بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Ilmu Sharaf - BAITUSSALAM

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Ilmu Sharaf

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Menurut Ilmu Sharaf

baitussalam.web.id - Pembahasan Basmalah Menurut Ilmu Sharaf Materinya Lebih Didominasi Oleh Penelusuran Asal-Usul Kalimat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hal itu sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi domain ilmu sharaf. Fokus pembahasannya adalah pada asal-usul kalimat (atau lafadz, karena kalimat-kalimat ini ternyata sepertinya lebih ngtrend disebut lafadz) :

  1. Huruf بِ
  2. Lafadz اِسْمُ
  3. Lafadz اللّٰهِ
  4. Lafadz الرَّحْمٰنِ
  5. Lafadz الرَّحِيْمِ

1.Huruf ب mirif ل

Sebenarnya terhadap ب lafadz بسم ilmu sharaf tidak menjadikannya prioritas pembahasan, karena itu adalah domain pembahasan ilmu nahwu. Sebagaimana pernyataan Imam Ibn Malik dalam Nadzm al-Khulashah Alfiyah Ibn al-Malik Bab التصريف Bait 915 : 

حَرْفٌ وشِبْهُهُ مِنَ الصَّرْفِ بَرِي # وَمَا سِوَاهَمَا بِتَصْرِيْفٍ حَرِيْ
"حرف dan شبه الحرف dari ilmu sharaf berlepas # Pembahasan selain keduanya dengan ilmu sharaf itu pantas". (lihat syarh Ibn Aqil ala Alfiyah Hal 189) 

Yang dimaksud dengan شبه الحرف adalah isim mabni dan fi'il jamid, sebagaimana dijelaskan oleh al-Alamah al-Fadhil al-Ustadz al-Syaikh Muhammad al-Khudhari :
 قوله وشبهها
هو الإسم المبنية والأفعال الجامدة كعَسَى ولَيْسَ فانها تشبه الحرف في الجمود
"Yang dimaksud شبه الحرف adalah isim-isim mabni dan fi'il-fi'il jamid seperti lafadz عَسَى dan lafadz لَيْسَ karena itu semuanya menyerupai حرف dalam hal kejumudannya." (Lihat Hasyiyah al-Khudhari ala Ibn 'Aqil Hal 182-183)

Penulis hanya akan menambahkan sedikit penjelasan terkait penulisan ب yang sisi awalnya panjang/jangkung menyerupai bentuk alif atau bentuk lam.

Nah, bentuk penulisan ب seperti ل adalah bagian dari pembahasan ilmu sharaf. Bagaimana asalnya?

ب jangkung/memanjang (bermaddah/ مد) seperti ل menurut ilmu sharaf adalah pengganti dari hamzah washal antara huruf ب dan س yang dibuang secara لفظا (pengucapannya) dan خطا (penulisannya).

Perlu anda ketahui, sebenarnya hamzah washal biasanya hanya dihilangkan pengucapannya saja, tapi dalam hal kalimat بِسْمِ mendapat perlakuan yang berbeda dari biasanya, dimana kali ini yang dihilangkan bukan hanya pengucapan melainkan juga tulisannya.

Nah, bentuk ب kemudian diberi مد (tanda panjang) sebagai عِوَضًا (iwadh/pengganti atau kompensasi)

Hal itu biasanya dijelaskan oleh para ulama pada pembahasan mengupas asal-usul بسم 

Sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad Byr Ali al-Barkawi dalam Kitab Ruh al-Syuruh ala al-Maqshud (Syarah kitab Mathlub-nya Imam Abu Hanifah)
............. ثم لما أدخلت الباء حذفت الهمزة لفظا وخطا لكثرة الإستعمال وعوض عنها مد الباء

"kemudian tatkala dimasukan ب maka dibuang hamzah washal baik secara pengucapan lafadz maupun tulisannya karena trend penggunaannya, dan مد pada ب yang mirip bentuk ل dijadikan sebagai iwadhnya/penggantinya (Lihat : Ruh al-Syuruh ala al-Maqshud, Syarah kitab Mathlub-nya Imam Abu Hanifah Hal 2-3)

2.Lafadz اسم

Lafadz اسم shighatnya adalah masdar. Tapi lafadz ini menurut ilmu sharaf bukan asli. Terus asalnya apa? dalam hal ini ada 2 pendapat : pendapat perkumpulan ulama bashrah dan pendapat perkumpulan ulama kuffah.

