Talqin Mayit dan Talqin Sakaratul Maut - BAITUSSALAM

Talqin Mayit dan Talqin Sakaratul Maut

Pengertian Talqin, Tujuan & Hukumnya

Talqin maksudnya perbuatan mengajarkan/menuntun bacaan. Mulaqqin artinya orang yang mentalqin. Mulaqqon artinya orang yang ditalqin.
Ada 2 jenis talqin yang biasa dilakukan, yaitu : 
  1. Talqin terhadap orang yang sedang menghadapi sakaratul maut (mulaqqon belum mati, sesaat sebelum yugharghir)
  2. Talqin terhadap mayit yang baru saja diquburkan (mulaqqon sudah mati, sesaat sebelum su'alul malakain)
Tujuan utamanya sama, yaitu "tadzkir" dan "tatsbit" : 
  1. Membantunya mengingat kalimat tauhid dan membantunya menetapkan hatinya agar tauhidnya جازم sehingga orang sekarat tersebut mati dalam keadaan bertauhid (iman islam) dan berhasil mengakhiri perkataan semasa hidupnya dengan kalimat tauhid.
  2. Membantunya mengingat komitmen dia semasa hidupnya sebagai mu'min terutama tentang ridha dituhani Tuhan Allah ridha islam sebagai agama ridha dirasuli Rasul Muhammad ridha AlQur'an sebagai Imam dan membantunya menetapkan hatinya agar tidak ada keraguan dalam menjawab pertanyaan malaikat munkar dan malaikat nakir. 
Penting dibantu mengingat dan dibantu menetapkan hatinya, karena :
  1. Pada saat sakaratul maut, godaan syaithan sangat kuat. Sementara sakaratul maut itu sendiri sangat menyakitkan, sehingga potensi tergoda sangat mungkin bisa terjadi.
  2. Pada saat mayit baru saja diquburkan, dia masih dalam keadaan kaget dengan semua yang terjadi, termasuk karena alam barzah ini alam baru bagi dia. Sementara menjawab pertanyaan dengan benar menjadi keharusan dalam kondisi ini.
Hukum keduanya adalah sunat sebagaimana dijelaskan oleh para ulama ahli fiqih, terutama kalangan ulama fiqih madzhab imam syafii.

Secara urutan teknis pelaksanaan, talqin orang yang sedang menghadapi sakaratul maut tentu lebih awal dilaksanakan sebelum talqin mayit yang baru saja dikubur. Oleh karena itu pembahasannya pada artikel ini menjadi didahulukan.

1) Talqin Sakaratul Maut (من حضره الموت)
Menurut Syekh Umairah dalam Hasyiyah Umairah/Hasyiyatani Juz 1 Hal 321 : 
قوله من حضره الموت
أى أخذا من قوله تعالى حتى اذا حضر أحدكم الموت
Artinya : "Perihal istilah من حضره الموت adalah diambil dari Firman Allah :  حتى اذا حضر أحدكم الموت ".

Sebelum membahas tentang tatacaranya, penting juga membahas landasan hukumnya. Berikut ini adalah Ayat Al-Qur'an, Hadits dan pendapat para ulama berkaitan dengan talqin orang yang sedang menghadapi sakaratul maut :
وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين
Latin : Wadzakkir fa innadzdzikroo tanfa'ul mu'miniina. Artinya : Dan ingatkanlah karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mu'min (QS Adz-Dzariyat : 55)

 عن أ بي سعيد الخدري يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لقنوا موتاكم لا اله الا الله
Latin : "an abi sa'iid alkhudriy yaquulu qoola Rosuulullaoohi Shollalloohu Alaihi Wasallam Laqqinuu mautaakum Laa Ilaaha Illallooh". Artinya : "Dari Abi Said Al-Khudriy, dia berkata Rasulullah SAW telah bersabda : Talqinkanlah orang yang akan mati kalimat Laa Ilaaha Illallooh" (HR Imam Muslim - Syarah Muslim Juz 6 Hal 219)

Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim Juz 6 Hal 219 menjelaskan makna hadits tersebut :
معناه من حضره الموت والمراد ذكروه لا اله الا الله لتكون أخر كلامه كما في الحديث من كان آخر كلامه لا اله الا الله دخل الجنة
Artinya : Makna موتاكم adalah orang yang sedang sekarat maut. Maksudnya adalah ingatkanlah/ajarkanlah kepadanya kalimat لا اله الا الله supaya akhir perkataannya di dunia seperti yang ada dalam hadits من آخر كلامه لا اله الا الله دخل الجنة barangsiapa akhir perkataannya di dunia kalimat لا اله الا الله maka pasti akan masuk surga.

Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab Fathul Muin Hal 47 menjelaskan :
ويندب أن يلقن محتضرا ولو مميزا على الأوجه الشهادة أي لا اله الا الله فقط لخبر مسلم لقنوا موتاكم أي من حضره الموت لا اله الا الله مع الخبر الصحيح من كان آخر كلامه لا اله الا الله دخل الجنة أي مع الفائزين والا فكل مسلم ولو فاسقا يدخلها ولو بعد عذاب وان طال وقول جمع يلقن محمد رسول الله أيضا لأن القصد موته على الإسلام ولا يسمى مسلما الا بهما مردود بأنه مسلم وانما القصد ختم كلامه بلا اله الا الله ليحصل له ذلك الثواب وبحث تلقينه الرفيق الأعلى لأنه آخر ما تكلم به رسول الله صلى الله عليه وسلم مردود بأن ذلك لسبب لم يوجد في غيره وهو أن الله خيره فاختاره  وأمالكافر فيلقنهما قطعا مع لفظ أشهد لوجوبه أيضا على ما سيأتي فيه اذ لا يصير مسلما الا بهما
Artinya : "disunatkan untuk orang yang sedang sakaratul maut sekalipun dia mumayyiz berdasarkan pendapat yang lebih unggul, ditalqini kalimat syahadat, maksudnya لا اله الا الله saja. Karena ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : talqinkanlah kepada orang yang maut diantara kalian (maksudnya adalah orang yang hadir kepadanya maut/sakaratul maut) لا اله الا الله serta hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud : Barangsiapa akhir kalimat hidupnya لا اله الا الله maka pasti akan masuk surga (maksudnya adalah bersama faa'iziin). Jika yang dimaksud bukanlah masuk surga bersama faa'iziin maka tidak sah, karena setiap muslim walaupun fasiq akan masuk surga sekalipun setelah diadzab bahkan sekalipun diadzabnya dalam jangka waktu yang lama. Adapun pendapat golongan yang mengatakan : ditalqinkan juga kalimat محمد رسول الله nya dengan argumentasi bahwa sesungguhnya yang dimaksud adalah agar mautnya orang yang sedang sakarat di atas agama islam dan tidak disebut muslim tanpa kedua kalimat tersebut" adalah mardud, karena sebenarnya dia tetap muslim. karena tujuannya adalah menutup perkataannya dengan لا اله الا الله supaya hasil untuknya pahala masuk surga bersama faa'iziin. Adapun perihal ditalqinkannya kalimat الرفيق الأعلى karena kalimat tersebut merupakan akhir perkataan Rasulullah SAW, maka itu juga mardud. Karena kalimat tersebut sebagai sebab tidak ditemukannnya sebab pada selain Rasulullah dan karena Allah memilih Rasulullah dan Rasulullah memilih kalimat tersebut. Adapun orang kafir yang sedang sekarat maka pasti ditalqinkan juga kedua kalimatnya beserta lafadz اشهد karena wajibnya menyertakan lafadz اشهد berdasarkan argumentasi yang akan di jelaskan pada penjelasan khusus tentang itu, karena kafir tidak menjadi muslim tanpa kedua kalimat itu." 

Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati memperjelas penjelasan Syekh Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab I'anah Ath-Thalibin Juz 2 Hal 139 :
من غير زيادة محمد رسول الله
tanpa ditambah dengan kalimat محمد رسول الله
فلو أتى به لم يحصل سنة التلقين ويظهر أنه لا كراهة فيه
maka jika mulaqqin mendatangkan (menambahkan) kalimat محمد رسول الله maka tidak hasil sunat talqin, dan dzahir bahwasanya itu tidak makruh dalam hal talqin.
Berikut ini adalah tata cara mentalqini orang yang sedang menghadapi sakaratul maut :
  1. Badannya dihadapkan ke arah qiblat : dengan posisi menyamping (idhtija) ke sisi kanan badan jika memungkinkan. Jika itu sulit, boleh idhtija ke sisi kiri. Jika itu juga sulit, boleh istilqo/telentang dengan wajah dan kedua telapak kaki menghadap kiblat.
  2. Bacakan surat yasin di sekelilingnya secara jahr (bisa terdengar, bukan kencang). Hikmah dibacakannya surat yasin disampingnya selain karena itu sunah adalah karena bahwasanya ahwal qiyamah dan ba'ats dijelaskan di dalamnya, harapannya dengan itu dapat merefresh ingatannya tentang ahwal qiyamah.
  3. Jika menurut pengamatan orang yang sekarat tersebut berharap ingin segera melalui tahapan sakaratnya, bacakan disampingnya surat Al-Ra'du. Karena surat al-ra'du ini salah satu berkahnya adalah mempercepat sakaratul maut.
  4. Jika mampu tanpa diajari, orang yang sedang sekarat dianjurkan memperbanyak perkataan لا اله الا الله dan jika mampu sadar mintalah untuk diingatkan terus oleh yang hadir di sekelilingnya untuk ditalqin (kondisi tangguh seperti ini jarang terjadi)
  5. Jika orang yang sekarat sulit mengucapkan لا اله الا الله disunatkan kepada salah seorang yang hadir di sekelilingnya untuk melakukan "talqin". Sebaiknya mulaqqin (orang yang mentalqin) bukan bukan orang yang berpotensi menambah beban pikiran orang yang sedang sekarat misalnya : ahli waris yang mata duitan/warisan, musuhnya semasa hidupnya, orang yang membencinya atau orang yang dibencinya. Jika ada, mudah-mudahan stoknya selalu ada, sebaiknya mulaqqin (orang yang melakukan talqin) adalah keluarga yang semasa hidupnya dianggap yang paling menyayanginya, hal ini karena : orang yang sedang sekarat butuh dituntun/diajari pengucapan لا اله الا الله dengan penuh rasa kasih sayang dan sebagai tandingan dari kemunculan syaithan terhadap orang yang sedang sekarat dengan wujud menyerupai orang penting yang sudah terlebih dahulu mati misalnya : ayah almarhum, ibu alm, kakek alm, nenek alm, kakak alm, istri alm, kekasih alm dsb sebagai penggoda iman.
  6. Dalam proses talqin, sebaiknya mulaqqin suaranya lembut, pelan tapi pasti, dan penuh kasih sayang. Bukan membentak-bentak atau menggebu-gebu.
  7. Pada alurnya, mulaqqin mengucapkan لا اله الا الله terlebih dahulu kata per kata kemudian diikuti orang yang sedang sekarat tersebut kata perkata, mirip seorang ibu yang sedang mengajari anak balita mengucapkan لا اله الا الله (Kesalahan yang fatal adalah mulaqqin menyuruh mengucapkan, bukan mengajari)
  8. Jika orang yang sedang sekarat tersebut telah berhasil mengucapkan لا اله الا الله mulaqqin tidak perlu mengulangi mengajarinya lagi, kecuali orang yang sedang sekarat tersebut mengucapkan perkataan lain selain لا اله الا الله yang tadi sudah ditalqinkan. Karena tujuan akhir talqin adalah agar dia mati dalam kondisi akhir perkataan hidupnya لا اله الا الله
  9. Pada kondisi setelah ditalqin orang yang sedang sekarat tersebut hanya mampu penggerakan bibir tanpa suara, maka mulaqqin tidak perlu memaksanya mengeluarkan suara. Karena gerakan bibir merupakan dilalah bahwa hatinya telah mengucapkan dan karena yang paling mendasar dalam hal ini adalah ليس في قلبه الا الله tidak ada di dalam hatinya apapun kecuali الله dan karena itu termasuk amaliyah hati.
  10. Orang yang hadir di sekeliling orang yang sedang sekarat sebaiknya tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik terkait hal apapun terutama terkait orang yang sedang sekarat, terlebih lagi jika itu merupakan kata-kata yang mengandung doa atau semakna dengan doa.
  11. Sediakan air minum, ini hukumnya sunat. Khususnya untuk orang sekarat yang dideteksi ada tanda-tanda bahwa dia sangat membutuhkan air minum. Hal ini juga berkaitan dengan bahwa pada saat itu syaithan biasa datang membawa segelas air kepada orang yang sedang sekarat dan berkata bahwa syetan tersebut bersedia memberikannya minum dengan syarat orang yang sedang sekarat mengakui syetan sebagai tuhan.
  12. Buatlah suasana ruangan sakinah, tidak gaduh.
Tata cara tersebut disarikan dari penjelasan dalam kitab : 
  • Nihayah al-Zain Hal 147-148 (Syekh Nawawi al-Bantani)
  • Mukhtashar Tadzkirah al-Qurtuby Hal 11 (Syekh Abdul Wahab al-Sya'rani)
  • Fathul Wahab Juz 1 Hal 89 (Syekh Abi Yahya Zakariya Al-Anshari)
  • Hasyiyatani al-Qalyubi - Umairah Ala Syarh al-Minhaj al-Thalibin Juz 1 Hal 321 (Imam Qalyubi, Imam Umairah, Syekh Jalaludin al-Mahalli)

2) Talqin Mayit Baru

Berikut ini adalah Ayat Al-Qur'an, Hadits dan pendapat para ulama berkaitan dengan talqin mayit yang baru dikubur :

وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين

Latin : Wadzakkir fa innadzdzikroo tanfa'ul mu'miniina. Artinya : Dan ingatkanlah karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mu'min (QS Adz-Dzariyat : 55)

عن عثمان ابن عفان قال كان النبي صلى الله عليه وسلم اذا فرغ من دفن الميت وقف عليه فقال استغفروا لأخيكم وسلوا له بالتثبيت فإنه الآن يسأل

Latin : "'an 'utsmani ibni 'affaani qoola kaana al-nabiyyu shollalloohu alaihi wa sallama idzaa farogho min dafnil mayyiti waqofa 'alaihi, faqoola istaghfiruu liakhiikum wa saluu lahu bi al-tatsbiiti fainnahu al-aana yus‛alu". Artinya : "Dari Utsman bin Affan RA, beliau berkata "telah ada Rasulullah SAW apabila telah selesai dari mengubur mayit beliau berhenti beberapa saat dan bersabda : istighfarlah kalian semua untuk saudara kalian dan sarankanlah untuknya agar tatsbiit karena dia saat ini akan ditanyai". (HR. Imam Abu Daud : Sunan Abu Daud Juz 3 Hal 215)

عن أبي أمامة رضي الله عنه قال اذا أنا مت فاصنعوا بي كما أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال اذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل يا فلان ابن فلانة فإنه يسمعه ولا يجيب ثم يقول يا فلان ابن فلانة فإنه يقول أرشدنا يرحمك الله ولكن لا تشعرون فليقل أذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده وزسوله وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا وبالقرآن إماما فإن منكارا ونكيرا يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول انطلق بنا ما يقعدنا عند من قد لقن حجته قال فقال رجل يا رسول الله فإن لم يعرف أمه قال ينسبه إلى أمه حواء يا فلان ابن حواء

Latin : "an abii umaamah radhiyalloohu anhu qoola : idzaa ana muttu fashna'uu bii kamaa amaronaa rasuulullah shallallahu alaihi wasallama faqoola : idzaa maata ahadun min ikhwaanikum fasawwaitum at-turooba alaa qobrihii fal yaqum ahadukum alaa ra'si qobrihi tsumma liyaqul : yaa fulan ibnu fulanah fainnahu yasma'uhu walaa yujiibu tsumma yaquulu : yaa fulan ibnu fulanah! fainnahu yaquulu : arsyidnaa yarhamukalloohu! walakin laa tasy'uruuna. falyaqul : udzkur maa kharajta alaihi minad-dunyaa syahaadata an laa ilaaha illalloohu wa anna muhammadan abduhu warasuuluhu wa annaka rodiita billaahi robban wa bil islaami diinan wa bi muhammadin nabiyyan wa bil qur'aani imaaman. fainna munkaaron wa nakiiron ya'khudzu kullu waahidin minhumaa biyaddi shoohibihi wa yaquulu intholiq binaa maa yuq'idunaa inda man qod luqqina hujjatuhu qoola rojulun yaa rosuulalloohi fain lam ya'rif ummahu? qoola : yunsibuhu ilaa ummihi hawaa'a. yaa fulan ibnu hawa'a". Artinya : "Dari Abu Umamah RA beliau berkata : jika saya sudah mati maka berbuatlah kepada saya sebagaimana Rasulullah SAW telah memerintahkannya kepada kita, Rasulullah bersabda : Jika salah seorang dari antara ikhwan kalian telah mati dan kalian telah meratakan tanah di atas quburnya maka hendaklah salah seorang di antara kalian berhenti setentang kepala mayit, kemudian hendaklah dia/mulaqqin berkata : يا فلان ابن فلانة maka mayit dapat mendengar tapi dia tidak bisa menjawab, kemudian dia/mulaqqin berkata lagi : يا فلان ابن فلانة maka mayit menjawab :  أرشدنا يرحمك الله  Namun kalian tidak bisa mendengar jawabannya. Kemudian hendaklah dia/mulaqqin berkata lagi : أذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده وزسوله وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا وبالقرآن إماما maka kemudian malaikat munkar dan malaikat nakir saling memegang tangan sahabatnya dan berkata : kita kembali saja, apa gunanya kita duduk di hadapan mayit yang telah ditalqinkan jawabannya. Abu Umamah berkata : seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah : Ya Rasulalloh, jika mulaqqin tidak mengetahui nama ibunya mayit bagaimana? Rasulullah menjawab : mulaqqin menisbatkan mayit kepada ibunya, Siti Hawa. يا فلان ابن حواء (HR.Imam Thabrani, Mu'jam Kabir)

Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab Al-Adzkar Hal 148 :

Adzkar-Nawawi-148-Talqin-Mayit-Setelah-Dikubur

وأما التلقين الميت بعد الدفن فقد قال جماعة كثير من أصحابنا باستحبابه وممن نص على استحبابه القاضي حسين في تعليقه وصاحبه أبو سعيد المتولي في كتابه التتمة والشيخ الإمام الزاهد أبو الفتح نصر ابن إبراهيم المقدسي والإمام أبو القاسم الرافعي وغيرهم ونقله القاضي حسين عن الأصحاب وأما لفظه فقال الشيخ نصر اذا فرغ من دفنه يقف عند رأسه ويقول يا فلان بن فلان اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور قل ضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا وبالكعبة قبلة وبالقرآن إماما وبالمسلمين إخوانا ربي الله لا إله إلا هو وهو رب العرش العظيم هذا لفظ الشيخ نصر المقدسي في كتابه التهذيب ولفظ الباقين بنحوه وفي لفظ بعضهم نقص عنه ثم منهم من يقول يا عبد الله ابن أمة الله ومنهم من يقول يا عبد الله بن حواء ومنهم من يقول يافلان باسمه ابن أمة الله أو يا فلان بن حواء وكله بمعنى 

وسئل الشيخ الإمام أبو عمرو بن الصلاح رحمه الله عن هذا التلقين فقال في فتاويه التلقين هو الذي نختاره ونعمل به وذكره جماعة من أصحابنا الخراسانيين قال وقد روينا فيه حديثا من حديث أبي أمامه ليس بالقائم اسناده ولكن اعتضد بشواهد وبعمل أهل الشام به قديما قال وأما التلقين الطفل الرضيع فما له مستند يعتمد ولا نراه والله أعلم قلت الصواب أنه لا يلقن الصغير مطلقا سواء كان رضيعا أو أكبر منه ما لم يبلغ ويصير مكلفا والله أعلم

Artinya :"Adapun terkait talqin mayit setelah diqubur, maka telah berfatwa golongan ulama yang banyak dari ashab madzhab syafii tentang kesunatannya. Di antara ulama-ulama yang menash tentang kesunatannya adalah Qadhi Husein dalam kitab Ta'liqnya, Sahabatnya yaitu Imam Abu Said Mutawalli dalam kitabnya yaitu Tatimmah, Syekh dan Imam yang zuhud Abul Fatah Nashar bin Ibrohim bin Nashor al Maqdisi, Imam Abu Qasim Ar-Rafi'i dan lainnya. Qadhi Husein menuqilnya dari Ashab Imam Syafii. Adapun perihal lafadz talqinnya, Imam Nashor berkata : jika telah selesai penguburannya selanjutnya berdiam seseorang dekat kepala mayit dan mengucapkan :

 يا فلان بن فلان اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور قل ضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا وبالكعبة قبلة وبالقرآن إماما وبالمسلمين إخوانا ربي الله لا إله إلا هو وهو رب العرش العظيم

Ini adalah lafadz talqin Syekh Nashor Al-Muqaddasi yang disampaikan dalam kitabnya yaitu kitab At-Tahdzib. Adapun lafadz ulama yang selainnya mirip-mirip seperti itu. Pada lafadz sebagian ulama kurang panjang dari itu. Kemudian sebagian dari mereka ada yang menggunakan redaksi يا عبد الله ابن أمة الله dan dari sebagian mereka ada yang menggunakan redaksi يا عبد الله بن حواء  dan dari sebagian mereka ada yang menggunakan redaksi يافلان dengan menyebutkan nama mayit  ابن أمة الله atau يا فلان بن حواء dan semuanya semakna.

