainkan hijrah dalam makna sempit yang merujuk pada sejarah perjalanan islam yaitu dari mekah ke madinah. Sewaktu penentuan siapa yang pantas menjadi khalifah pengganti Nabi kriteria ini menjadi salah satu argumentasi Sahabat Umar untuk menggoalkan Sahabat Abu Bakar menjadi Khalifah Terpilih sebagaimana penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari bahwa yang dimaksud dengan هجرة di sini adalah هجرة الى النبي صلى الله عليه وسلم او الى دار الإسلام - Lihat Fathul Wahab Juz 1 Hal 63
  7. Jika al-muhajiru tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-aqdamu hijratan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir Orang yang paling lama memeluk agama islam (al-asannu fil-islam) Antrian mendahulukan al-asannu fil islam dari al-afdhalu nasban ini mengacu pada qoul jadidnya Imam Syafii, karena jika merujuk pada qoul qodim Imam Syafii mengurutkan antrian menjadi sebaliknya. Alasannya adalah لأن فضيلة الأول في ذاته والثاني في آبائه وفضيلة بالذات أولى - Lihat penjelasan Imam Nawawi dalam Minhaj Ath-Thalibin dan Syaikh Jalaludin Al-Mahalli dalam Syarh Minhaj /Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal 235, Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam Fathul Wahab Juz 1 Hal 63
  8. Jika al-asannu fil-islam tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-asannu fil islam, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling unggul garis keturunannya. (al-afdhalu nasban) Mengenai garis keturunan, Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dan Syaikh Jalaludin Al-Mahalli mencontohkan keunggulan garis keturunan quraisy, bani hasyim, muhajirin, ulama dan shalihin - Lihat Syarah Minhaj /Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal 234 dan Fathul Wahab Juz 1 Hal 63. 
  9. Jika al-afdhalu nasban tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-afdhalu nasban, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bagus perilaku/sejarah/track record perjalanan hidupnya (al-ahsanu siiratan)  سيرة / siirah ini terkadang dimaknai bioghrafi dan perjalanan hidup terkadang juga diartikan perilaku. Arti yang kedua ini bahkan melengkapi definisi wara' versi Syaikh Jalaludin Al-Mahalli - Lihat Syarah Al-Mahalli Ala Al-Minhaj Hamisy Hasyiyatani Juz 1 Hal 234 dan Kamus Al-Munawwir Hal 684
  10. Jika al-ahsanu siirotan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ahsanu siiratan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bersih pakaian shalatnya (al-andzofu tsauban) Alasan fuqoha : لإفضاء النظافة الى استمالة القلوب وكثرة الجمع karena meluasnya pengaruh kondisi bersihnya pakaian imam pada potensi menarik simpati dan banyaknya jumlah jemaah - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  11. Jika al-andzofu tsauban tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-andzofu tsauban, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bersih badannya (al-andzofu badanan) Alasan fuqoha : لإفضاء النظافة الى استمالة القلوب وكثرة الجمع karena meluasnya pengaruh kondisi bersihnya badan imam pada potensi menarik simpati dan banyaknya jumlah jemaah - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  12. Jika al-andzofu badanan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-andzofu badanan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bersih mata pencahariannya (al-andzofu shun'atan) Alasan fuqoha : لإفضاء النظافة الى استمالة القلوب وكثرة الجمع karena meluasnya pengaruh kondisi bersihnya mata pencaharian imam pada potensi menarik simpati dan banyaknya jumlah jemaah - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  13. Jika al-andzofu shun'atan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-andzofu shun'atan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bagus suaranya (al-ahsanu shautan) Alasan fuqoha : لميل القلوب الى الإقتداء به واستماع كلامه karena bagusnya suara imam bisa jadi potensi penarik simpati jemaah untuk mengikutinya dan mendengarkan kata-katanya - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  14. Jika al-ahsanu shautan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ahsanu shautan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bagus keadaan jasmaninya (al-ahsanu khalqan) Ini maksudnya سليم الأعضاء من الآفة مستقيما / utuhnya anggota badan dari aib dan secara postur tubuh bisa menghasilkan istiqomah dalam pelaksanaan shalat - Lihat penjelasan Syaikh Nawawi dalam kitab Nihayah Az-Zain Hal 131. Alasan fuqoha : لميل القلوب الى الإقتداء به karena bagusnya kondisi jasmani imam bisa jadi potensi penarik simpati jemaah untuk mengikutinya - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  15. Jika al-ahsanu khalqan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ahsanu khalqan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling bagus wajahnya (al-ahsanu wajhan/shuratan) Ini maksudnya اجمل alias paling gantengLihat penjelasan Syaikh Nawawi dalam kitab Nihayah Az-Zain Hal 131.  Alasan fuqoha : لميل القلوب الى الإقتداء به karena bagusnya wajah imam bisa jadi potensi penarik simpati jemaah untuk mengikutinya - Lihat penjelasan Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshori dalam kitab Fathul Wahhab Juz 1 Hal 64