Untuk mengetahui perubahan kosakata dari 2 pendapat ini, penulis mencoba meninjau penjelasan 4 ulama dalam kitab ilmu sharaf populer.

1). Menurut penjelasan Syaikh Muhammad Ulaisy al-Maliki :

فالإسم عند البصريين ناقص واوي من الأسماء المحذوفة الإعجاز كيد ودم اذ أصله سُِمْوٌ بضم السين او كسرها ولما كثرت استعماله أريد تخفيفه في طرفيه فعمدوا الى آخره فوجدوه واوا متعاقبة عليه الحركات الإعرابية مع ثقلها فحذفوه ونقلوا حركته الى الميم ثم عمدوا الى أوله فحذفوا حركته دونه لئلا يجحفوا بالكلمة ثم اجتلبوا همزة الوصل للساكن الخ

وعند الكوفيين لفظ اسم مثال واوي اذ أصله وِسْمٌ حذفت واوه اذ كثيرا ما تحذف الواو في أوائل الكلمات كزِنَةٍ وَدِيَةٍ وَعِدَةٍ فهو من الأسماء المحذوفة الأوائل ثم أتى بهمزة الوصل عوضا عنها وقيل ليست بعوض بل لمجرد التوصل ولعله الحق لأنها لو كانت عوضا لما حذفت الخ

ورجحوا مذهب البصريين بتصريف الإسم تصغيرا وجمع تكسير ومجىء فعل منه يقال أَسمَاءٌ وأُسَامِيٌ وسُمَيٌّ وسَمَيْتُ والكل يرد الأشياء الى أصولها ولوكانت من الوَسْمِ لقيل أَوْسَامٌ وأََوَاسِمٌ ووُسَيْمٌ ووَسَمْتُ الخ

Lafadz اسم menurut pendapat perkumpulan ulama bashrah adalah بنا ناقص واو termasuk salah satu اسماء المحذوفة الإعجاز (isim-isim yang dibuang ujungnya) sebagaimana lafadz يَدٌ dan دَمٌ karena asal lafadz اِسمٌ adalah سُمْوٌ dengan dhamah س atau سِمْوٌ dengan kasrah س 

Konon karena sangat sering dipergunakannya jadi dikehendaki untuk mentakhfifnya pada 2 ujung lafadznya. Kemudian mereka berfokus pada akhir lafadznya, eh ternyata mereka menemukan ada و yang diakhirkan dan di atasnya ada harkat i'robiyah (sebangsa alamat isim mu'rab) serta dalam kondisi beratnya beban و memikul harkat i'rabiyah tersebut. 

  • Dalam kondisi menanggung beban ثقل (berat) kemudian mereka membuang و tersebut, dan memindahkan harkatnya pada م 
  • Selanjutnya mereka mengalihkan fokus pada huruf awal lafadznya kemudian membuang harkatnya tapi tidak membuang hurufnya supaya mereka tidak mengupas habis kalimat (lafadz)
  • Kemudian menarik kehadiran hamzah washal karena huruf awalnya dalam kondisi sukun, Berubahlah lafadz سُمْوٌ menjadi اِسْمٌ

Menurut perkumpulan ulama kufah, lafadz اِسْمٌ ini adalah termasuk بنا مثال واو (bina mitsal adalah merupakan istilah pengkategorian kata yang fa fi'ilnya huruf ilat) karena asalnya adalah وِسْمٌ 

  • Kemudian dibuang و fa Fi'ilny karena banyak/seringnya praktek pembuangan و yang terdapat di awal kata seperti : زِنَةٌ دِيَةٌ dan عِدَةٌ maka lafadz ini menjadi termasuk اسماء المحذوفة الأوائل (isim-isim yang dibuang awalnya)
  • Kemudian datang hamzah washal sebagai penggantinya. Menurut pendapat yang tidak disebutkan orangnya : bukan sebagai penggganti melainkan sekedar sebagai penyambung dan mudah-mudahan itulah yang sebenarnya, karena andaikata datangnya sebagai pengganti maka pada tahap berikutnya tidak akan dibuang, sedangkan faktanya dibuang juga. 