Dan pernah dipertanyakan tentang talqin ini kepada Al-Syaikh Al-Imam Abu Umar bin Al-Sholah Rahimahullah, kemudian beliau memengatakan dalam kitab Fatawi-nya : Talqin adalah sesuatu yang kami memilihnya dan mengamalkannya. Telah menceritakan tentang qaul tersebut sekumpulan ulama dari ashab imam syafii yang ada di wilayah khurasan. Beliau berkata : telah meriwayatkan kepada kami dalam hal itu sebuah hadits yaitu hadits Abu Umamah bahwa hadits tersebut sanadnya tidak kukuh, tapi telah ditunjang dengan beberapa hadits lain dan dibantu juga dengan mengamalkannya penduduk syam terhadap hadits tersebut pada waktu dulu. Beliau juga berkata: adapun talqin terhadap mayit anak kecil yang masih disusui maka untuk masalah itu tidak ada mustanad yang i'timad dan kami tidak melihatnya. Wallahu A'lam. Komentarku (Imam Nawawi) : pendapat yang benar adalah bahwasanya anak kecil secara mutlaq tidak sunat ditalqin, baik masih disusui atau lebih tua dari itu selama belum mencapai baligh dan menjadi mukallaf. Wallahu A'lam (Lihat : Kitab Al-Adzkar Nawawi Hal 147)

Syekh Ibrohim Al-Baijuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri Syarh Fathul Qarib Juz 1 Hal 255 mengatakan :

ويسن أن يقف جماعة بعد دفنه يسألون له التثبيت لأنه صلى الله عليه وسلم اذا فرغ من دفن الميت وقف على قبره وقال استغفروا لأخيكم واسألوا له التثبيت فانه الآن يسئل ويسن تلقينه ويغني عنه الدعاء بالتثبيت ولا يلقن الطفل ونحوه ممن لا يتقدمه تكليف لأنه لا يفتن في قبره وكذلك النبي وشهيد المعركة فلا يلقنان لأنهما لا يسئلان 

Artinya : "Disunatkan jemaah pengantar jenazah berdiam sesaat dan meminta kepada mayit untuk tatsbit karena dia sekarang akan ditanya. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW ketika telah selesai dari kegiatan mengubur mayit beliau berdiam sebentar dan bersabda : beristighfarlah kalian untuk saudara kalian dan sarankanlah kepadanya tatsbit karena dia sekarang akan ditanya.". Dan disunatkan juga talqin, dan menjadi tercover darinya doa dengan tatsbit. Dan tidak ditalqin anak kecil dan sejenisnya dari antara mayit yang tidak terkena taklif sebelumnya semasa hidupnya karena dia tidak difitnah di dalam quburnya, begitu juga Nabi dan mayit orang yang mati syahid perang maka keduanya tidak ditalqin karena keduanya tidak akan ditanya malaikat munkar dan malaikat nakir". (Hasyiyah Al-Bajuri Syarh Fathul Qarib Juz 1 Hal 255)

Syekh Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari menjelaskan dalam kitab Fathul Muin :

وأن يقف جماعة بعد الدفن عند القبر ساعة يسألون له التثبيت ويستغفرون له ويندب تلقين بالغ ولو شهيدا كما اقتضاه اطلاقهم خلافا للزركشي بعد تمام الدفن فيقعد رجل قبالة وجهه ويقول يا عبدالله ابن أمة الله اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأن محمدا رسول الله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا وبالقرآن اماما وبالكعبة قبلة وبالمؤمنين إخوانا ربي الله لا اله الا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم وقال شيخنا ويسن تكراره ثلاتا والأولى للحاضرين الوقوف وللملقن القعود ونداءه بالأم فيه أي ان عرفت والا فبحواء لا ينافي دعاء الناس يوم القيامة بأبائهم لأن كليهما توقيف لا محل للرأي فيه والظاهر أنه يبدل العبد بالأمة في الأنثى ويؤنث الضمائر انتهى

Artinya : "dan disunatkan jemaah pengantar jenazah berdiam sesaat di dekat kuburan setelah mengubur jenazah guna meminta baginya tatsbit dan beristighfar baginya. Disunatkan mentalqin yang sudah baligh sekalipun yang matinya syahid sebagaimana itu menjadi muqtadho dari ithlaqnya para ulama, hal ini menyelisihi pendapat imam zarkasyi. Talqin tersebut dilakukan setelah sempurnanya penguburan. Maka setelah itu, jongkoklah seorang Laki-laki setentang wajah mayit dan kemudian berkata : يا عبدالله ابن أمة الله اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأن محمدا رسول الله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا وبالقرآن اماما وبالكعبة قبلة وبالمؤمنين إخوانا ربي الله لا اله الا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم dan berkata guru kita Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami : disunatkan mengulanginya 3 kali. Dalam hal ini yang lebih utama bagi hadirin adalah berdiri dan bagi mulaqqin adalah duduk. Adapun diserunya mayit dengan dinisbatkan kepada ibunya dalam talqin adalah jika diketahui nama ibunya. Jika tidak diketahui maka dinisbatkan kepada Siti Hawa. Hal itu tidak menafikan diserunya manusia pada hari qiyamat dengan dinisbatkan kepada bapak mereka karena kedua praktek ibadah ini termasuk tauqify (sesuatu perkara agama yang datang penjelasanya dari syari) oleh karenanya tidak ruang logika. Adapun qaol dzohir adalah mengganti kalimat عبد dengan kalimat أمة pada mayit perempuan dan dimu'annatskan semua dhomirnya."

Sayid Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati menjelaskan dalam kitab I'anah Ath-Thalibin Juz 2 Hal 139 :

وانما ندب وقوف جماعة بعد الدفن لأنه صلى الله عليه وسلم كان اذا فرغ من دفن ميت وقف عليه وقال استغفروا لأخيكم واسألوا له التثبيت فانه الآن يسئل 

"dan tentunya disunatkan jemaah berwuquf setelah penguburan karena Nabi Muhammad SAW jika telah selesai mengubur mayit wuquf di atasnya dan bersabda : beristifhfarlah kalian kepada Allah untuk saudara kalian dan memintalah kalian kepada Allah tatsbit karena saudara kalian sekarang akan ditanyai malaikat"

Sayid Abu Bakar juga menjelaskan contoh perkataan yang termasuk tatsbit :

وقوله يسألون له التثبيت كأن يقولوا اللهم ثبته

"seperti perkataan jemaah : اللهم ثبته

Yang paling menarik di kitab Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati dalam pembahasan talqin ini adalah dicontohkannya serangkaian shighat talqin yang lebih panjang yang beliau kutip dari kitab Hasyiyah Al-Baromi. Berikut ini adalah shighatnya :

بسم الله الرحمن الرحيم كل شيء هالك الا وجهه له الحكم واليه ترجعون كل نفس ذائقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز وما الحياة الدنيا الا متاع الغرور منها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارة أخرى منها خلقناكم للأجر والثواب وفيها نعيدكم للدود والتراب ومنها نخرجكم للعرض والحساب باسم الله وبالله ومن الله والى الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم هذا ما وعد الرحمن وصدق المرسلون ان كانت الا صيحة واحدة فاذا هم جميع لدينا محضرون يا فلان يابن فلانة أو يا عبد الله يابن أمة الله يرحمك الله ذهبت عنك الدنيا وزينتها وصرت الآن في برزخ من برازخ الآخرة فلا تنس العهد الذي فارقت عليه في دار الدنيا وقدمت به الى دار الآخرة وهو شهادة أن لا إله الا الله وأن محمدا رسول الله فإذا جاءك الملكان الموكلان بك وبأمثالك من أمة محمد صلى الله عليه وسلم فلا يزعجاك ولا يرهباك واعلم أنهما خلق من خلق الله تعالى كما انت خلق من خلقه فاذا أتياك وأجلساك وسألاك وقالا لك ما ريك وما دينك وما نبيك وما اعتقادك وما الذي مت عليه فقل لهما الله ربي فإذا سألاك الثانية فقل لهما الله ربي فإذا سألاك الثالثة وهي الخاتمة الحسنى فقل لهما بلسان طلق بلا خوف ولا فزع الله ربي والإسلام ديني ومحمد نبيي والقرأن إمامي والكعبة قبلتي والصلوات فريضتي والمسلمون اخواني وإبراهيم الخليل أبي وأنا عشت ومت علي قول لا إله الا الله محمد رسول الله تمسك يا عبد الله بهذه الحجة واعلم أنك مقيم بهذا البرزخ الى يوم يبعثون فإذا قيل لك ما تقول في هذا الرجل الذي بعث فيكم وفي الخلق أجمعين فقل هو محمد صلى الله عليه وسلم جاءنا بالبينات من ربه فأتبعناه وأمنا به وصدقنا برسالته فإن تولوا فقل حسبي الله لا إله الا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم واعلم يا عبد الله أن الموت حق وأن نزول القبر حق وأن سؤال منكر ونكير حق وأن البعث حق وأن الحساب حق وأن الميزان حق وأن الصراط حق وأن النار حق وأن الجنة حق وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور ونستودعك الله اللهم يا أنيس كل وحيد ويا حاضرا ليس يغيب آنس وحدتنا ووحدته وارحم غربتنا وغربته ولقنه حجته ولا تفتنا بعده واغفرلنا وله يا رب العالمين سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

Tata cara talqin sebenarnya tidak sulit, hanya saja pembahasan talqin ini bukan sebatas tentang tatacara, melainkan juga tentang asal-usul hukum dan shighat ma'rufah yang jelas referensinya. 

Wallahu A'lam

Daftar Pustaka

An-Nawawi, Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya. Al-Adzkar. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Malibari, Syekh Zainudin. Fathul Muin. Syirkah An-Nur Asia.
Ad-Dimsaqi, Syaikh Taqiyuddin Abi Bakar. Kifayatul Akhyar (Jilid 1). Syirkah An-Nur Asia.
Ba'alawi, Syaikh Sayid Abdurrahman. Bughiyah Al-Mustarsyidin. Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Qalyubi, Syaikh Syihabuddin Ahmad dan Umairoh, Syaikh Syihabuddin Ahmad. Hasyiyah Al-Qalyubi Wa Umairoh Ala Syarh Al-Mahalli Ala Al-Minhaj (Jilid 1). Dar Al-Fikr.
Al-Anshari, Syaikh Abi Yahya Zakariya. Fath Al-Wahab (Jilid 1). Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Bakri, Syaikh Sayid Abu Bakar Ad-Dimyati. Ianah Ath-Thalibin (Jilid 2). Syirkah An-Nur Asia.
Al-Ghazzi, Syaikh Ibnu Qasim. Fath Al-Qarib Al-Mujib. Syirkah An-Nur Asia.
Al-Baijuri, Syaikh Ibrahim. Hasyiyah Al-Bajuri (Jilid 1). Toha Putra.
Al-Bantani, Syaikh Muhammad Nawawi. Nihayah Az-Zain dan Kasyifah As-Saja. Toha Putra.
Asy-Sya'rani, Syaikh Abdul Wahab. Mukhtashar Tadzkirah Al-Qurtuby. Toha Putra.
Syaik Muhammad bin Salim. Is'ad Ar-Rafiiq (Jilid 1) Syirkah An-Nur Asia
Abbas, KH Siradjuddin. 40 Masalah Agama (Jilid 4) Pustaka Tarbiyah Jakarta. 2004. 

2 komentar

  1. Bagaimana dengan sighot ya fulan ibn fulanah / amatillah. Apakah dalam talqin disunnahkan nisbat dg ibu nya.. Mohon refrensinya

    BalasHapus
  2. Dalam hal penisbatan mayit ketika talqin, Tidak masalah dinisbatkan kepada Bapaknya maupun kepada Ibunya. Imam Nawawi juga memilih keduanya sebagai opsional dalam kitab Al-Majmu sebagaimana dikutip oleh Imam Ramli (Nihayah Al-Muhtaj Juz 3 Hal 41), Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (Tuhfah Al-Muhtaj Juz 3 Hal 207) dan Imam Al-Qalyubi (Hasyiyatani Juz 1 Hal 353) :
    على أنه في المجموع خير بين أن يقول فلان بن فلان أو فلان ابن أمة الله انتهى
    "Berdasarkan bahwasanya Mushanif Minhaj Ath-Thalibin/Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu Syarah Muhaddab memilih antara menggunakan perkataan فلان بن فلان atau فلان ابن أمة الله (Hassyiyatani Juz 1 Hal 353)

    Adapun mengenai hikmah dinisbatkan kepada ibunya dengan penggunaan redaksi فلان ابن أمة الله atau fulanah, maka menurut Imam Qalyubi :
    ونسبته إلى أمه بقوله ابن أمة الله دون أبيه سترا عليه
    "dinisbatkannya mayit pada redaksi talqin kepada ibunya dengan ابن أمة الله bukan kepada bapaknya adalah dalam rangka menjaga privasi mayit". Privasi dimaksud adalah seumpama mayit tersebut tidak jelas bapaknya.

    Jadi ini masalahnya masalah mana yang lebih menjaga kehormatan mayit saja. mengenai hukum, keduanya sama saja sunat. Hanya saja fulanah dan amatilah lebih menjaga privasi.

    BalasHapus

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas

EmoticonEmoticon