  16. Jika al-ahsanu wajhan/shuratan tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ahsanu wajhan/shuratan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang sudah beristri (al-mutazawwiju) Jika ternyata ada lebih dari 1 yang al-mutazawwiju, maka dikedepankan orang yang paling baik istrinya (al-ahsanu zaujatan) Dari semua kitab yang dijadikan rujukan artikel ini sebagaimana yang dicantumkan di Daftar Pustaka, hanya kitabnya Syaikh Abdurrahman Al-Jazairi dan Syaikh Nawawi Al-Jawi yang menyertakan Al-Mutazawwij sebagai salah satu kriteria pembanding dalam masalah ini. Penting diketahui bahwa status Syaikh Abdurrahman Jabir Al-Jazairi bukanlah seorang ulama yang berafiliasi ke madzhab Imam Syafii, akan tetapi kitab karya tulisnya tetap dijadikan rujukan mengingat objektifitas pada pembahasan perbandingan pendapat antar madzhab pada kitab karya tulis yang beliau sajikan. Sementara status Syaikh Nawawi Al-Jawi dalam thobaqoh syafi'iyah bukanlah yang dianggap berkapasitas menghasilkan fatwa-fatwa melainkan sebagai guru besar para ulama yang berperan mengajarkan ilmu-ilmu, menyampaikan fatwa-fatwa dan memperjelasnya melalui kitab-kitab syarah beliau sehingga biasanya redaksi ibarot dalam kitab-kitab beliau berisi penjelas/syarah dan kutipan. Adapun dalam kitab-kitab syafi'iyah tebal lainnya seperti : Minhaj Ath-Thalibinnya Imam Nawawi, Syarh Minhajnya Syaikh Jalaludin Al-Mahalli, Hasyiyah Qalyubinya Imam Qalyubi, Hasyiyah Umairohnya Imam Umairah, Ihya Ulumudinnya Imam Ghazali, Fathul Muinnya Syaikh Zainudin Al-Malibari, Ianah Ath-Thalibinnya Sayid Abu Bakar, Kifayah Al-Akhyarnya Imam Taqiyudin, Fathul Qaribnya Ibnu Qasim Al-Ghazi, Hasyiyah Al-Bajurinya Syaikh Ibrohim Al-Baijuri dan Fathul Wahabnya Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari sama sekali tidak mencantumkan al-mutazawwij dan al-ahsanu zaujatan sebagai kriteria yang juga diperbandingkan dalam masalah siapa yang lebih layak dikedepankan menjadi imam. Tapi sekalipun dimasukan, secara tertib antrian sepertinya akan jarang dipergunakan karena pada umumnya perbandingan secara head to head selalu bisa teratasi pada level perbandingan teratas : afqoh, aqro, azhad, aura. Satu yang pasti, dalam madzhab syafii bahkan orang yang belum balighpun sah mengimami orang yang sudah baligh terutama jika secara kualitas orang yang belum baligh ini afqoh dan  aqro seperti : yang terjadi di zaman Nabi pada kasus Umar bin Salimah yang masih berumur 7 th, Imam Syafii kecil dan Imam Nawawi kecil. Sementara dalam madzhab Hanafi, Maliki dan Hanbali berdasarkan penjelasan di kitab madzahibnya Syaikh Abdurrahman Jabir Al-Jazairi fuqoha madzhab mereka tidak mencantumkannya. Lihat Penjelasan Syaikh Abdurrahman Jabir Al-Jazairi dalam kitab Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Hal 386-387, Syaikh Nawawi Al-Jawi dalam Nihayah Az-Zain Hal 131 dan Syarh Ar-Riyadh Al-Badi'ah Hal 42. Tapi khusus untuk ke-اصح-an / ke-أرجح-.an kriteria ini penulis insya Allah akan terus menelusuri referensi lain karena justru kriteria perbandingan yang satu inilah yang paling menarik bagi penulis untuk dikupas setajam silet 😁 terutama karena penulis belum membaca kitab-kitab karya tulis Imam Rofi'i, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imam Ramli (dalam thabaqoh syafi'iyah : Imam Nawawi dan Imam Rofii dilabeli para ulama syafiiyah sebagai Syaikhan Mujtahid Fatwa, sedangkan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imam Ramli dilabeli para ulama syafiiyah sebagai Syaikhan Mujtahid Tarjih)
  17. Jika al-mutazawwiju tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-ahsanu zaujatan, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling putih pakaiannya (al-abyadhu tsauban) Lihat : penjelasan Syaikh Nawawi Al-Jawi dalam Nihayah Az-Zain Hal 131 dan Syarh Ar-Riyadh Al-Badi'ah Hal 42.