Para ulama mengunggulkan pendapat madzhab bashrah dengan argumentasi : 

  • tashrif shighat اسم ketika dalam status tashghir, 
  • ketika dalam status jama taksir, dan
  • shighat orang yang melahirkan kata kerja 
diucapkan أَسْمَاءٌ أُسَامَيٌّ سُمَيٌّ dan سَمَيْتُ dan masing-masing merujukan perkara pada asalnya. Jikalau berasal dari kata وِسْمْ maka tentu akan dikatakan أَوْسَامٌ أُوَاسَمٌ وُسَيْمٌ dan وَسَمْتُ (Hill al-Maqshud min Nadzm al-Maqshud Hal 2-4)

2).Menurut penjelasan al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah)

Penjelasan al-Imam Abu Hanifah ini hanya difokuskan pada pendapat ulama bashrah, tapi dengan tutorial perubahan yang lebih jelas alasannya :

وهو في الأصل سُمْوْ نقلت حركة الواو الى الميم لكونها حرف علة متحركا وما قبلها حرف صحيح ساكن ولاستثقال الضمة عليها ثم حذفت الواو لسكونها وسكون التنوين فاعطى التنوين لما قبلها فصار سم ثم أدخلت الألف في أوله الخ

 ثم حركت الألف بالكسر لتعذر الإبتداء بالساكن وانما حرك الساكن بالكسر لان الساكن اذا حرك حرك بالكسر فصار اسم ثم زيدت الباء في أوله لتدل على البقاء فصار باسم ثم حذفت الهمزة طلبا للتخفيف فعوض مد الباء منها لكثرة استعماله وحذفت الهمزة لكثرة الإستعمال عند العرب عند القيام والقعود والأكل والشرب فصار بسم ثم أضيف الى لفظ الجلالة فسقط التنوين لان بين التنوين والإضافة تضادا فان التنوين يقتضي الإنفصال والإضافة تقتضي الإتصال وجمعهما في حالة واحدة متعذر فصار بسم الله

Lafadz اسم adalnya سُموٌ 

  • kemudian dipindahkan harkatnya و pada م alasannya karena kondisi و adalah huruf illat yang berharkat sedangkan huruf sebelumnya adalah huruf shahih yang sukun dan karena alasan beratnya dhamah di atas و
  • kemudian و dibuang karena alasan sukunnya و dan ن tanwin ciri isim (maksudnya karena terjadi peristiwa التقاء الساكنين antara ْو dan نْ yang mengharuskan membuang salah satunya. kenapa yang dibuangnya وْ lam fi'il bukan نْ tanwin? karena tanwin adalah ciri isim, ada kaidah dalam ilmu nahwu dan sharaf yang tidak disebutkan di sini yaitu العلامة لا تحذف ابدا ciri tidak bisa dibuang selamanya karena bisa berdampak pada merusak status kalimat, yaitu kalimat isim. Maka kebutuhan kalimat isim terhadap tanwin dalam hal ini lebih urgent daripada terhadap lam fi'il. Lam fi'il dalam kasus seperti ini kalah power, sehingga harus rela tereliminasi dari panggung tashrif)
  • maka tanwin jadi bergeser kepada huruf sebelumnya yaitu م (karena sudah tidak ada و) maka jadilah سُِمٌ
  • kemudian masukan ا di awalnya.
  • kemudian beri harkat ا dengan harkat kasrah karena sulitnya ibtida dengan huruf sukun. Tentunya huruf sukun diharkati dengan harkat kasrah karena ada qaidah sharaf bahwasanya  huruf sukun jika diberi harkat maka harus diharkati dengan harkat kasrah. maka jadilah اِسْمٌ
  • kemudian datangkan ب di awalnya untuk menunjukan makna البقاء maka jadilah بِاسْمٍ 
  • kemudian buang ا dengan tujuan untuk meringankan bacaan, 
  • kemudian diganti dengan panjangnya ب di awalnya sebagai pengganti ا yang dibuang, hal itu karena banyak dipergunakannya dan dibuangnya ا karena cara itu sering dipergunakannya oleh orang arab dalam banyak aktivitas seperti ketika berdiri, duduk, makan dan minum. maka jadilah بِسْمٍ
  • Kemudian diidhafatkan kepada lafadz الله maka jatuhlah tanwin (tanwin yang pernah menjatuhkan و pada episode sebelumnya) alasannya karena antara tanwin dan idhafat terdapat perlawanan, hal itu karena tanwin menekankan pada انفصال sedangkan idhafat menekankan اتصال menyatukan dua tekanan ini pada satu situasi adalah sulit. maka jadilah  بِسْمِ اللّٰهِ (al-Mathlub bi Syarh al-Maqshud Hal 2-3)

3).Menurut penjelasan al-Syaikh 'Abdul Haq ibn Abdul Hannan al-Jawi 

Jika memperbandingkan dengan penjelasan sebelumnya, penjelasan yang ini cukup simple dan padat.

Basmalah-Menurut-Ilmu-Sharaf-Zanjani

والإسم عند البصريين مشتق من السمو وهو العلو فأصله سمو حذفت لامه وعوض عنها ألف الوصل وعند الكوفيون مشتق من الوسم والسمة هي العلامة والأول هو الأصح 

قال ابن معطي في ألفيته

وَاشْتَقَ الْإِسْمَ مِنْ سَمَا الْبِصْرِيُّ # وَاشْتَقَّهُ مِنْ وَسْمَ الْكُفِيُّ

وَمَذْهَبُ الْمُقَدَّمُ الْجَلِيُّ # دَلِيْلُهُ الْأَسْمَاءُ وَالسُّمَيُّ

أي يستدل على صحة مذهب البصريين بأن جمع الإِسْم أَسْمَاءْ ولو كان من الوَسْمِ لكان أَوْسَامٌ وبأن تصغيره سُمَيّْ ولو كان من الوَسْمِ لكان وُسَيْمٌ

Lafadz اسم menurut pendapat ulama bashrah adalah di-isytaq dari lafadz سمو lafadz سمو tersebut mengandung makna العلو (tinggi) maka tatkala begitu asalnya adalah سمو 

  • kemudian dibuang lam fiilnya, dan
  • alif washal dijadikan penggantinya. 
Dan menurut ulama kufah di-isytaq dari lafadz وسم dan سمة lafadz وسم tersebut mengandung makna العلامة (tanda/alamat) 

Pendapat yang pertama adalah yang paling benar. Telah berkata Syaikh Abdul Mu'thi dalam Alfiyahnya (Kitab Alfiyah Ibn Mu'thi) :

  • Ulama bashrah telah meng-isytaq lafadz  اِسْمُ dari lafadz سَمًا 
  • Dan Ulama kufah telah meng-isytaq lafadz اِسْمُ dari lafadz وَسْمٌ
  • Madzhab yang didahulukan adalah madzhab yang pendapatnya jelas
  • Dalil kejelasannya adalah lafadz اَسْمَاءٌ dan سُمَيّْ

Maksudnya : menjadi dalil terhadap sahnya madzhab ulama bashrah, karena bahwasanya bentuk jama dari lafadz اسم adalah اسماء dan jika benar faktanya dari lafadz وسم maka yakin akan dikatakan bahwa bentuk jama taksirnya adalah أوسام (sedangkan berdasarkan fakta yang ada adalah اسماء ) dan karena bahwasanya shighat tashghir lafadz اسم adalah سمي dan jika benar faktanya dari lafadz وسم maka yakin akan dikatakan bahwa bentuk shighat tashghirnya adalah وسيم (padahal faktanya yang sering kita temukan adalah سمي ). (Tadrij al-Adani ila Qira'ah Syarh al-Taftazani ala Tashrif al-Zanjani Hal 3-4)

4.Menurut Syaikh Muhammad Byr Ali al-Barkawi.

Penjelasan ini terutama tentang tahapan perubahannya sangat lengkap, bahkan menjadi jawaban atas kebingungan anda mengenai kapan dan pada tahapan mana disukunkannya harkat huruf س ✌😊 saya tau anda bingung hehe

والإسم في الأصل سِمْوٌ على مذهب المنصور وبكسر السين على القول المشهور

حذفت الواو لاستثقالهم تعاقب الحركات الأعرابية عليها

ونقلت حركة الواو الى ما قبلها

ثم أسكن أوله تخفيفا وعدالة لأنه حرك أخره

فاجتلبت همزة الوصل لأن دأبهم ابتدء الساكن بها

ثم لما أدخلت الباء بها حذفت الهمزة لفظا وخطا لكثرة الإستعمال

ثم عوض عنها مد الباء

ثم أضيف الى لفظة الله فسقط التنوين لأنه لا يقتضي الإنفصال والإضافة تقتضي الإتصال فجمعهما متعذر

Dan adapun lafadz اِسْمٌ secara asal adalah lafadz سُمْوٌ menurut madzhab orang-orang yang mendapat pertolongan Allah, dan dengan kasrah س dibaca سِمْوْ menurut pendapat masyhur.

  • Dibuang و alasannya karena mereka merasakan berat pengucapan diakhirkannya و dengan berharkat i'rabiyah yang ada di atasnya. 
  • Dipindahkan harkat و pada huruf sebelumnya yaitu م (Nah, berarti yang asalnya سُمْوٌ sekarang sudah berubah jadi سُمٌ)
  • Kemudian disukunkan huruf awalnya karena alasan demi meringankan pengucapan dan menyeimbangkannya karena dhomah adalah juga harkat huruf akhirnya. (Nah, pada tahap ini سُمٌ dirubah jadi سْمٌ) Point mensukunkan م ini tidak dijelaskan pada penjelasan ulama pada 3 kitab sebelumnya.
  • Maka ditarik kehadiran hamzah washal yaitu ا alasannya karena tradisi mereka adalah memulai penulisan dan pengucapan huruf sukun dengan hamzah washal. (Nah, pada tahap ini سْمٌ berubah jadi اِسْمٌ dengan diawali hamzah washal berharkat kasrah. (Kenapa hamzah washal dalam kondisi ini diberi harkat kasrah bukan fatah atau dhomah? karena ada aturan لان حرف الساكن اذا حرك حرك يالكسر karena huruf sukun jika diharkati harus diharkati dengan harkat kasrah dan kasrah merupakan harkat yang dianggap paling ringan dalam hal pengucapan)
  • kemudian tatkala dimasukan ب huruf jar, dibuang hamzah washal baik secara pengucapannya maupun secara penulisannya alasannya adalah karena trend penggunaannya (Nah, pada tahap ini ada 2 perubahan yaitu dari اِسْمٌ berubah jadi بِاسْمٍ kemudian jadi بِسْمٍ ada sesuatu yang luar biasa di sini dimana hamzah washal bukan hanya dihilangkan pengucapannya melainkan juga dihilangkan tulisannya)
  • Dan panjangnya penulisan ب menjadi seperti ل dijadikan tanda/kode/sinyal sebagai pengganti atau kompensasi atas hamzah washal yang dihilangkan. (Nah, tahap ini adalah tahapan perubahan dari بِسْمٍ menjadi لبِسْمٍ )
  • Kemudian diidhofatkan lafadz لبِسْمٍ kepada lafadz اللّٰهِ maka jatuhlah tanwin yang ada pada huruf مٍ lafadz لبِسْمٍ gara-gara praktek idhofat. Alasan menjatuhkan tanwin adalah karena keberadaan tanwin cenderung mengharuskan terpisahnya kalimat sedangkan idhofat cenderung mengharuskan tertautnya kalimat. Mengumpulkan keduanya menjadi sulit. Tanwin kalah (Nah, akhirnya lafadz لبِسْمٍ berubah menjadi tanpa tanwin sebagaimana yang biasa kita baca لبِسْمِ اللّٰهِ )

(Lihat : Lihat Ruh al-Syuruh ala al-Maqshud Hal 2-3)

3.Lafadz اَللّٰهُ

Ada banyak penjelasan ulama tentang ini, akan tetapi penulis ingin membatasinya hanya pada pendapat yang penjelasannya lebih Ihtiyath dan lebih simple.

Secara garis besar ada 2 pendapat tentang asal-usul Lafadz اللّٰهِ
Pendapat yang mengatakan غير مشتاق
Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain :
  • Imam Syafi'i
  • Syaikh Muhammad bin Hasan
  • Syaikh al-Khathabi
  • Imam al-Haramain
  • Imam al-Ghazali
(Lihat : Tadrij al-Adani ila Qira'ah Syarh al-Taftazani ala Tashrif al-Zanjani Hal 3-4)

Pendapat yang mengatakan مشتاق

Para ulama yang berpendapat bahwa Lafadz
اَللّٰهُ bisa di-isytaq kemudian berbeda pendapat tentang asal lafadznya. Namun yang lebih mudah difahami adalah sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Imam Abu Hanifah
وهي أي لفظة الجلالة في الأصل اله فحذفوا الهمزة قيل تخفيفا وقيل حذرا من التباس لفظة اله حقيقة بالهة باطلة فصار لاه ثم أدغم الألف واللام للتعريف فصار اَللّٰهُ
وقيل أصله الاله فحذفت الهمزة الثانية تخفيفا ثم نقلت حركتها الى الام فصار الله ثم أدغمت اللام الأولى في الثانية فصار اَللّٰهُ
Lafadz اَللّٰهُ secara asal adalah lafadz إِلٰهٌ
  • kemudian mereka membuang hamzah. Menurut sebuah pendapat qiil alasannya تخفيفا menurut qiil lainnya menjaga dari terserupakannya lafadz إِلٰهٌ haqiqah dengan yang bathilah, maka menjadi لَاهٌ
  • kemudian dimasukan ال tanda ma'rifat maka jadi lafadz اَللّٰهُ
Menurut qiil lain asalnya الْإِلٰهُ
  • kemudian dibuang hamzah kedua alasannya تخفيفا
  • kemudian dipindahkan harkatnya kepada ل kesatu jadi الٌلٰهُ 
  • kemudian diidghamkan ل kesatu kepada ل kedua maka jadi الٌلٰهُ 
(Lihat : al-Mathlub bi Syarh al-Maqshud Hal 2-3)

4.Lafadz الرَّحْمٰنِ dan الرَّحِيْمِ

Awalnya penulis ingin menyertakan banyak penjelasan ulama di bagian ini, tapi pada dasarnya semua pendapat ulama tentang asal usul kedua lafadz ini sama, yaitu berasal dari lafadz رَحِمَ mengikuti wazan فَعِلَ dengan mauzun عَلِمَ namun kemudian :

  • berpindah wazan mengikuti wazan فَعُلَ dengan mauzun حَسُنَ 
  • ditashrif ke shighat اسم فاعل versi مبالغة wazan فَعُلَ dengan mengikuti wazan فَعْلُانٌ untuk رَحْمٰنٌ dan wazan فَعِيْلٌ untuk رَحِيْمٌ 
  • didatangkan ال pada keduanya lafadz الرَّحْمٰنِ dan lafadz الرَّحِيْمِ
Kenapa dipindah dari wazan فَعِلَ ke wazan فَعُلَ sebelum ditashrif? karena lafadz الرَّحْمٰنِ dan lafadz الرَّحِيْمِ keduanya adalah termasuk صفة مشبهة sedangkan wazan فَعِلَ dengan mauzun عَلِمَ tidak mengarahkan lafadz ke perubahan shighat اسم فاعل صفة مشبهة Adapun yang mengarah kesana adalah wazan فَعُلَ dengan mauzun حَسُنَ yang mengandung atau memberikan faedah makna lazim. 

Memangnya wazan فَعِلَ diperuntukan untuk makna apa? muta'addi

Lazim itu apa? Muta'addi itu apa? Sifat Musyabbahat itu apa? Nanti dibahas di artikel pembahasan khusus tentang itu. Insya Allah.

Wallahu A'lam.

Daftar Pustaka

ibnu Malik, Syaikh Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad al-Andalusi. Nadzm al-Khulashah Alfiyah Ibn Malik dan Syarh Ibn Aqil ala Alfiyah

al-Suyuthi, Syaikh Jalaluddin. al-Bahjah al-Mardhiyah fi Syarh al-Alfiyah Ibn Malik

al-Khudhari, Syaikh Muhammad. Hasyiyah al-Khudhari ala Ibn 'Aqil

al-Imam Abu Hanifah. al-Mathlub bi Syarh al-Maqshud

al-Barkawy, Syaikh Muhammad Byr Ali. Ruh al-Syuruh ala al-Maqshud

Ulaisy, Syaikh Muhammad. Hill al-Maqshud min Nadzm al-Maqshud

al-Jawi, Syaikh 'Abdul Haq. Tadrij al-Adani ila Qira'ah Syarh al-Taftazani ala Tashrif al-Zanjani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah ikut berpartisifasi
Komentar anda akan segera kami balas