  18. Jika al-abyadhu tsauban tidak hadir atau ternyata ada lebih dari 1 yang al-abyadhu tsauban, maka kriteria selanjutnya yang diperbandingkan secara head to head adalah siapa diantara jemaah yang hadir orang yang paling putih wajahnya (al-abyadh wajhan) Lihat : penjelasan Syaikh Nawawi Al-Jawi dalam Nihayah Az-Zain Hal 131
  19. Jika semua itu tidak ada, maka diundi.
Sumber : 
Nihayah Az-Zain Hal 131
ثم اذاجتمع جماعة ممن فيه أهلية الإمامة يقدم منهم الأفقه في الصلاة فالأصح قراءة فالأكثر قرآنا فالأزهد فالأورع فالمهاجر فالأقدم هجرة فالأسن في الإسلام فالأشرف نسبا فالأحسن ذكرا فالأنظف ثوبا فبدنا فصنعة أي كسبا فيقدم الزارع والتاجر على غيرهما فالأحسن صوتا فالأحسن خلقا بفتح الخاء بأن يكون سليم الأعضاء من الآفة مستقيما فالأحسن وجها أى الأجمل صورة فهو غير الأحسن خلقا كما سمعت فالأحسن زوجة فالأبيض ثوبا فيقدم على لابس غير الأبيض ويقدم الأبيض وجها على غيره فان استوايا وتشاحا أقرع بينهما هذا كله ان لم يكن هناك امام راتب ولا امام الأعظم ولا نائبه ولا رب منزل
antrian-imam-menurut-fuqoha-4-madzhab

Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah Hal 386-387

الشافعية قالوا: يقدم ندباً في الإمامة الوالي بمحل ولايته، ثم الإمام الراتب، ثم الساكن بحق إن كان أهلاً لها، فإن لم يكن فيهم من ذكر قدم الأفقه، فالأقرأ: فالأزهد، فالأورع، فالأقدم هجرة. فالأسن في الإسلام، فالأفضل نسباً، فالأحسن سيرة، فالأنظف ثوباً وبدناً وصنعة، فالأحسن صوتاً، فالأحسن صورة، فالمتزوج، فإن تساووا في كل ما ذكر أقرع بينهم، ويجوز للأحق بالإمامة أن يقدم غيره لها، ما لم يكن تقدمه بالصفة، كالأفقه، فليس له ذلك

Penutup
Sekalipun prioritas utama artikel ini adalah untuk membahas antrian siapa orang yang lebih layak menjadi imam shalat menurut fuqoha madzhab syafii, pendapat madzhab maliki :
فإذا كان تزاحمهم بقصد العلو والكبر سقط حقهم جميعاً.
"Jika adanya perbandingan secara head to head hanya dalam rangka kumuluhur atau kesombongan, maka jatuhlah hak mereka semua untuk dikedepankan."
Sangat penting dijadikan bahan pemikiran dan penyadaran oleh semua pihak agar semua ahlan lil imamah senantiasa menjaga lillaahi ta'ala bersih dari ghardun akhor selain liajlillah.

Daftar Pustaka
Munawwir, Ahmad Warson. Almunawwir Kamus Arab-Indonesia Terlengkap. Pustaka Progresif.
Al-Jazairi, Syaikh Abdurrahman Jabir. Al-Fiqh Ala Madzahib Al-Arba'ah. Maktabah Syamilah.
Al-Malibari, Syekh Zainudin. Fathul Muin. Syirkah An-Nur Asia.
Ad-Dimsaqi, Syaikh Taqiyuddin Abi Bakar. Kifayatul Akhyar. Syirkah An-Nur Asia.
An-Nawawi, Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya. Minhaj Ath-Thalibin Hamisy Hasyiyatani. Dar Al-Fikr.
Al-Mahalli, Syaikh Jalaludin. Syarah Al-Mahalli Ala Al-Minhaj Ath-Thalibin Hamisy Hasyiyatani. Dar Al-Fikr.
Al-Qalyubi, Syaikh Syihabuddin Ahmad. Hasyiyah Al-Qalyubi Ala Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj. Dar Al-Fikr.
Umairoh, Syaikh Syihabuddin Ahmad. Hasyiyah Umairoh Ala Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj. Dar Al-Fikr.
Al-Anshari, Syaikh Abi Yahya Zakariya. Fath Al-Wahab. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Bakri, Syaikh Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati. Ianah Ath-Thalibin. Syirkah An-Nur Asia.
Hasbullah, Syaikh Muhammad. Ar-Riyadh Al-Badi'ah. Al-Haromain.
Al-Jawi, Syaikh Nawawi. Nihayah az-Zain, Mirqah Su'ud Ath-Tashdiq, Syarh Ar-Riyadh Al-Badi'ah. Maktabah Toha Putra.
Al-Fusyni, Syaikh Ahmad. Mawahib Ash-Shamdi. Al-Haromain.
Al-Ghazali, Imam Abu Hamid Muhammad. Ihya Ulumuddin. Al-Haromain.
Al-Ghazi, Syaikh Ibnu Qasim. Fathul Qarib. Syirkah Nur Asia.
Al-Baijuri, Syaikh Ibrohim. Hasyiyah Al-Baijuri. Maktabah Toha Putra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas